Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [20]

7 Februari 2021   20:49 Diperbarui: 7 Februari 2021   21:22 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

  • Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

  • 1. N. FLYING -- Spring Memories
  • 2. THE BOYZ -- Spring Snow
  • 3. Doyoung & Sejeong -- Star Blossom
  • 4. UP10TION -- Still with You
  • 5. Ha Sungwoon -- Think of You
  • 6. Bolbbalgan4 -- To My Youth
  • 7. EXO - Wait
  • 8. ASTRO -- We Still
  • 9. Jeong Sewoon -- When You Call My Name
  • 10. J_Ust -- You

BAEK CHOEUN'S POV

"Choeun-ya!"

"Eonni!"

Sungguh suatu kejutan di siang hari Rabu ini, Eunyul eonni muncul. Rasanya sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya karena kesibukannya sebagai asisten dosen sekaligus mahasiswa. Melihatnya kadang membuatku berpikir untuk mengambil pendidikan S3, tapi ideku ini ditolak keras oleh Chungdae dan Donghyun, tapi ditanggapi netral oleh Bojin. Aku cepat-cepat turun tangga dan menghampiri eonni yang berdiri santai bersebelahan dengan Bojin di balik bar.

"Ada apa ini? Eonni tidak kerja? Atau kuliah?"

"Aku hari ini datang dengan misi khusus dari kampus," jawabnya sambil menyerahkan dokumen dalam sebuah amplop.

"Duduk di belakang yuk, aku sudah pesan beberapa menu."

Kami memilih meja kosong di halaman samping. Aku duduk dan mulai membaca dokumen yang dibawa Eunyul eonni sementara pesanannya mulai berdatangan ke meja kami.

"Tumben sepi sekali, Cuma ada lima meja terisi. Bagaimana dengan di atas?"

"Di atas ada lima meja terisi juga. Ya kami memang mengalami penurunan akhir-akhir ini... tapi sudahlah, kami toh akan membuat event bulan Oktober nanti. Tapi ini... juga event buat bulan Oktober?"

"Ya, kampus akan mengadakan Students' Autumn Festival dan memang seminggu belakangan tiap fakultas mulai memikirkan tema apa yang mereka masing-masing ingin usung. Tak ada yang memberitaumu soal itu?" tanya Eunyul eonni dengan nada heran.

"Seminggu terakhir... tak ada yang bertemu denganku, hmm maksudku Chungdae dan Donghyun tidak mampir... dan mereka tak mengatakan apapun saat chat denganku. Akan kubunuh Chungdae nanti."

"Tumben. Biasanya kan dia pasti selalu laporan denganmu."

"Chungdae? Dia sibuk sekali belakangan ini, apalagi dia masuk tim inti sepakbola juga kan?"

"Dan kau tau apa yang hebat? Dia jadi kapten! Kudengar wajah-wajah biasa lagi masuk tim inti sepakbola kampus: Dongsun, Donghyun, Chungdae; sementara penghuni lama ada Joonki, Hyeil dan Bojin."

"Serasa kembali ke Hwachin," tawaku, "jadi boleh kutebak fakultas eonni akan membuka caf, begitu?"

"Ya. Apakah kau mau berpartisipasi sebagai sponsor minuman? Tentu minumannya akan tetap dibayar, tapi dengan harga khusus."

"Dan aku hanya perlu menyediakan bahan-bahan minumannya? Tidak perlu ada staf?"

"Tidak. Tapi aku akan sering kesini sampai hari-H tiba."

"Huh? Kenapa?"

"Karena aku harus kursus menjadi barista untuk acara selama tiga hari itu. Aku akan mengajak satu lagi temanku karena kami akan bergantian berjaga nantinya."

"WOW EONNI KEREN, EONNI AKAN JADI BARISTA?"

"Jangan teriak-teriak begitu. Bisakah aku belajar dengan rekan baristamu? Atau Bojin?"

"Akan kuberi jadwal Bojin ke eonni dan silakan datang tiap ada jadwalnya. Aku akan memberi hanya yang terbaik dari yang terbaik untuk eonni," jawabku sambil mengeluarkan pena dari saku kemejaku, "Million Stars akan bergabung."

"HORE! Ini juga sekalian bisa jadi ajang promo cafemu lagi, Choeun!"

"Eonni memang datang di saat yang tepat. Luar biasa."

Selagi menemani Eunyul eonni makan, aku mencecar Chungdae dengan mengiriminya banyak pesan. Bagaimana mungkin dia tidak memberiku update apa-apa soal acara besar begini?

***

HEO CHUNGDAE'S POV

Aku menekan bel apartemen Choeun noona sambil tersenyum lebar. Aku merindukannya. Sebenarnya aku capek sekali, tapi aku juga merindukannya. Besok memang aku akan sibuk lagi di kampus, tapi rasanya ingin sekali bertemu dengannya malam ini.

"Siapa?"

Aku memang tidak mengabarinya kalau aku akan datang. Aku tadi ke caf dan Bojin... hyong bilang, noona sudah pulang sejak tadi siang dan rencananya dia akan beristirahat saja di apartemen hari ini. Aku agak mengkhawatirkannya juga, karena jarang sekali dia tidak menghabiskan waktunya di caf. Ketika kudengar langkah kakinya mendekat, aku menekan password dengan cepat dan membuka pintunya. Choeun noona tampak agak berantakan: rambutnya tidak tertata dengan rapi dan dia tidak memakai makeup, bibirnya hanya dipolesi lip balm berwarna pink, tapi aku menyukai dia yang begini. Aku memeluknya dengan erat dan bahkan dia tidak sempat menjerit. Aku bisa merasakan jantungnya berdebar kencang, antara dia merindukanku atau aku nyaris membuatnya mati karena terkejut.

A night of walking with you

We're fill up our empty silences

With small conversations
You are so bright

More than those stars

You are growing so clear

Every night is like a fairy tale

Tonight is also a gift
Oh Oh

Oh I will oh I will

Match my steps with yours

()

When the white starlight blooms
(Oh)

I'll hold your hand
Fly

And endlessly fly
( )

The hours of the night
(Oh)

Are drenched with the yellow moonlight

I'll remember it for a long time

(Doyoung & Sejeong -- Star Blossom)

"Chungdae! Kau membuatku kaget!" protesnya, tapi dia balas memelukku erat.

"Noonaaaaaa aku sangat merindukanmu."

Mendadak dia meronta dan mendorongku dengan kekuatan yang sangat besar dan aku memandanginya heran. Ah... aku tau ekspresi apa ini: Choeun noona mulai cemberut lagi. Rasanya aku ingin mengambil resiko memeluk dan menciuminya, tapi aku yakin dia akan membunuhku, jadi lebih baik aku bernegosiasi dengannya dulu.

"Salah siapa, kau jarang menemuiku. Pesanku juga dibalas lama sekali."

Aku tertawa dan ikut duduk dengannya di sofa. Dia sengaja tak memandang wajahku dan malah memandangi jendela. Menggemaskan sekali sih.

"Maaf, kemarin aku sibuk latihan drum, noona. Noona tau kan, yang untuk event kampus itu. Akhirnya aku mendapatkan posisi drum itu mewakili fakultasku, jadi noona doakan aku menang lombanya dong."

Aku menyenggolnya dan dia akhirnya memandangiku, tapi wajahnya masih tak bahagia. Aku mengambil ponselku dan menekan-nekan layarnya sebelum menyodorkan ponselku padanya.

"Nih noona."

"Apa itu?"

"Bacalah dulu."

Dengan enggan dia mengambil ponselku, tapi kali ini dia menjerit, jenis jeritan yang ditahan tapi jelas dia terkejut ketika dia membaca halaman web yang kubuka disana.

"Ini... Morning Star Entertainment... kenapa... kenapa ada namamu disini?"

"Aku sudah memutuskan akan bekerja, noona. Dan aku menandatangani kontrak selama tiga tahun dengan mereka, dua hari yang lalu."

Choeun noona tampak masih serius membaca biodataku yang tertulis di halaman web mereka.

"Aktor... model... kau, Chungdae? Dan... ini kan agensi yang sama dengan Youngkyong?"

"Ah benar, aku memang lupa cerita kejadian bulan lalu ya. Itu yang membuatku berpikir menjadi model sepertinya lumayan."

Aku tiduran di pangkuan Choeun noona sambil menceritakan padanya bagaimana kronologis aku menjadi "model dadakan" bulan lalu. Choeun noona tampak tidak marah lagi, tapi dia tampak agak termenung sambil sesekali mengusap rambutku.

"Jadi begitulah. Memang sih aku belum ada tawaran iklan atau drama apapun, tapi tak apa, namanya juga aku masih rookie di dunia ini," jelasku panjang.

"Dan itu berarti... kegiatanmu adalah kuliah, berolahraga dengan tim inti kampus, lalu entah menjadi model atau aktor..."

"Ya, mungkin akan begitu nantinya. Untuk sementara sih yang bagian menjadi model atau aktor bisa diganti dengan latihan drum."

"Aku hanya memikirkan... kalau kau akan sangat sibuk nantinya."

Aku menangkap sorot sedih di matanya: dia benar. Aku harus tetap menempatkannya sebagai prioritas, selain menghabiskan waktu bersama keluargaku.

"Bagaimana kalau aku sering menginap disini kalau kegiatanku selesai di area sekitar sini atau sudah cukup malam untuk pulang ke rumahku?"

"Kau pikir apartemenku ini hotel?"

Sudut bibir Choeun noona berbentuk senyuman, aku tau dia setuju dengan ide itu, meski dia menolak mengatakannya secara langsung. Aku memeluk pinggangnya dan mengubur wajahku di perutnya.

"Hentikan itu Chungdae, geli tau!"

"Tak mau, aku mau disini saja."

"Apapun itu yang akan kamu lakukan... kalau itu tidak membuatmu stress, lakukan saja."

"Noona akan selalu mendukungku kan?"

"Akan selalu mendukungmu dengan apapun yang kau perlukan."

"Aku perlu sesuatu sekarang," ujarku sambil menatap wajahnya, "aku perlu noona."

"Aku kan disini."

"Aku akan menginap malam ini."

"Lho kenapa? Pulanglah, ini sudah malam. Kau libur besok?"

"Tidak, jadwalku adalah jam 10-2 kuliah, jam 3-5 latihan basket, jam 7-9 latihan drum."

"Itu cukup padat, pulanglah."

"Aku tidak mau diusir dan aku mau menginap malam ini. Pokoknya begitu."

Choeun noona memandangiku dengan tatapan curiga dan aku tersenyum lebar padanya.

"Dan aku lapar, jadi aku mau masak sesuatu."

Choeun noona berdiri mendadak dan nyaris membuatku terjatuh dari sofa.

"Tidak noona, jangan lari dari aku."

Aku mengejarnya ke dapur dan dia berkelit lincah menghindariku.

"Tidak, apa yang mau kau lakukan?"

"Sampai kapan noona akan menghindariku seperti ini? Aku akan tetap mendapatkanmu."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun