Dan bisa jadi...
justru saat kita kehilangan, Tuhan sedang membersihkan tempat bagi sesuatu yang lebih baik.
Atau mungkin... bukan lebih baik, tapi lebih cocok.
Menjadi Siap Kehilangan, Bukan Berarti Tidak Mau Mendapat
Ini penting, menurutku.
Belajar siap kehilangan bukan berarti tidak boleh punya keinginan.
Kita tetap boleh berharap, tetap boleh bermimpi.
Tapi kita juga belajar untuk tidak menuhankan hasil.
Kita belajar bahwa mencintai itu harus disertai kerelaan.
Dan menggenggam itu sebaiknya tidak terlalu erat.
Aku jadi ingat seorang guru pernah berkata, "Peganglah dunia di tanganmu, jangan di hatimu."
Kalimat itu sederhana. Tapi dalam.
Karena hati kita terlalu sempit untuk menampung segala hal fana.
Lebih baik diisi dengan yang abadi:
Syukur.
Keikhlasan.
Dan percaya.
Percaya bahwa dalam setiap kehilangan, ada hikmah yang sedang menyelinap pelan-pelan.
Kadang lewat tangis. Kadang lewat hening.
Lalu...
jika mendapatkan itu membuatmu kehilangan, dan kehilangan itu membuatmu mendapatkan,
masihkah kamu yakin mana yang benar-benar kamu butuhkan?
Sudahkah kamu siap untuk kehilangan demi menemukan sesuatu yang lebih sejati?
Atau kamu masih bersembunyi di balik ketakutan untuk melepaskan?
Dan yang paling penting:
Apa yang benar-benar kamu miliki, jika semua yang kau genggam bisa hilang sewaktu-waktu?