Tapi di atas segalanya, yang paling saya rindukan adalah keraknya. Terutama jika dimasak di periuk tanah, dengan api kayu. Aroma gosongnya bukan seperti kegagalan, tapi kemenangan rasa.
Biasanya, kerak itu disiram air panas, lalu ditaburi kelapa parut. Kadang ibu menambahkan garam. Tidak ada daging. Tapi sungguh, itu terasa lebih cukup dari apapun.
Chef Dan Barber, seorang pelopor farm-to-table asal New York, pernah berkata, "Rasa terbaik muncul bukan dari kemewahan bahan, tapi dari batas dan keterbatasan yang memaksa kita berpikir kreatif."
Dan apa yang lebih kreatif daripada kerak nasi jagung yang diciptakan ibu-ibu Baranusa? Dari ladang yang miskin pupuk dan tanah yang keras, mereka ciptakan kehangatan yang abadi di lidah dan ingatan.
Lauk kami pun tak kalah sederhana. Ikang blama-ikan kering yang direbus dengan kuah asam Jawa. Tanpa minyak, tanpa tumis. Bawang merah diremukkan dan dimasukkan saat air mulai bergolak.
Setelah itu, asam Jawa yang sudah diperas, lalu potongan ikan yang diasinkan dan dikeringkan. Selesai. Tapi justru kesederhanaan itulah yang membuat rasa menjadi bulat. Gurih, asin, asam. Menggigit, tapi tidak kasar.
Sesekali, ibu membuat bubur santan dari nasi jagung. Campur sedikit beras. Lauknya ikan tembang yang dibakar langsung di bara. Diaduk tanpa banyak bicara. Dimakan tanpa piring mahal.
Tapi rasa itu masih tinggal sampai hari ini. Menetap di dasar memori, seperti bara di bawah abu.
Saat saya sekolah di Kupang, setiap pulang kampung saya masih mendengar simfoni batu titi. Tapi waktu mulai berubah. Pemerintah mengirimkan beras raskin. Lalu rastra. Dan lambat-laun, beras menjadi simbol kemajuan.
Batu titi mulai ditinggalkan. Tidak karena tak dibutuhkan, tapi karena dianggap terlalu lambat. Mesin moleng menggantikan tangan-tangan ibu. Tapi rasa ikut pergi bersamanya.
Chef Alain Ducasse, juru masak Prancis yang dikenal paling filosofis, pernah berkata, "Seni memasak bukan tentang kecepatan, tapi tentang ketulusan." Maka saat batu diganti dengan mesin, bukan hanya jagung yang berubah. Ketulusan itu juga ikut menyusut.