Cak Lontong:
"Tapi kan AI bisa belajar sendiri dan menyesuaikan proses bisnis secara otomatis?"
Prof. Hajo A. Reijers:
"Benar, tapi AI tetap butuh kerangka kerja BPM sebagai landasan! Jika semua dibiarkan berjalan tanpa aturan, bisnis bisa kehilangan kontrol dan arah!"
Cak Lontong:
"Jadi meskipun AI bisa mengatur banyak hal, BPM tetap dibutuhkan sebagai dasar yang memberikan struktur?"
Prof. Mathias Weske:
"Betul sekali! AI bukan pengganti BPM, tapi alat yang membantu BPM menjadi lebih cerdas dan efisien!"
Round 2: BPM vs. Blockchain -- Apakah Smart Contracts Bisa Menggantikan BPM?
Cak Lontong:
"Oke, skenario kedua: Blockchain dan Smart Contracts semakin populer. Orang-orang mengatakan bahwa dengan smart contracts, kita tidak perlu lagi BPM karena semua aturan bisnis bisa otomatis dijalankan tanpa perlu intervensi manusia. Apakah ini benar?"
Prof. Mathias Weske:
"Smart contracts memang powerful, tapi tidak bisa menggantikan BPM sepenuhnya! Mereka hanya bisa menjalankan aturan yang sudah ditentukan, tapi tidak bisa menangani perubahan kompleks dalam bisnis!"
Cak Lontong:
"Wah, jadi smart contracts ini seperti 'robot patuh aturan', tapi kalau ada perubahan situasi mendadak, mereka tidak bisa berpikir sendiri?"
Prof. Hajo A. Reijers:
"Tepat sekali! Blockchain bagus untuk transaksi yang sudah jelas dan terstruktur, tapi BPM dibutuhkan untuk fleksibilitas dan adaptasi terhadap perubahan!"
Cak Lontong:
"Jadi BPM dan blockchain harus saling melengkapi, bukan saling menggantikan?"
Prof. Mathias Weske:
"Betul! Blockchain bisa mengotomatisasi bagian dari BPM, tapi BPM tetap dibutuhkan untuk mengelola bisnis secara keseluruhan!"
Round 3: Masa Depan BPM -- Haruskah BPM Berubah Secara Drastis?
Cak Lontong:
"Oke, pertanyaan terakhir dan paling penting! Jika BPM ingin tetap bertahan di masa depan, apakah harus berubah secara drastis? Atau cukup menyesuaikan diri secara bertahap?"