Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mendung di Ujung Langit

16 Oktober 2022   21:26 Diperbarui: 16 Oktober 2022   22:28 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari juragancipir.com

Mendung di Ujung Langit

Hitam pekat berarak-arak di ujung langit
Membentuk konfigurasi kehidupan yang terus terakit
Membelai manja pada hati yang menghimpit

Senja yang muram
berharap hujan datang
mengecup petang

Sedangkan aku masih duduk terpaku di bangku panjang
Mata pun tak lepas tuk merenda impian yang kadang terhadang

Sejenak aku meradang
Melihat wajah muram yang duduk di ujung gang
Sesaat   ingin mengetuk pintu
hatinya yang sedang dirundung malang

Mata berlinang mengiringi hujan yang kian menderas
Kugamit  dia menyebrangi berbagai prahara yang mengiris

Lalu kusematkan harapan pada bening hati perempuan berhati  intan

Namun, ia diam membisu menyimpan sejuta kenang
Yang tak bisa diukir dalam lembaran walaupun hati telah tenang

Biarlah langit hitam makin suram
Yakinlah roda berputar bersulih menjadi temaram
Lalu kita bisa merangkai sebuah melodi malam
Tuk jalani titah yang telah tergaris rapi dalam titian yang sudah tersulam

Ambarawa, 16 Oktober 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun