Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [9]

13 Desember 2020   15:13 Diperbarui: 13 Desember 2020   15:18 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

  • ASTRO -- Should've Held On
  • Soyou & Junggigo - Some
  • Kim Jaehwan -- Some Days
  • N. FLYING -- Spring Memories
  • THE BOYZ -- Spring Snow
  • Doyoung & Sejeong -- Star Blossom
  • UP10TION -- Still with You
  • Ha Sungwoon -- Think of You
  • Bolbbalgan4 -- To My Youth
  • EXO -- Wait

HEO CHUNGDAE'S POV

Rasanya semalam seru sekali acara menyambut tahun baru kami. Lagi-lagi acaranya diadakan di Million Stars dengan menu utama daging panggang. Yang hadir di acara itu lagi-lagi semua yang juga menghadiri acara malam Natal kemarin. Aku makan banyak sekali, Choeun noona juga makan banyak. Tak ada yang tidur sampai jam lima pagi ketika satu-satu mulai pamit pulang ke rumah masing-masing. Aku baru bangun jam dua siang, itupun karena aku lapar lagi. Aku juga tak mau terlihat mengantuk karena jam lima nanti aku ada janji kencan dengan Choeun noona. Kami berdua berjanji akan menonton film Park Seojoon yang baru saja mulai ditayangkan perdana kemarin. Aku bahkan sudah memesan duluan tiketnya. Sudah lama sekali kami tidak ke bioskop dan mengingat ini sudah tahun baru... itu artinya dalam dua bulan lagi aku akan sibuk di kampus. Sebelum semua itu terjadi, aku mau menghabiskan lebih banyak waktu dengan Choeun noona dulu. Sudah hampir jam setengah lima, dan aku sudah siap pergi. Aku melakukan self-check terakhir di depan kaca. Aku tadinya tak mau pakai topi, tapi kulihat salju turun lagi di luar, cukup sering turun salju akhir-akhir ini, jadi akhirnya aku akan pakai topi wol keluar. Aku juga melilitkan syal ungu ke leherku. Aku kurang kuat melawan udara dingin. Aku sudah memakai overcoat yang melapisi sweater-ku, celana panjangku rapi dan aku aku tinggal memakai sepatu bot saja nantinya. Aku janji bertemu dengan noona di depan mall-nya. Baik, kurasa aku akan pergi sekarang saja. Lalu kudengar ponselku bergetar hebat. Aku duduk di ranjang dan mengambilnya. Apakah noona sudah tidak sabar bertemu denganku? Tapi ternyata bukan wajah Choeun noona yang muncul di layar ponselku, namun wajah cantik Youngkyong. Youngkyong sangat jarang meneleponku secara langsung, biasanya dia hanya mengirimkan pesan. Ada apa ini?

"Halo Youngkyong..."

"Oppa... oppa tolong aku..."

Aku cepat-cepat berdiri, "Youngkyong? Youngkyong kau kenapa?"

Aku tak bisa mendengar suaranya yang bergetar dan terdengar seperti ingin menangis ini.

***

SUK YOUNGKYONG'S POV

Akhirnya aku pindah juga! Aku suka sekali dengan apartemenku yang baru kutinggali belum genap seminggu ini. Bukannya aku tak suka tinggal dengan oppa dan kedua orangtuaku, tapi punya apartemen baru jelas bisa kuanggap sebagai "mainan" baru. Bayangkan, tempat seluas 220 meter persegi Cuma ditinggali oleh aku seorang! Ada dua kamar di apartemen ini dan semua isinya sudah lengkap diisi oleh agensiku. Aku berencana mengajak Chinye dan Yeowoo eonni untuk menginap disini nantinya. Selain cukup dekat dengan gedung agensi, apartemen ini juga dekat dengan sebuah mall. Sejak bangun jam tiga sore tadi, di mall itulah aku menghabiskan waktuku. Aku makan sore dan membeli es krim cone yang dari tadi kumakan sambil menemani perjalanan pulangku ke apartemen. Aku belanja beberapa kebutuhan makan dasar (aku tak yakin akan memasak, tapi mungkin sesekali, setidaknya ada lauk untuk menemani ramen, oh ya beberapa bungkus ramen juga) dan beberapa pakaian dan aksesorisnya. Rasanya aku lupa membeli beberapa barang... tapi aku bisa lakukan itu besok. Besok aku tak punya jadwal terlalu padat. Enak sekali sih es krim ini, harusnya aku beli dua tadi... tunggu. Aku menoleh ke belakang. Oh... tadi aku merasa ada yang mengikutiku. Perasaan ini tak enak sekali. Rasanya dari sejak di mall tadi ada orang yang mengikutiku. Tapi mungkin itu hanya perasaanku. Lagipula jalanan cukup ramai, siapa sih yang mau mengikutiku? Sudahlah, apartemenku toh tak begitu jauh lagi. Tapi sungguh, aku merasa ada orang yang menatapku... tapi ketika aku menoleh... tunggu. Itu benar. Pria yang pakai jaket coklat itu kan... rasanya aku melihatnya di supermarket di mall tadi. Tapi mungkinkah rumahnya juga di sekitar sini? Mungkin apartemennya sama denganku? Tapi bagaimana kalau bukan? Tidak, berpikirlah positif, Suk Youngkyong... tapi... mungkin aku minta ditemani saja supaya aku merasa lebih tenang? Aku mengambil ponselku. Apa harus kutelepon Yoohee eonni? Ah tapi kasihan, ini hari liburnya. Lagipula aku tak mau membuatnya khawatir... Kutelusuri daftar nama di ponselku. Donghyun. Ya, mungkin aku bisa minta tolong padanya? Rumahnya jauh sih, tapi... sudahlah, kucoba saja. Beberapa kali kucoba meneleponnya, tapi dia tidak menjawabnya. Donghyun memang punya kebiasaan meninggalkan ponselnya entah dimana, aku benar-benar tau itu. Aku menoleh dan berharap pria itu tidak disana lagi, tapi dia masih disana, masih mengikuti langkahku. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan? Tenang, Youngkyong, tetap berpikir jernih...

"Halo Youngkyong."

Chungdae oppa menjadi pilihan selanjutnya setelah aku menyerah menelepon Donghyun. Aku sebenarnya tidak mau mengganggunya, tapi apa yang bisa kulakukan? Aku tak punya pilihan lain.

"Oppa... oppa tolong aku..."

"Youngkyong? Youngkyong kau kenapa?"

Aku bisa mendengar nada suaranya yang terdengar panic, dan aku tidak bisa menyalahkannya karena akupun bisa mendengar bisikanku bergetar seolah aku kedinginan. Tapi aku bukan kedinginan, aku hanya ketakutan. Kelebatan pikiran memenuhi otakku lagi, seolah ada yang menekan tombol play disana, dan aku ingat kejadian yang sudah lama kulupakan itu, yang ternyata tak berhasil kulupakan.

"Oppa... oppa ada yang mengikuti aku... aku..."

"Siapa? Kau dimana? Sekarang tenanglah, dengarkan aku."

"Oppa... oppa apa yang harus kulakukan?" aku berusaha tetap berbisik, siapa tau pria itu mendengarku.

"Dengarkan aku, Suk Youngkyong! Dimanapun kau sekarang, jangan pulang ke apartemenmu dan pergilah ke restoran terdekat. Share posisimu padaku, aku akan kesana sekarang."

"Oppa... oppa bagaimana kalau orang ini..."

"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Cepat lakukan yang aku bilang tadi."

"Baik... baik oppa."

"Jangan panik. Aku akan langsung kesana."

Setelah menutup sambungan telepon, aku melihat keadaan sekitar sambil membagikan posisiku kepada Chungdae oppa. Baik, aku tidak akan bisa melakukan apapun kalau kubiarkan pikiran negative mengusasaiku. Aku hanya perlu tenang. Ini sulit, tapi... Chungdae oppa akan kesini. Dia akan menolongku. Aku hanya perlu bertahan sebentar lagi saja... ya, aku akan baik-baik saja. Chungdae oppa, cepatlah kesini...

***

BAEK CHOEUN'S POV

Aku bersin sekali. Ah, biasanya aku baik-baik saja dengan udara dingin. Apa yang terjadi denganku? Aku duduk di bangku yang tersedia di depan mall setelah aku membersihkan setumpuk salju dari permukaannya. Kurapatkan jaket yang kupakai dan kugosok hidungku dengan tanganku yang terbungkus sarung tangan. Mungkin aku terlalu capek bekerja akhir-akhir ini dan di acara begadang semalam, aku sangat heboh. Selain makanku banyak dan bicaraku banyak juga, aku juga minum cukup banyak. Tapi tak apa, toh sebentar lagi aku akan bertemu dengan Chungdae dan menghabiskan waktu dengannya. Aku tak akan sakit lagi kalau sudah melihatnya. Kami belum merencanakan apa yang akan kami lakukan sesudah menonton, tapi kurasa dia akan setuju saja dengan rencana apapun yang akan kubuat. Jadi kurasa kami akan makan malam saja, ada tempat makan baru yang dibuka di mall dan mereka memberi diskon cukup besar. Lalu... entahlah, mungkin aku akan ke apartemennya untuk menyapa orangtuanya... atau dia mau main ke apartemenku? Lalu kita bisa main game bersama. Tapi... Aku mengambil ponselku dan mengecek jamnya. Sudah jam setengah enam sekarang. Dimana Chungdae? Kami seharusnya mulai mengantri masuk bioskopnya sekarang, atau kalau tidak, kami akan terlambat. Tak biasanya dia terlambat ketika membuat janji denganku. Apakah sinyal ponselku tak beres? Aku membuka aplikasi Kakao Talk lalu Instagram, tapi tak ada pesan apapun yang masuk. Biasanya Chungdae juga akan mengabariku kalau ada sesuatu yang darurat. Tapi... kemana dia? Aku berusaha mengalihkan pikiranku dengan sibuk memperhatikan postingan di Instagram. Lima belas menit sudah berlalu, tapi masih tak ada apapun. Apa dia ketiduran? Aku mengirimkan beberapa pesan padanya. Baiklah, tak apa, meski aku tak suka menonton film meski ketinggalan sedikit saja, asalkan kami hanya ketinggalan bagian depannya saja, untuk hari ini, aku akan mentoleransi itu. Aku kembali mengalihkan pikiranku, aku melanjutkan chatting-ku dengan Eunyul eonni. Syukurlah luka-luka yang didapatnya kemarin sudah banyak yang sembuh dan tidak meninggalkan bekas apapun. Lalu aku bersin lagi. Ah sial, apa aku benar-benar sakit? Sudah jam enam lewat dua puluh menit sekarang dan langit mulai agak sedikit gelap. Kubuka aplikasi Kakao Talk-ku lagi, tapi pesanku tidak dibaca Chungdae. Pikiran negative mulai menghantui otakku. Apakah Chungdae sakit? Apakah dia ketiduran? Apakah dia lupa? Kalau alasan ketigalah yang membuatnya tidak datang, akan kuhajar dia. Aku memutuskan untuk meneleponnya. Sekali... dua kali... tiga kali... tapi teleponku tidak diangkat meski aku sudah meneleponnya sampai enam kali. Tidak mungkin dia bahkan tidak terbangun karena ponselnya (aku tau selalu dia letakkan di ranjangnya) bergetar hebat kan?

"Heo Chungdae, kemana kau?"

Apa kudatangi saja apartemennya daripada aku terus menebak-nebak? Ah, ide yang bagus. Aku berdiri dan sejenak kurasakan kepalaku agak pusing. Sepertinya aku perlu mampir untuk beli obat apapun itu sebelum aku ke tempatnya.

"Aku juga lega sekali."

Aku nyaris tidak percaya pada suara yang kudengar dan apa yang kulihat. Akupun memutar arah dan agak bersembunyi di balik pohon terdekat. Jelas itu adalah suara Chungdae, dan jelas dua orang yang duduk di bangku itu adalah Chungdae dan Youngkyong. Lalu aku tak bisa mendengar apapun yang mereka bicarakan, tapi aku bisa melihat mereka berdua tertawa bersama. Chungdae juga mengelus pundak Youngkyong ketika Youngkyong sibuk berbicara tanpa henti dan sesekali dia membersihkan tumpukan salju di kepala Youngkyong. Aku coba untuk menelepon Chungdae lagi, tapi Chungdae disana tidak menunjukkan reaksi apapun. Baik, aku tidak seharusnya berpikiran negative, ada baiknya juga kalau aku berjalan mendekati mereka seakan aku tidak sengaja melihat mereka dan menanyakan apa yang terjadi pada Chungdae. Tapi entah kenapa, aku tidak bisa melangkah. Sepatuku rasanya beratnya lebih dari lima kilogram sekarang, kakiku tak bisa maju meski otakku memerintahkannya untuk maju. Chungdae melepas topi wolnya (aku mengenal baik topi ini karena ini topi couple kami) untuk dipakaikan ke Youngkyong. Aku tidak boleh cemburu pada Youngkyong, aku tidak boleh berpikiran negative pada apa yang Chungdae lakukan sekarang. Itu hanyalah perhatian pada seorang teman. Tapi entah kenapa... entah... aku... aku tidak bisa. Aku menyerah. Bukannya melangkah mendekati mereka, aku malah melangkah menjauh, dan menyerahkan segala energy positifku untuk dilahap oleh semua bayangan negative itu. Aku bersin lagi ketika aku berlari, tapi aku sudah tak peduli lagi dengan keadaanku sendiri.

I can't say it out loud

But I can't quietly erase these feelings

I feel happy as if I can do anything

But then I come crashing down, swallowing my tears

Some days, you

Some days, you cry

It's too hard for me

To wish for your happiness

So I want to go next to you

Just once more

Every day, my heart changes

I don't know what to say

If only I could see you

I hope I can be

A memory that overwhelms you whenever you think about me

Some days, you

Some days, I draw you out

It's way too hard

To just ignore and endure

So I have to follow my heart

And feel so sad

Some days, you

Some days, I pray

It's so sad

To love you by myself

So please come and wipe away

These flowing tears

(Kim Jaehwan -- Some Days)

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun