Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ayah Yang Pulang Terlambat

15 Februari 2025   13:03 Diperbarui: 15 Februari 2025   13:03 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Ilustrasi dihasilkan menggunakan AI (DALL*E) ilustrasi seorang ayah dan anak laki-laki 

Dalam hiruk-pikuk kehidupan, sering kali kita mengejar sesuatu yang kita anggap penting---karier, ambisi, atau sekadar memenuhi tuntutan hidup. Namun, di balik itu semua, ada waktu yang perlahan kita tukarkan dengan hal yang tak pernah bisa kembali: kebersamaan dengan orang-orang yang kita cintai.

Puisi ini bukan sekadar kisah seorang ayah yang sibuk, tetapi juga cermin bagi banyak dari kita yang tanpa sadar membiarkan waktu berlalu, hingga yang tersisa hanyalah penyesalan. Karena pada akhirnya, hadiah termahal bagi anak bukanlah mainan atau uang, melainkan kehadiran.

Inilah kisah seorang ayah yang selalu pulang terlambat.

Baca juga: Cinta Untuk Ayah

Ayah Yang Pulang Terlambat

Di meja makan, sisa makan malam membisu
piring kosong bercakap dengan lampu yang temaram.
Sepasang mata kecil telah menyerah pada kantuk,
menanti pulang yang terlalu lama.

Di depan pintu, langkah kaki berhenti,
lelah yang dipikul lebih berat dari tas kerja.
Ia ingin mengetuk, ingin membangunkan,
tapi ia tahu esok pun cerita ini berulang.

Malam memeluknya dalam diam,
membiarkan rindunya tak bersuara.
Ia hanya ayah yang pulang terlambat,
dan doa anaknya yang tak pernah absen.

Baca juga: Kasih Ayah

Di sudut kamar, selimut tersingkap,
sepasang kaki kecil meringkuk sendiri.
Ia bermimpi tentang seorang pahlawan,
yang pulang sebelum malam terlalu sunyi.

Baca juga: Cinta Sejati

Di ruang tamu, lelaki itu termenung,
menatap kalender yang kian usang.
Tahun berganti, anaknya tumbuh,
tapi kenangannya tertinggal di jalanan sibuk.

"Ayah, besok datang ke pentasku ya?"
Pesan singkat itu masuk pelan,
namun dunia terus berputar cepat,
menelan janji yang kembali terlupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun