Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [12]

24 Desember 2020   21:48 Diperbarui: 24 Desember 2020   22:01 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

  • N. FLYING -- Spring Memories
  • THE BOYZ -- Spring Snow
  • Doyoung & Sejeong -- Star Blossom
  • UP10TION -- Still with You
  • Ha Sungwoon -- Think of You
  • Bolbbalgan4 -- To My Youth
  • EXO - Wait
  • ASTRO -- We Still
  • Jeong Sewoon -- When You Call My Name
  • J_Ust -- You

MIN DONGHYUN'S POV

Tak kusangka, disinilah aku hari ini, di Million Stars, memakai seragam pelayan di hari Valentine. Memang benar aku juga tak akan merayakan apapun dengan siapapun di hari yang romantic ini, jadi aku setuju saja ketika diajak Choeun noona untuk membantunya. Tapi rupanya bukan aku saja yang mendadak menjadi tenaga tambahan, karena Dongsun hyong, Hyeil hyong, dan Chungdae hyong juga sudah berseragam ketika aku sampai kesana. Bojin hyong menyapaku dengan ceria dari balik counter, aku hanya bisa melihat kepalanya dan telapak tangannya karena ada gadis-gadis berkerumun di depannya. Ketika aku sudah berseragam dan keluar dari ruangan staff dan baru saja akan menghampiri Choeun noona yang sibuk mondar-mandir juga (dia cantik sekali dengan dress berwarna pink dan rambutnya yang dikuncir ekor kuda diikat dengan pita besar berwarna putih), Dongsun hyong menghampiriku.

"Kacau sekali keadaan disini. Kau lihat antrian di depan sana?"

"Ya, sebenarnya apa yang terjadi dan kenapa kalian semua ada disini?"

"Semua ini karena program yang disusun Bojin hyong dan Choeun noona."

Selagi berbicara denganku, Dongsun hyong melihat kesana kemari dengan panic. Semua pelayan bekerja dengan tangkas dan pelanggan tak hentinya keluar masuk caf.

"Dan kenapa hyong disini? Tidak bersama Eunyul noona?"

"Aku akan keluar jam enam sore nanti," jawabnya masih sambil melihat kesana kemari, "kau keluar saja, bicara dengan orang-orang yang mengantri untuk bersabar."

"Baiklah hyong."

Antrian sudah mengular sejak aku masuk ke caf. Aku tau Choeun noona butuh banyak bantuan, tapi sepertinya mempekerjakan kami (ditambah Bojin hyong) pada saat yang bersamaan bukan ide yang baik. Beberapa tamu jelas-jelas berteriak dan menunjuk-nunjuk kami (yang kumaksud adalah Chungdae hyong, Hyeil hyong, Dongsun hyong, Bojin hyong dan AKU). Aku curiga berita sudah tersebar di media social bahwa... ah aku tak ingin menjelaskan isi pikiranku sendiri.

"Membosankan sekali. Kenapa kalian mati-matian mau makan disini? Kita kan bisa ke caf lain? Aku tak suka mengantri begini."

"Hyunah-ya, kita tak boleh ke caf lain hari ini atau kita tak akan mendapat kesempatan cuci mata yang bagus sekali hari ini."

"Apa sih yang kalian maksud?"

"Lihat mereka!"

Aku yang baru saja akan keluar dari pintu masuk untuk menghampiri antrian, bisa mendengar para gadis di tengah antrian yang mengobrol. Mereka berlima, dan yang paling tinggi di antara mereka terlihat bersungut-sungut. Salah satu temannya menunjuk-nunjuk Bojin hyong yang sekali lagi, hanya puncak kepalanya yang terlihat dari tempatku berdiri. Kata Dongsun hyong aku harus menenangkan pelanggan, ya baiklah aku saja yang mengobrol dengan mereka.

"Maaf, jika kalian bisa menunggu sekitar lima belas menit lagi, kami pasti bisa mendapatkan tempat untuk kalian," jelasku sambil sedikit membungkukkan badan.

Aku sebenarnya tidak tahan melihat gadis-gadis yang seperti ini, tapi demi Million Stars, aku melakukannya. Gadis yang tadi menunjuk Bojin hyong sekarang memandangiku dari atas sampai ke bawah, dan gadis yang bersungut-sungut juga memandangi wajahku. Well, dilihat dari dekat, gadis ini terlihat "mewah" aku bahkan bisa merasakan auranya yang "mewah." Aku mengerti mengapa dia tak suka mengantri. Mungkin dia member VIP dimanapun dia pergi.

"Baik, kami akan menunggu. Tapi syaratnya, kau temani kami menunggu."

Bahkan nada suaranya terdengar "mewah" dan arogan pada saat yang bersamaan. Dia tidak memohon, tapi dia memberi perintah. Dan aku tidak suka diperintah sebenarnya, tapi aku melihat Hyeil hyong di ambang pintu yang kurasa mendengar apa yang baru saja gadis itu katakan dan dia menganggukkan kepalanya ke arahku seolah mengatakan "lakukanlah Donghyun." Dan pilihan apa yang kupunya selain berdiri di samping rombongan gadis ini dan menemani mereka? Kini makin banyak orang yang memandangiku dan aku makin tidak nyaman. Penderitaanku akhirnya berakhir ketika mereka sudah siap memasuki caf dan Chungdae hyong mengambil alih mereka.

"Silakan, akan aku antarkan kalian ke tempat duduk di lantai dua," ujar Chungdae hyong sambil memaksakan senyum (aku tau itu dipaksakan, meski mungkin orang lain mengira itu senyum tulusnya).

"Kau mau kemana?"

Oh tidak, gadis arogan itu berbicara lagi.

"Aku akan melayani tamu berikutnya," jawabku heran.

"Tapi aku ingin kau yang melayani kami."

Choeun noona yang mungkin heran mengapa tamunya tidak diajak duduk, mendekati kami. Tanpa kami jelaskan, Choeun noona sudah mengerti apa yang terjadi, hanya dengan berkontak mata dengan Chungdae hyong.

"Maaf, peraturan di tempat kami adalah siapa di antara pelayan kami yang sudah kosong dan mengantri di depan pintu, berarti akan melayani tamu yang berikutnya," jelas Choeun noona sambil tersenyum lebar.

"Tapi aku ingin dia yang menemani kami. Layani kami berdua dengan dia."

Chungdae hyong, sedetik saja, sedikit mencibir ketika dia ditunjuk, tapi syukurlah gadis arogan ini tidak melihat wajahnya. Aku menepuk pelan bahu Choeun noona.

"Oke, biarkan aku dan Chungdae hyong disini."

"Baiklah kalau begitu."

"Baik, ikuti kami."

Aku dan Chungdae hyong membawa mereka ke lantai atas dengan Chungdae hyong beberapa kali menyodok sisi tubuhku dengan sikunya, jelas dia sangat tidak senang dengan keadaan ini. Begitulah pada akhirnya aku dan dia yang melayani rombongan gadis ini dan kami harus bertahan selama setengah jam (ini adalah waktu terlama bagi tamu untuk menikmati makanan dan suasana di caf hari ini karena waktunya dibatasi untuk tiap pengunjung). Mereka memang memesan banyak menu, aku akui, tapi mereka juga banyak maunya. Mereka memanggil kami untuk berfoto bersama, dan bukan hanya aku dan Chungdae hyong, tapi juga Bojin hyong.

"Akh!"

"Hyunah! Kau tak apa-apa?"

Aku terkejut ketika mendengar suara pecahan dan ketika aku menoleh, ternyata si gadis arogan yang bernama Hyunah itu yang menjatuhkan cangkir kopinya. Kopinya membasahi dress yang dipakainya. Chungdae hyong dengan sigap menghampiri mereka, serbet siap di tangannya.

"Maaf, apa Anda terluka? Biar saya bantu..."

"Tapi aku mau dia yang membantu."

Terang-terangan dia menunjukku yang berdiri di dekat tangga. Chungdae hyong terlihat membeku sesaat, dan aku tau dia bisa saja marah karena si gadis ini terlalu arogan dan sebelum dia mengamuk, sebaiknya aku saja yang mengambil alih. Aku mengambil serbet dari tangannya.

"Biar aku saja hyong."

Aku agak menunduk ketika membersihkan sisa minuman dan pecahan cangkirnya.

"Maaf, saya akan bantu membersihkan."

Dia membiarkan aku mengusap noda di dress-nya. Setelah kejadian itu, mereka harus pulang karena waktu mereka sudah habis. Aku dan Chungdae hyong mengantar mereka dan wajah Chungdae hyong tampak tidak berekspresi saat itu.

"Terima kasih, kunjungi kami lagi nanti," ucapku dan Chungdae hyong bersamaan.

Ketika punggung mereka tak terlihat lagi, aku dan Chungdae hyong langsung sibuk melayani tamu yang lain lagi. Semakin malam bukannya tamu yang datang semakin sedikit, dan kami nyaris kewalahan ketika Dongsun hyong harus pergi. Choeun noona mempertimbangkan apakah akan memanggil Joonki hyong untuk datang membantu, tapi Chungdae hyong berteriak dengan kencang bahwa Joonki hyong mungkin akan MEMBANTU memecahkan cangkir, jadi Choeun noona mengurungkan niatnya.

"Siapa sih gadis arogan tadi?"

Chungdae hyong berpapasan denganku ketika kami sama-sama menuju ke lubang yang mengarah ke dapur.

"Entah. Namanya Hyunah?"

"Bossy sekali sih. Kalau bukan demi Million Stars pasti sudah kusingkirkan dia jauh-jauh."

Aku tertawa ringan. Tingkah Chungdae hyong yang seperti ini kadang membuatku merasa geli.

"Ya, aku juga tak suka sih dengan gadis yang tipenya begitu."

Chungdae hyong mencibir, "jangan sampai aku ketemu dia lagi. Ih, minta ampun."

Tipe gadis yang kusuka baru saja melewatiku dan menepuk punggungku sambil memberi semangat padaku. Tapi rupanya harapan Chungdae hyong salah. Bahkan takdirku dengan gadis arogan itu masih berlanjut meskipun aku tidak mau berhubungan dengannya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun