Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [40]

31 Mei 2021   10:47 Diperbarui: 31 Mei 2021   10:54 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mendengar suara lembut Bojin yang membujukku dan tatapannya yang hangat, juga senyumnya yang ramah itu, untuk pertama kalinya, aku menyadari bahwa aku tidak sendiri. Aku menggenggam cangkir hangat itu dengan kedua tanganku, mataku memandangi coklatnya. Mau berapa lama lagi kusimpan ini sendirian? Mereka pada akhirnya akan tau juga. Tak ada gunanya aku menganggap semua itu bagian dari mimpiku. Baek Choeun, hadapilah kenyataan!

"Aku... aku dan Chungdae... kami... sudah selesai."

Bojin tampak tenang mendengar kalimat pertama yang keluar dari mulutku itu. Apakah dia sudah tau? Tapi kalimat itu malah berpengaruh sangat besar untukku. Kenyataan itu menghantamku dengan sangat kuat, dan mataku basah lagi. Tidak... jangan menangis lagi, Choeun. Bukankah kau sudah berjanji untuk tak akan menangis lagi? Tangisan ini tak akan mengubah apapun yang sudah terjadi. Bukankah kau yang memutuskan untuk pergi darinya? Bojin pindah dan duduk di sampingku, dan aku merasakan tangannya mengelus pundakku lembut.

"Keluarkan saja segalanya noona. Selesaikan semua itu," bujuk Bojin.

"Aku mencintainya... aku masih mencintainya, Bojin. Tapi aku selalu merasa tidak tenang, aku tak bisa selalu percaya padanya lagi... dan ketika aku merindukannya, aku tak bisa bertemu dengannya. Itu membuatku sangat gila. Aku tak bisa membuat diriku sendiri mengerti keadaannya. Aku jahat sekali ya?"

Air mataku tumpah. Aku menyadari aku benar-benar jahat pada Chungdae. Kenangan di hari itu kembali muncul di kepalaku, ketika dia memohon supaya aku tidak meninggalkannya...

"Aku melepas cincin dan kalungku. Kukembalikan itu padanya. Kau tau apa yang dia lakukan? Dia memohon padaku supaya aku tidak melakukannya. Tapi aku melakukannya. Aku meninggalkannya. Aku tidak memberinya kesempatan kedua. Kenapa? Kenapa aku bisa begini jahat padanya?"

Belaian tangan Bojin di pundakku membuatku menangis makin keras. Apakah sekarang aku sedang menyesali apa yang kulakukan? Apakah sebaiknya aku menelepon Chungdae sekarang dan gantian aku yang harus memohon padanya?

"Bojin... katakan kalau aku jahat. Dan beritau aku... apa yang harus kulakukan..."

"Baiklah, sekarang waktunya aku bicara kan? Dengarkan aku noona," pintanya, membuatku menatap matanya, "noona tidak jahat. Aku bisa mengerti mengapa noona melakukan itu. Aku tidak bilang siapapun di antara kalian jahat. Setiap orang punya prioritas tersendiri, dan mereka juga punya pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Misalnya saja, mungkin orang lain yang melihat berita tentang Chungdae yang keluar dari apartemen Youngkyong menganggap hal itu biasa saja, karena toh mereka berteman. Tapi tidak dengan noona. Noona tau mereka berteman, noona ingin mempercayai mereka, tapi noona tidak bisa melakukan itu lagi, karena noona sudah menahan terlalu banyak luka. Luka karena noona sangat merindukannya, tapi noona harus menahannya. Luka karena Chungdae pernah berbohong padamu, tapi noona tidak pernah membahas dan menanyakan alasannya berbohong padamu. Di dalam hatimu, setiap noona melihat Chungdae dan Youngkyong bersama, membuatmu merasa kecil hati, karena noona merasa tidak bisa menyaingi Youngkyong."

Aku menunduk dan menangis lagi. Semua yang dikatakan Bojin benar, tapi apakah itu cukup sebagai pembenaran atas kekejamanku pada Chungdae? Aku pasti sudah menghancurkan dunianya. Tidak adakah jalan tengah untuk kami?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun