Oh tidak, gadis arogan itu berbicara lagi.
"Aku akan melayani tamu berikutnya," jawabku heran.
"Tapi aku ingin kau yang melayani kami."
Choeun noona yang mungkin heran mengapa tamunya tidak diajak duduk, mendekati kami. Tanpa kami jelaskan, Choeun noona sudah mengerti apa yang terjadi, hanya dengan berkontak mata dengan Chungdae hyong.
"Maaf, peraturan di tempat kami adalah siapa di antara pelayan kami yang sudah kosong dan mengantri di depan pintu, berarti akan melayani tamu yang berikutnya," jelas Choeun noona sambil tersenyum lebar.
"Tapi aku ingin dia yang menemani kami. Layani kami berdua dengan dia."
Chungdae hyong, sedetik saja, sedikit mencibir ketika dia ditunjuk, tapi syukurlah gadis arogan ini tidak melihat wajahnya. Aku menepuk pelan bahu Choeun noona.
"Oke, biarkan aku dan Chungdae hyong disini."
"Baiklah kalau begitu."
"Baik, ikuti kami."
Aku dan Chungdae hyong membawa mereka ke lantai atas dengan Chungdae hyong beberapa kali menyodok sisi tubuhku dengan sikunya, jelas dia sangat tidak senang dengan keadaan ini. Begitulah pada akhirnya aku dan dia yang melayani rombongan gadis ini dan kami harus bertahan selama setengah jam (ini adalah waktu terlama bagi tamu untuk menikmati makanan dan suasana di caf hari ini karena waktunya dibatasi untuk tiap pengunjung). Mereka memang memesan banyak menu, aku akui, tapi mereka juga banyak maunya. Mereka memanggil kami untuk berfoto bersama, dan bukan hanya aku dan Chungdae hyong, tapi juga Bojin hyong.