Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Biarlah Aku Menyeru di Jalur Sunyi

4 Agustus 2021   06:43 Diperbarui: 4 Agustus 2021   08:19 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biarlah Aku Menyeru di Jalur Sunyi

Jika ada gelap dan terang sebuah tulisan, maka puisi berada tepat di inti kegelapan fana.
Jangan bermimpi akan hadir ribuan pembaca.
Jangan berharap akan diberi singgasana yang utama.
Jangan berkhayal akan diapresiasi oleh birunya warna.

Jika ada ratusan puisi dalam sehari, maka puisi kemerdekaan akan selalu hadir menyapa jiwa.
Masih banyak manusia yang lupa untuk merdeka.
Atau mereka tidak peduli, yang penting bisa hidup dan bergurau senda.
Padahal, hanya dengan kemerdekaan kita akan mengenal Sang Semesta.

"Dan biarlah aku saja yang menyeru kepada kemerdekaan di jalur yang teramat sunyi penuh luka."

Pesantren Nusantara, 25 Zulhijah 1442 H
Puisi Kemerdekaan Yoga Prasetya bagian 10

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun