Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fenomena Sosok Naga di Sekolah

3 Desember 2020   18:00 Diperbarui: 3 Desember 2020   18:02 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Canva/yogaprasetya

Makhluk besar dengan sisik berwarna emas yang berkilauan mendekat pada jiwa Pak Mar dan Pak David. Sosok itu bersedia mengantarkan mereka dari Gunung Merapi menuju ke tempat raganya berada. Hanya itu cara paling cepat untuk kembali ke tanah Jawa Timur.

Tiga jam lagi azan subuh berkumandang. Perjalanan raga Sukma mereka telah usai. Mata Pak Mar dan Pak David perlahan terbuka.

Pras yang menjaga tubuh mereka tampak bahagia. Beruntunglah mereka selamat dari konflik dengan genderuwo. Meski, raut wajah Pak Mar terlihat lelah dan sedih. Ada apa dengan Pak Mar?

Namun, Pras tak mau bertanya macam-macam. Mereka harus kembali ke rumah masing-masing. Sejenak beristirahat sebelum paginya masuk sekolah dan menjalankan amanah sebagai pendidik.

***

Kelas 8J, anak-anak sedang belajar seni budaya bersama Pras. Mereka sibuk berlatih memainkan gitar. Ada juga yang memilih mengolah vokal karena tidak bisa bergitar ria.

Salah satu anak di bangku paling belakang, berteriak pada gurunya.

"Pak Pras, ada naga di dekat pintu!"

Kelas yang awalnya ramai menjadi hening. Pras kaget dengan pernyataan tersebut. Ia perhatikan wajah anak itu terlihat kaku memandang pintu kelas.

Benar. Ada penampakan naga besar di luar kelas. Namun,tiba-tiba sosok itu menghilang. Pras tidak ingin merespons apa yang dilihatnya barusan. Ia malah mencari topik lain untuk mengalihkan fokus anak itu.

"Anak-anak, pekan depan kita akan melakukan penilaian akhir semester. Jadi, mari kita bahas kisi-kisi yang sudah dibagikan ya," ucapnya.

Kelas 8J yang diisi anak tahfiz (penghafal Al-Qur'an) begitu takzim kepada Pras. Mereka segera membuka buku catatan masing-masing. Suasana kelas sudah kembali normal. Meski, anak yang melihat makhluk gaib tadi masih sedikit terperanjat dengan apa yang baru saja ia lihat.

***

Ding dong ding dong...

Bel tanda pergantian jam pelajaran berbunyi. Pras keluar dari kelas 8J dan segera menuju ruang kepala sekolah. Langkahnya agak cepat, takut bila kedahuluan tamu yang datang ke Pak Mar.

"Pagi, Mbak Hennie. Pak kepala ada?" tanya Pras pada petugas resepsionis sekolah.

"Oh ada Pak Pras tetapi hari ini beliau tampak kurang sehat. Kalau memang ada perlu mendesak dengan Pak Mar, silakan saja masuk," balasnya dengan ramah.

"Oh, terima kasih Mbak Hen," ucapnya sembari berjalan ke ruang kepala.

Kebetulan hari ini Pras hanya mengajar satu kelas. Jadi, ia bisa santai dan menghadap kepala sekolah. Pras yakin Pak Mar tahu soal sosok naga yang tadi dilihatnya sekilas.

Naga memang telah menjadi legenda bagi banyak orang. Masyarakat Amerika, Tiongkok, Eropa, India, hingga Indonesia menggambarkan hewan naga dengan sudut pandang yang berbeda. Misalnya dalam mitologi Indonesia khususnya Jawa, naga diwujudkan berbentuk seperti ular raksasa dengan mahkota emas di kepalanya. Begitulah penerawangan para leluhur.

Ketika mengetuk pintu ruang kepala sekolah, ia masuk dan dikejutkan sosok yang tadi berada di pintu kelas 8J. Sementara itu, Pak Marjono duduk di kursi dekat meja kerjanya. Ada pesan yang sepertinya ingin disampaikan pak kepala sekolah. Ia menampakkan raut muka sedikit sedih.

"Leluhur Sakera sudah tiada lagi," kata beliau singkat

"Maksudnya bagaimana Pak?" Pras masih bingung.

"Sang Sakera telah mengorbankan nyawanya, pergi menghilang bersama raja genderuwo di Gunung Merapi. Tugas leluhurku kini dilimpahkan kepada seekor naga yang tadi kamu lihat," terang Pak Mar dengan suara lirih.

Ular raksasa yang tadi juga dilihat oleh anak didiknya dengan gagah bergerak melingkar mendekati Pras. Lampu di ruangan itu serasa meredup. Dan suara layaknya guntur menggelegar secara mendadak.

"Hai manusia yang dijaga seorang peri. Siapa namamu?" Ucap sang naga dengan suara berat.


Penulis: Yoga Prasetya

"Tulisan ini merupakan episode keenam novel KGSG dan artikel ke-16 Yoga Prasetya tentang fiksi horor di Kompasiana."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun