Jaka Someh seringkali membayangkan istrinya dalam keadaan celaka di dalam neraka. Di bakar api karena perbuatan maksiyatnya. Ada perasaan ngeri dan kasihan saat membayangkan istrinya menjadi penghuni neraka. Jaka someh merasa tidak rela kalau istrinya tersebut hidup sengsara selama-lamanya di dalam neraka. Itulah keyakinan Jaka Someh terhadap kehidupan akhirat. Rasa amarah pun berganti dengan perasaan kasihan.
"Ya Allah, Saya sebenarnya ikhlas kalau pun harus menceraikan Asih, asalkan dia bahagia dan bisa bertaubat kepada Engkau, tapi entah kenapa hati saya tidak tega untuk meninggalkannya, saya kawatir dia bertambah rusak dan semakin durhaka kepada Engkau, Tapi kalau pun saya tetap menjalani pernikahan ini, saya rasanya juga tidak kuat. Ya Allah, apa yang harus saya lakukan?"
Jaka someh tidak ingin istrinya bertambah lacut, untuk sementara waktu dia memilih untuk mengalah, tidak lagi mengungkit permasalahan yang sedang mereka hadapi.
Esok pagi, Jaka someh pergi meninggalkan rumahnya. Dia bingung mau pergi kemana untuk mengobati kesedihannya.
Tanpa terasa dia berjalan menuju arah sungai. Di atas bebatuan, di pinggir sungai, Jaka someh duduk termenung. Memikirkan keadaan rumah tangganya yang kini bermasalah. Kesedihan telah menguasai dirinya. Tak terasa dia meneteskan air mata. Sedih karena cinta sucinya telah di khianati oleh istri yang dia sayangi. Rasa sedih dan marah mulai bercampur menjadi satu dalam hati.
Ingin rasanya dia melabrak dan memukuli lelaki yang telah merebut hati istri tercinta. Namun Jaka Someh sadar itu hanyalah sikap konyol dan hawa nafsu belaka. Ingin rasanya dia meninggalkan Asih saja atau menceraikannya, itu mungkin adalah solusi yang terbaik, namun rasa sungkan dan hormat kepada Pak Rohadi menghalangi keinginannya tersebut.
Dia sadar bahwa sekarang dia sedang mendapatkan cobaan hebat dari Tuhan. Masalah rumah tangga adalah masalah yang besar baginya. Dia bingung, apa yang harus diperbuat untuk menghadapi situasi itu. Apakah menceraikan istrinya saja sehingga dia segera terbebas dari masalah ini ataukah bersabar dahulu, berharap Asih bisa berubah menjadi baik. Jaka Someh sadar kalau dirinya sebenarnya sangat sayang kepada Asih. Dia tidak ingin Asih celaka dan terus hidup dalam kelacutan. Dia ingin menyelamatkan Asih dari perbuatan maksiyat.
Ketika sedang asyik merenung tiba-tiba dia dikejutkan oleh seseorang yang menepuk pundaknya dari arah belakang.
 "Someh....kamu kenapa? Dari tadi saya perhatikan kamu termenung saja... wajah kamu juga nampak sedih dan Susah? hati-hati  Meh, nanti kamu bisa kesambet setan...".Â
Jaka someh tersadar dari lamunannya