Mohon tunggu...
Yogaswara F. Buwana
Yogaswara F. Buwana Mohon Tunggu... Freelancer - Pemikir Bebas

Manifesto Kaum Bodo Amat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seperempat Abad

19 Agustus 2021   18:33 Diperbarui: 19 Agustus 2021   18:32 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada saatnya mempertanyakan pada generasi berikutnya apa yang akan terjadi

Itulah hidup yang terkadang menjelajah antariksa

Jauh di atas tanpa pernah ada akhirnya

Melayang tanpa udara

Dan berdiri sendiri di atas kehampaan

Seketika daun-daun itu yang mulai keguguran

Tanya kenapa ?

Diobrak-abrik reranting yang berserakan di atas hamparan hitam

Kitalah generasi yang terbayang keputusan

Berdiri tanpa mengenal hari

Kitalah generasi yang masih memutar masa lampau

Kitalah generasi yang mengkhianati impian demi sebuah ambisi

Menyaksikan drama yang menyebalkan di atas lantai yang pecah

Seperti yang saat itu terkatakan

Ketika fajar lebih baik dari senja

Lalu kemudian beranjak

Senja lebih baik dari fajar

Bukankah saat itu hidup adalah sederhana

Yang terbawa impian pulang

Ketika pulang pun kita menghitung senja

Bukan lagi langit orange tapi juga langit yang merah menua

Dibawahnya, bukit itu masih sama berdiri tegak

Tapi kita runtuh karenanya

Alunan memori keberhasilan telah menjadi kegagalan

Seperampat abad kita hidup tanpa menghasilkan apapun

Hanya impian yang tidak terkejar karena kecerobohan

Awan pun masih terlihat berkelana

Mengajak kita untuk mengawalnya

Apakah kau mengikuti deru angin

Yang tanpa ujung entah kemana

Dunia ini begitu sempit dan menakutkan sekarang

Seketika itu kita berteduh dari terik angin sore

Sambil menyaksikan hampanya keputusan itu

Setapak langkah yang menciptakan jejak

Atau rumput yang dulu kita enggan langkah di atasnya

Apabila ada jurang...

Pasanglah kayu-kayu rapuh sehingga tidak ada injakan di atasnya

Lalu apakah kau berpikir soal takdir ?

Berebahlah di atas akar yang kokoh !

Pikirkan keberuntungan yang sangat tinggi!

Manakah kayu yang sudah usang ?,

Biar ku bawa pulang

Itu adalah kerangka impian yang dulu pernah kita buat

Walaupun harus terbenam dalam keanggunan badai

Kau bisa menyendiri di tengah kegelapan

Sambil menunggu gerbang putih dibentangkan

Kalau itu sudah hilang, apa yang akan kita lakukan ?

Di situ di bawah rimbunan dahan tua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun