Mohon tunggu...
yassin krisnanegara
yassin krisnanegara Mohon Tunggu... Pembicara Publik / Coach / Pengusaha

Dalam proses belajar untuk berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Horor

Arsip Terakhir

26 Juni 2025   06:49 Diperbarui: 26 Juni 2025   18:22 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover: Arsip Terakhir & Sumber: Chatgpt

 Keesokan paginya, alih-alih sarapan nasi goreng seperti biasanya, ia sengaja hanya meminum air putih. Sore harinya, dengan jantung berdebar, ia kembali membuka map biru itu. Sebuah lembar baru telah ditambahkan. Di sana tertulis:
Tanggal: [Hari itu]
Pukul 07:05: Subjek menunjukkan perilaku tidak biasa. Menolak sarapan dan hanya mengonsumsi air mineral.

Arsip itu tahu. Apa pun kekuatan yang menghuni gudang ini, ia tahu segalanya. Ia bukan lagi seorang arsiparis; ia adalah arsip itu sendiri. Sebuah dokumen hidup yang setiap gerak-geriknya dicatat, dianalisis, dan diabadikan dalam map biru sialan itu.
Hari-hari berikutnya menjadi sebuah siksaan psikologis. Ia akan membaca prediksi-prediksi kecil tentang hari yang akan datang.

Pada tanggal 28 Juni 2025, Retno Wulandari akan tersandung kaki meja dan menumpahkan kopi paginya.

Dan benar saja, pada hari itu, kakinya tersangkut kaki meja reyot dan secangkir kopi panas tumpah membasahi lantai, meninggalkan noda cokelat seperti luka mengering.

Pada malam tanggal 1 Juli 2025, seekor kelabang akan jatuh dari langit-langit kamar tidurnya, nyaris mengenai wajahnya.
Ia terjaga sepanjang malam dengan lampu menyala, dan tepat setelah tengah malam, seekor kelabang hitam besar jatuh dari plafon kayu dan mendarat di bantal, hanya beberapa senti dari kepalanya.

Arsip itu tidak pernah salah. Hidupnya telah ditulis. Takdirnya telah diketik di atas kertas-kertas tua oleh mesin ketik hantu. Perasaan menjadi subjek pengamatan yang tak berdaya ini menggerogoti jiwanya lebih cepat dari kelembapan yang merusak kertas. Keteraturan yang menjadi pilar hidupnya kini telah menjadi penjara yang paling mengerikan. Ia tak punya kehendak bebas; ia hanya mengikuti sebuah naskah yang tak ia tulis.

Suatu malam, didorong oleh keputusasaan yang memuncak, ia membawa palu besar milik Pak Wito dan menghancurkan ketiga mesin ketik rongsok itu. Ia memukulnya lagi dan lagi, hingga logam penyok dan tuts-tutsnya beterbangan seperti gigi yang rontok. Keringat membasahi tubuhnya, napasnya tersengal. Ia berdiri di tengah reruntuhan itu, merasa menang.

Namun, tepat setelah tengah malam, suara itu kembali. Tik... tik-tik... tak... Lebih jelas dari sebelumnya, lebih tajam, seolah menertawakan usahanya yang sia-sia.
Dengan langkah gontai, ia kembali ke map biru itu. Sebuah halaman baru telah muncul. Kali ini, tulisannya tidak lagi dingin dan birokratis. Kalimatnya terasa lebih personal, lebih kejam.
Subjek melakukan tindakan perusakan properti. Sebuah gestur perlawanan yang sia-sia. Perlawanan hanya akan mempercepat proses.

Di bawahnya, ada sebuah kalimat baru yang tintanya tampak paling segar, seolah baru saja selesai diketik beberapa detik yang lalu.
Proses finalisasi arsip Retno Wulandari akan segera dimulai.

Kengerian yang sebenarnya baru saja dimulai. Halaman-halaman berikutnya mulai meramalkan hal-hal yang lebih buruk. Penyakit yang akan menggerogotinya, demam tinggi yang akan membuatnya mengigau selama tiga hari, lalu sebuah kecelakaan kecil yang akan membuatnya pincang. Satu per satu, semua itu terjadi. Ia menjadi tawanan dari biografinya sendiri, sebuah biografi yang ditulis oleh entitas tak dikenal menuju sebuah akhir yang tak terhindarkan.

Puncaknya tiba pada suatu malam yang basah oleh hujan. Suara mesin ketik terdengar tanpa henti, cepat dan mendesak, seolah sedang mengejar tenggat waktu. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Ibu Retno berjalan tertatih ke gudang. Ia membuka map biru itu untuk terakhir kalinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun