Dan anehnya, semua itu terasa baik-baik saja di awal.
Kita merasa menang.
Padahal, perlahan-lahan, kita melepas bagian dari diri kita tanpa sadar.
Karena ternyata, mendapatkan juga bisa membuat kita makin jauh dari siapa diri kita sebenarnya.
Apakah semua pencapaian itu salah?
Enggak juga.
Tapi seringnya kita terlalu sibuk merayakan keberhasilan, sampai lupa mengoreksi arah.
Padahal bisa jadi, keberhasilan itu sedang membawa kita ke kehilangan yang lebih besar.
Saat Kehilangan Menjadi Awal dari Segalanya
Aku pernah kehilangan sesuatu yang kupikir sangat penting: pekerjaan pertama.
Aku kecewa, aku menyalahkan diri sendiri.
Tapi justru setelah itu, aku mulai serius menulis.
Sesuatu yang selama ini cuma jadi hobi, berubah jadi jalan hidup.
Ironis ya?
Tuhan menutup satu pintu, tapi Dia diam-diam membuka jendela besar yang menghadap ke cahaya.
Tapi waktu itu aku gak lihat cahaya.
Yang kulihat hanya kegelapan dan tanya.
Lalu satu demi satu, hal baru muncul.
Relasi baru.
Wawasan baru.
Diri yang baru.
Mungkin benar, kehilangan adalah undangan untuk menjadi versi diri yang belum pernah kita kenal.
Tapi... itu hanya bisa terjadi kalau kita gak terlalu lama terjebak di pintu yang tertutup.
Dan itu sulit.
Karena kehilangan, bagaimanapun bentuknya, tetap menyakitkan.
Mengapa Kita Takut Kehilangan?
Aku pernah takut kehilangan orang.
Takut kehilangan peran.
Takut kehilangan momen.
Dan ternyata, akar dari semua ketakutan itu sama: keterikatan.
Kita terikat pada hal-hal yang memberi kita rasa aman, merasa bernilai, atau merasa dicintai.
Begitu kita kehilangannya, kita merasa kosong.