Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] No Other, The Story [54/55]

14 Juni 2020   12:57 Diperbarui: 14 Juni 2020   12:48 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

RYEOWOOK'S DIARY

CHAPTER 54

COOKING COOKING

"Yifang... Yifang..."

"Ah, eh... Wookie..."

Aku cemas memandangi Yifang yang termenung. Tidak biasanya dia begini, apalagi kalau di hadapannya sudah kusediakan makanan kesukaannya.

"Yifang kenapa? Lelah? Atau tidak berselera makan?" tanyaku cemas.

"Ng... tidak, Wookie, tapi... aku memikirkan Julie," jawab Yifang, suaranya terdengar lesu.

"Julie? Memangnya apa yang terjadi dengannya?"

"Dia sekarang menolak untuk membicarakan tentang Hae denganku. Malahan yang kudengar... dia mau menikah, dengan pacarnya Yonghwa."

"Apa? Julie bukannya... dia suka dengan Donghae hyung tidak sebenarnya?"

"Entah, Wookie, harusnya sih iya... tapi... aku juga bingung. Dia hanya bilang dia akan menikah, dan saat ini sedang mempersiapkan pesta pernikahannya."

"Apa Yifang tidak merasa... ini terlalu mendadak? Apa Donghae hyung tau?"

"Aku merasa ini terlalu mendadak, Wookie, dan... aku berharap Hae tidak tau. Tidak enak rasanya kalau memberitaunya tentang ini. Kau tau, aku... merasa cemas padanya setelah... masalah Xili."

"Ya, aku tau. Kita lebih baik rahasiakan ini darinya."

Yifang memandangi makanan di hadapannya dengan tidak bernafsu, bahkan menusuk-nusuk steak ayam dengan garpunya.

"Apa aku terlalu banyak ikut campur urusan orang ya, Wookie? Aku takut Julie membenciku gara-gara masalah ini," ujar Yifang cemas.

"Hmm... tidak, Yifang, dia tidak akan membencimu. Yifang-ku tidak akan dibenci orang lain, aku tau itu."

Aku mengelus kepalanya dan tersenyum menyemangatinya. Yifang membalas senyumku, dan aku merasa duniaku cerah kembali.

"Wookie, aku mau keluar sebentar."

Aku melihat wajah Yifang sama kagetnya denganku ketika melihat Donghae hyung muncul tiba-tiba di dapur. Dia sudah berpakaian rapi, persiapan baju dinginnya juga cukup banyak.

"Hae mau kemana?"

"Ehm... ada sedikit urusan," jawab Donghae hyung sambil tersenyum.

"Tidak mau makan dulu, hyung?" tawarku, "aku sudah memasak banyak lho."

"Ehm, sekarang tidak, Wookie, aku terburu-buru. Kalau Mimi Tanya aku kemana tolong bilang saja aku keluar dan mungkin malam baru kembali."

"Ne, hati-hati, hyung."

Donghae hyung melambai pada kami sebelum pergi keluar. Heran sekali, belakangan ini aku sering melihat Donghae hyung keluar, tapi dia tidak pernah bilang mau kemana.

"Menurut Wookie, si Hae kemana?" Tanya Yifang, mengerutkan dahinya.

"Aku tak ada ide. Mudah-mudahan... Donghae hyung bisa melupakan Julie dengan kesibukannya keluar apartemen ini."

"Aku juga berharap begitu, Wookie, tapi... Hae tipe orang yang akan berjuang demi cintanya, kurasa? Masih sama seperti dulu?"

"Tapi aku khawatir dia akan merasakan sakit yang lebih parah..."

"Aku juga begitu, Wookie. Kita sepertinya hanya bisa berdoa saja..."

AUTHOR'S POV

"Aku pulang."

Julie melirik sepasang sepatu yang ada di pintu depan, dan dia tau pasti itu sepatu milik Yonghwa. Julie menghela nafas panjang.

"Julie, masuklah ke kamar. Yonghwa disini bersama omma," pinta omma Julie dari dalam kamar.

Julie mengganti sepatu high heels-nya dengan sandal rumah dan masuk ke kamar ommanya. Ommanya sedang duduk bersandar di ranjang dan di tepi ranjang duduklah Yonghwa, tersenyum pada Julie.

"Julie, kau lama sekali," ucap Yonghwa.

"Aku lembur lagi, oppa. banyak murid privat yang sedang persiapan untuk ujian sekarang," jelas Julie.

"Ah, kasihan kau, Julie, selalu sibuk."

"Gwaenchana, oppa."

"Julie, tadi omma dan Yonghwa sedang memikirkan tanggal pernikahan yang cocok untuk kalian," ucap omma Julie menyela pembicaraan.

Julie tanpa sengaja menjatuhkan tas tangannya yang besar, tapi dengan cepat mengambilnya lagi, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Julie kenapa?' Tanya Yonghwa.

"Ah, tidak, oppa, mungkin aku terlalu lelah," jawab Julie sambil tersenyum, "jadi kapan tanggalnya, omma?"

"Kami sepakat pesta pernikahannya akan diadakan tanggal 16 Maret, bagaimana menurutmu, Julie?" Tanya omma Julie.

"Omma... tidakkah itu... terlalu cepat?"

Julie melirik tanggalan kecil di samping meja ommanya: sekarang tanggal 8 Desember.

"Tidak, omma pikir tidak cepat. Untuk urusan detail pesta, appa Yonghwa bisa membantu mengurusnya. Jadi Julie tinggal bersiap mencoba gaun pengantin dan menulis daftar undangan saja."

"Ne, aku tidak akan membiarkan Julie repot. Aku bisa melakukan hal yang lainnya," sela Yonghwa.

"Ng... kalau memang omma menginginkannya... baiklah," ujar Julie setuju.

Julie setengah termenung ketika mengantar Yonghwa hingga ke depan pintu apartemennya. Pernikahan... itu adalah saat yang menakutkan baginya, dan ternyata dia tidak bisa menghindari moment itu juga.

"Kau tidak usah khawatir, Julie. Kita bisa bercerai tidak lama setelah kita menikah. Gampang saja, nanti aku akan bilang kita tidak cocok. Jadi saat itu, kau akan bebas, dan aku juga akan bebas."

Julie mengepalkan tangannya, "kenapa? Katakan alasannya... sehingga kau tidak mempertimbangkan hubungan kita selama empat tahun ini sama sekali."

"Aku sudah pernah bilang, aku sudah lama tidak mencintaimu lagi. Pada awalnya aku belajar untuk mencintaimu, dan kupikir aku berhasil melakukannya, sampai ketika aku bertemu Hyebi dua tahun yang lalu," jealas Yonghwa, "aku sadar aku mencintainya, dan dia memang tipe gadis yang kuinginkan."

"Dan kau sama sekali tidak punya keberanian untuk mengatakan ini pada appa-mu? Untuk mengakhiri perjodohan kita?"

"Aku kasihan pada omma-mu. Kau pikir dengan keadaannya yang sekarang, dia masih bisa menerima tekanan?"

Julie menundukkan kepalanya, menahan air mata yang akan jatuh dari matanya. Dia tidak ingin menangis di depan Yonghwa, di depan namja yang sudah menyakiti dan mengecewakannya, dan juga yang sudah membuatnya menolak pesona seorang Lee Donghae.

"Apa... kekurangan aku dari Hyebi?"

"Oh, Hyebi cantik, langsing, tidak begitu tinggi dan bersikap cool. Menurutku, dia memberiku kesan misterius yang membuatku sangat ingin mendekatinya. Dan satu lagi, dia akan jadi artis terkenal. Dia sekarang sedang memulai syuting debutnya di drama... ah, bersama Cho Kyuhyun, personel KRYSD, yang kupikir adalah muridmu?" Tanya Yonghwa, "dan aku suka punya pacar seorang artis."

"Oh, jadi begitu..."

"Baiklah, aku akan menghubungimu lagi soal pakaian pengantin nantinya. aku akan membiarkanmu memilih desain yang kau suka."

"Tidak perlu repot-repot, toh ini hanya pernikahan palsu."

"Tidak... aku tetap akan memberikan pernikahan yang indah untuk kau jalani. Baiklah, sampai jumpa."

Yonghwa mencium puncak kepala Julie dan berjalan menuju lift. Dengan sigap, Julie langsung menutup pintu. Air mata kini menetes tanpa berhenti lagi dari kedua mata Julie. Kenapa... kenapa dia harus mengalami semua ini? Padahal dia sudah berusaha setia... padahal baginya pernikahan itu sesuatu yang sakral dan hanya boleh terjadi sekali dalam seumur hidup... kenapa... kenapa dia harus bertemu dengan Yonghwa? Dia menyesali dan mengutuk hari omma dan appa Yonghwa sepakat menjodohkan mereka. Andaikan semua itu tidak pernah terjadi... mungkinkah saat ini Julie dan Donghae...

"Masuk."

Leeteuk tidak mengalihkan pandangannya dari layar computer ketika ada yang mengetuk pintu kantornya. Dia meluruskan kacamatanya, sambil tangannya tetap sibuk mengetik di keyboard, mengerjakan tugas kuliah S3-nya yang banyak. Gara-gara kesibukannya, dia sudah dua minggu tidak bertemu Suxuan, dan dia marah pada dirinya sendiri. Untunglah Suxuan cukup mengerti, lagipula Suxuan sendiri nyaris tidak punya waktu luang kecuali tengah malam. Leeteuk baru menoleh ketika ada yang masuk ke kantornya, dan dia adalah seorang perawat.

"Dokter Park, ada pasien gawat darurat yang baru masuk," lapor si perawat.

"Apa? Arasso, aku kesana sekarang," ujar Leeteuk sambil menyambar peralatan kedokterannya.

Dalam sekejap (karena berlarian), Leeteuk sudah sampai di ruang gawat darurat. Dia melihat pasiennya adalah seorang ahjumma yang saat ini sudah diberikan alat bantu pernafasan.

"Dokter Park, dia ditemukan pingsan di rumah dan sepertinya tekanan darahnya tidak normal," jelas salah satu perawat.

Leeteuk langsung memeriksanya dengan teliti dan cekatan. Akhirnya Leeteuk tau, pasiennya ini menderita tekanan darah tinggi yang cukup parah, dan dia khawatir pasiennya ini tidak pernah mendapat penyembuhan yang maksimal.

"Untung kondisinya saat ini tidak parah," ujar Leeteuk, "dia menderita tekanan darah tinggi."

Leeteuk melakukan berbagai perawatan sebelum memerintahkan para perawat untuk memindahkan pasien ke kamar rawat inap, karena keadaannya sudah tidak gawat namun masih perlu dipantau. Leeteuk tidak akan membiarkan pasien ini keluar tanpa dia berikan penyembuhan yang semestinya. Dia keluar dari ruang gawat darurat untuk menemui keluarga pasien.

"Yang mana keluarga pasien?"

"Saya, Pak dokter... eh?"

"Lho, eh? Julie?"

Julie mendatangi Leeteuk dengan tampang bingung, namun sedetik kemudian langsung mengerti.

"Itu..."

"Itu ommaku, Leeteuk oppa. ternyata oppa praktek disini," ucap Julie.

"Ne, benar. Julie, jangan khawatir. Omma-mu tidak apa-apa. Dia mungkin tadi tidak hati-hati dan terjatuh dari ranjang ya? Dia sudah dipindahkan ke kamar rawat inap. Dan ngomong-ngomong... apa selama ini omma-mu mendapat perawatan yang cukup?" Tanya Leeteuk.

"Ehm, omma sudah satu tahun terakhir tidak diperiksa, oppa, soalnya... omma tidak suka rumah sakit. Dia tidak pernah mau dibawa kesana."

"Apa dia makan obat?"

"Masih, secara regular."

"Tapi, bagaimanapun, Julie, dia harus tetap diperiksa secara berkala. Obat yang manjur setahun yang lalu belum tentu manjur lagi selewat beberapa bulan, karena pasti ada perubahan pada penyakitnya dan itu juga akan mengakibatkan perubahan pada obatnya," jelas Leeteuk, "kuharap kau mau membawanya ke rumah sakit secara berkala setelah dia kuperbolehkan pulang. Setidaknya aku ingin mengontrolnya tiga minggu sekali."

"Oppa ingin... mengontrol omma?"

"Tentu saja. Mana mungkin aku merelakan dokter lain yang mengontrol orang yang kukenal. Oke? Berjanjikah kau akan membiarkan aku mengontrolnya?"

"Oppa... oppa, terima kasih. Aku akan membawa omma untuk dikontrol oppa."

"Baguslah kalau begitu."

RYEOWOOK'S POV

Aku sedang sibuk menekan tuts-tuts pada pianoku. Sebenarnya bukan aku yang menulis lagu, tapi Yifang. Dia sekarang ingin mencoba beralih profesi sebagai penulis lagu. Tapi berhubung dia baru amatir dalam belajar piano, jadi dia hanya menulis liriknya dan aku yang bertugas membuat nadanya. Tidak apalah, dihitung-hitung, ini akan jadi lagu kerjasama kami yang pertama.

"Eh, Donghae hyung? kenapa basah begitu?"

Aku kaget waktu melihat Donghae hyung masuk apartemen dalam keadaan setengah basah, bahkan masih ada butiran salju di rambutnya yang pirang.

"Err... tadi aku melakukan sesuatu yang mengharuskan aku berjalan kaki," jawab hyung.

"Tapi kenapa tidak memakai payung?" tanyaku khawatir.

"Tadi aku terburu-buru, hahaha... lupa membuka payung."

Jujur saja aku semakin cemas melihat keadaan Donghae hyung. apa yang terjadi kalau dia tau Julie akan segera menikah? Aku tidak tega dan tidak mau memikirkan reaksinya.

"Hei, kalian berdua lagi santai ya?"

Leeteuk hyung baru saja masuk ke apartemen. Wajahnya tampak lelah, tapi dia tersenyum ramah pada kami berdua. Kasihan hyung-ku yang satu ini, pasti dia sama lelah dan sibuknya seperti kami.

"Tidak juga, hyung. aku baru saja pulang dan aku yakin Wookie sedang sibuk menulis lagunya dan Yifang, ya kan, Wookie?"

"Hyung benar sekali," kataku setuju, "hari ini Leeteuk hyung lembur lagi ya? Lapar tidak? Mau aku masakkan sesuatu?"

"Asal tidak merepotkanmu, aku mau, Wookie. Oh ya, ngomong-ngomong, sudah berapa lama kalian tidak bertemu Julie?" Tanya Leeteuk hyung.

"Julie? Mungkin terakhir kali... waktu aku membawanya ke apartemen, yang dia sakit itu," jawab Donghae hyung.

"Ah, lumayan lama juga ya. Tadi dia membawa ommanya ke rumah sakit. Penyakit tekanan darah tinggi ommanya kambuh, untung tidak terjadi sesuatu yang gawat. Sekarang dia sudah dipindahkan ke kamar rawat inap, aku yang  akan mengontrolnya," jelas Leeteuk hyung panjang.

Aku memandang Donghae hyung tajam. Mendengar informasi ini... apa yang akan dilakukannya?

"Ayo kita kunjungi ommanya dan Julie, hyung," ajakku.

"Mungkin lain kali saja. Aku mau ke kamar dulu," kata Donghae hyung sambil berlalu.

Aku dan Leeteuk hyung hanya bertukar pandang bingung. Apakah ini tanda yang cukup bahwa Donghae hyung sudah melupakan Julie? Kalau memang itu untuk kebaikannya, aku rela...

"Wookie, ayo kita keringkan Kkoming."

Aku yang baru saja selesai mencuci piring jadi kaget melihat keadaan Yifang yang baru keluar dari toilet. Dia basah hampir di sekujur tubuhnya.

"Omona, Yifang, apa yang terjadi?" tanyaku, berputar mengitari bar.

"Si Kkoming memanjatiku terus waktu aku memandikannya, sepertinya dia terlalu senang," jawab Yifang sambil tersenyum senang, tangannya menggendong Kkoming kecil.

"Kalau tau begini, aku tidak akan membiarkanmu memandikannya."

Aku menarik Yifang pada tangannya dan membawanya masuk ke kamarku dan Yesungie hyung. aku langsung mengambil handuk untuk mengeringkan Yifang. Selama aku melakukan itu, Yifang tersenyum.

"Tenang saja, Wookie, aku tidak akan kenapa-kenapa. Kalau Kkoming yang basah dalam keadaan lama, dia bisa sakit."

"Oke, kita keringkan Kkoming sekarang."

Aku mengambil hair dryer Yesungie hyung yang paling gampang ditemukan, soalnya dia membiarkan benda itu tergeletak begitu saja di mejanya. Kkoming tidak bisa diam selama kami mengeringkannya, dia terus mengibaskan ekornya dan memanjati kami, lucu sekali. Dipikir-pikir, meski Kkoming ini anjingnya Yesungie hyung, dia seperti anjing milik kami semua yang di apartemen. Dia selalu bersikap ramah dan manis, dan kami sudah berencana mengajaknya masuk variety show di kesempatan mendatang.

"Aku pinjam bajumu saja, Wookie," pinta Yifang, mengibas-ngibaskan kaos putihnya.

Kami melepas Kkoming yang langsung keluar kamar, pasti mau mendatangi orang-orang lain yang ada di apartemen. Aku menuju lemari dan memilihkan kaosku yang paling kecil untuk dipakai Yifang. Begitu aku menoleh, aku kaget karena Yifang sudah berdiri tepat di belakangku sambil tersenyum.

"Wookie, gomawo..."

Dia kini memelukku erat-erat. Jujur saja, terkadang sampai sekarang aku masih suka gugup bersama Yifang, tapi aku tau pasti perasaan ini terjadi karena aku mencintainya.

"Kenapa harus berterimakasih? Aku melakukan semua ini karena memang semestinya kok."

"Terima kasih untuk segalanya. Selama bersama Wookie, aku selalu bahagia."

Dia selalu saja memberikan kejutan yang manis seperti ini dan aku senang menerimanya. Aku menarik wajahnya dan menciuminya. Asal bisa begini selamanya, apapun yang akan terjadi di masa depan, aku tidak takut.

"Ng... tunggu, Wookie," pinta Yifang, menghentikan ciuman kami.

Aku melihatnya mengambil ponsel Samsung-nya, wajahnya berkerut tapi kemudian tersenyum.

"Julie!!! M... mwo? Kau... aku tidak sibuk sih, tapi... err... oke, aku akan kesana sekarang juga. Kau tunggu aku ya."

"Julie?"

"Ne, Wookie. Dia memintaku menemaninya. Dia di... toko gaun pengantin, sedang mencoba gaunnya, sendirian."

"Toko gaun pengantin? Itu artinya... dia tidak lama lagi... akan menikah?"

"Kurasa begitu, Wookie."

"Ayo, ktia sama-sama kesana, lagipula aku sedang santai."

"Baiklah, aku akan kesini lagi setelah ganti baju di apartemen."

Tidak sampai sepuluh menit kemudian, kami berdua sudah berada di dalam taksi menuju toko gaun pengantin yang dimaksud Julie. Kasihan sekali Julie, bagaimana mungkin dia mencobai gaun itu sendirian?

"Err... permisi... dimana Miss Julie Liu?" tanyaku begitu sampai di toko.

Yeoja penjaga counter sempat bingung sejenak ketika memandangiku dan Yifang, tapi sedetik kemudian dia berteriak heboh, dan itu menarik perhatian beberapa rekan sekerjanya. Aku jadi tidak enak menimbulkan kehebohan begini.

"Kim... Kim Ryeowook-sshi dan... Mugung Hwa-sshi... kan?" Tanya si yeoja.

"Err... ne. kami mencari Julie Liu."

"Oh, Julie Liu Agassi menunggu kalian di dalam. Aku akan mengantar kalian."

Bisik-bisik masih mengiringi perjalanan kami menjumpai Julie di dalam. begitu masuk ke salah satu ruangan luas, kami melihat Julie sedang duduk di kursi, membaca sebuah buku.

"Julie," panggil Yifang disertai nada rindu dalam suaranya.

Julie mendongakkan kepalanya dan tersenyum pada kami berdua. Aku merasa ada yang tidak beres pada Julie. Dia terlihat kurus semenjak kami terakhir bertemu, dan juga sedikit pucat.

"Yifang, aku senang kau juga membawa Ryeowook. Kalau begitu kalian bisa membantuku memilih gaun pengantin. Yonghwa oppa sudah menyuruh orang-orang untuk mendesain tiga macam gaun, tapi aku tidak tau mau memilih yang mana."

Yifang bertukar pandang sejenak denganku, ada kilat terluka dalam mata Yifang. Akhirnya kami duduk di kanan-kiri Julie untuk melihat buku yang dipegangnya. Jujur saja, semua pakaian pengantin itu sangat indah.

"Julie, apa bajunya ada sekarang? Langsung dicoba saja biar kita bisa lihat cocok atau tidak."

"Ah, kau benar juga, Yifang. Kalau begitu aku akan coba yang pertama ini," ujar Julie sambil menunjuk gaun yang seksi.

Kami menunggui Julie memakai gaun pengantin di dalam kamar ganti. Yifang terlihat gelisah, dan aku menggenggam tangannya. Apa yang bisa kami lakukan? Kalau kami membahas soal Donghae hyung, aku takut Julie akan marah. Lagipula sepertinya Julie bahagia dengan pernikahannya ini.

"Ryeowook, Yifang, bagaimana menurut kalian?"

Aku terpana melihat Julie dalam pakaian pengantin. Dia cantik, sangat-sangat cantik. Kali ini aku baru tau kenapa Donghae hyung begitu menyukainya.

"Julie, kurasa yang ini cocok," jawabku.

"Tapi aku terlihat gendut di daerah leher dan bahuku ini."

"Tapi kau cantik, Julie. Ngomong-ngomong, kapan sih pesta pernikahannya?" Tanya Yifang.

"Tanggal 16 Maret."

"Mwo? Secepat itu?"

"Omma ingin pestanya cepat... eh, Yifang, bagaimana kalau kau ikut mencobanya? Kau bisa coba yang kedua, dan aku akan coba yang terakhir."

"A... aku? Tapi..."

"Tak apa kan, Ryeowook?"

"Hah? Tentu saja. Yifang, coba saja," ujarku sambil mendorongnya.

"Ya... sudahlah, oke," kata Yifang setuju.

Yifang menyerahkan ponselnya padaku, lalu pergi ke kamar ganti bersama Julie. Yifang dalam gaun pengantin? Kenapa aku tidak memikirkan ini sebelumnya? Apakah saking sibuknya aku, aku lupa kalau aku harus menikahi Yifang? Kurasa kami sudah pantas menikah. Aku harus memikirkan cara-cara untuk melamarnya.

"Ryeowook, ini pengantinmu," ucap Julie.

Dan kali ini mataku tidak melirik Julie sama sekali (walaupun Julie memakai desain gaun pengantin yang paling kusuka dari pilihannya), tapi di duniaku hanya ada Yifang. Yifang terlihat malu-malu dan gaun itu juga sepertinya kebesaran untuknya, tapi modelnya lumayan cocok. Atasnya seperti tank top dengan sarung tangan transparan yang panjang, bagian lehernya sangat rendah, roknya tidak terlalu panjang, hanya panjang sedikit dari kaki Yifang, dan ada motif kupu-kupu yang bersinar keperakan di rok itu. yifang... Yifang-ku sangat cantik.

"Cantik sekali, Mugung Hwa-sshi," celetuk salah satu yeoja yang membantu Julie dan Yifang berganti pakaian.

"Mugung Hwa-sshi sangat cocok dengan Kim Ryeowook-sshi," celetuk yang lainnya.

"Aigo, Ryeowook, kau kenapa lagi? Ayo kesini," pinta Julie yang langsung menarik tanganku.

Aku kini berdiri di hadapan Yifang dan kehilangan kata-kataku. Aku merasa telah melihat pengantin yang paling cantik seumur hidupku. Dan dia adalah pengantinku, dia adalah Yifang-ku. Bagaimana kalau sekarang juga aku menikahinya?

"Err... Wookie, katakan sesuatu. Jangan-jangan karena ini gaun Julie, aku jadi tidak cocok memakainya," ucap Yifang.

"Tidak..." gagapku.

Dan aku kaget sepenuhnya ketika ponsel Yifang di tanganku bergetar. Kami langsung melirik ke layar ponselnya, ternyata wajah Donghae hyung tampak disana. Yifang dengan sigap mengambil ponsel itu, lalu menyingkir jauh-jauh untuk menjawabnya.

"Err... Julie, aku lebih suka kau memakai yang ini."

"Benarkah? Aku juga kepikiran lebih suka yang ini, tapi kurasa aku butuh gaun ini dikecilkan. Aku sudah kurus lagi semenjak aku mengukur tubuhku sebelum gaun dibuat," kata Julie.

AUTHOR'S POV

"Yoboseyo, Hae?" Yifang menjawab panggilan dari Donghae.

"Yifang, apa kau tau dimana Julie?" Tanya Donghae di seberang sana.

"Julie? Kenapa kau ingin bertemu dengan Julie? Hae, kurasa sekarang bukan waktu yang tepat..."

"Yifang, tolonglah. Jika kau tau dimana Julie sekarang, tolonglah biarkan aku menemuinya. Aku benar-benar perlu menemuinya. Berikan aku kesempatan yang terakhir."

Yifang menghela nafas panjang.

RYEOWOOK'S POV

"Apa katamu? Jadi Donghae hyung sedang dalam perjalanan kesini?" tanyaku sambil berbisik-bisik.

Aku dan Yifang duduk merapat sambil melirik Julie yang sedang mengukur gaun di ujung ruangan. Sekarang kami berdua cemas sekali. Itu artinya Donghae hyung sudah tau tentang pernikahan Julie.

"Wookie, mianhae. Aku tidak tega Hae memohonku begitu. Aku terpaksa bilang kita di toko gaun pengantin bersama Julie," ujar Yifang, suaranya bergetar.

"Ani, aku tau ini posisi yang sulit untukmu, Yifang. Tapi Donghae hyung tidak mengatakan sesuatu lagi?"

Dan aku terlonjak dari tempat dudukku ketika pintu ruangan kami didobrak dengan kasar. Aku melihat Donghae hyung berdiri di ambang pintu, agak berantakan dan terengah-engah, memandangi seisi ruangan.

"Donghae..." sebut Julie, setengah termenung.

"Julie, ayo ikut aku sekarang," pinta Donghae hyung, menarik tangan Julie.

"M... mwo? Kenapa aku harus ikut denganmu?"

Tapi Donghae hyung hanya menarik Julie yang berontak keluar ruangan. Aku juga menarik Yifang keluar. Donghae hyung memasukkan Julie secara paksa ke Mazda biru milik Kibummie, dan aku bersama Yifang masuk ke kursi belakang.

"Kita mau kemana? Kenapa kau begitu berani membawaku pergi..."

"Aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan si brengsek itu."

Aku dan Yifang bertukar pandang bingung, tapi tidak berani menanyakan apapun pada Donghae hyung. kami akhirnya berhenti di... rumah sakit.

"Rumah sakit?" tanyaku dan Yifang kompak.

Tapi kami tidak sempat berpikir lagi, kami langsung berlarian mengikuti Donghae hyung yang masih terus menarik Julie. Julie marah dan menyumpah-nyumpah, tapi hyung tidak melepasnya. Aku dan Yifang sampai terengah-engah sekarang dan merasa tubuh kami sudah hangat tanpa perlu penghangat ruangan lagi.

"Donghae, aku ingatkan kau sekarang, jangan macam-macam!" ancam Julie.

"Aku melakukan ini untuk kebaikan kita semua," ujar Donghae hyung.

Kami menyusuri lorong-lorong rumah sakit (dengan semua orang kebingungan memandangi kami, dan aku baru sadar kami berlarian bersama dua PENGANTIN), dan baru berhenti di depan kamar E311. Hyung mengetuk pintu tiga kali, lalu masuk. Perlahan, aku baru tau siapa yang sedang duduk bersandar di ranjang itu.

"Omma..."

"Ah, Julie... kenapa kesini dengan pakaian pengantin? Apa mau menunjukkannnya pada omma? Donghae, kau yang membawa Julie kesini?" Tanya omma-nya Julie.

Hah? Bagaimana omma-nya Julie kelihatannya sudah cukup mengenal hyung? aneh sekali.

"Ahjumma, ada sesuatu yang ingin kutunjukkan. Kuharap ahjumma siap melihatnya," ujar hyung, mengeluarkan ponselnya, "ini calon menantumu."

Hyung duduk di tepian ranjang, lalu menunjukkan sesuatu pada omma-nya Julie. Dari suaranya, sepertinya itu rekaman video dengan berbagai suara yang tidak jelas. Mata omma-nya Julie semakin lama semakin besar, sedangkan Julie yang kebingungan ikut melihat ponsel itu. Julie-pun semakin lama terlihat semakin kaget.

"Tunggu... Yonghwa..."

"Ne, ahjumma. Yonghwa-sshi. Dia sudah mengkhianati Julie. Aku sudah mengikutinya selama sepuluh hari terakhir dan inilah yang dia lakukan ketika dia tidak sedang sibuk dengan kegiatannya atau tidak sedang bersama Julie," jelas hyung, "dia berpacaran dengan artis pendatang baru yang namanya Hyebi. Dia MENGKHIANATI Julie.'

"Yonghwa... Yonghwa... bagaimana mungkin..."

Dan omma-nya Julie terlihat sesak nafas.

"OMMA!!!" teriak Julie kaget.

Aku langsung menekan bel untuk memanggil dokter, keadaan omma-nya Julie sangat tidak stabil sekarang.

"Ahjumma... aku akan menjaga Julie. Aku akan melindungi Julie selamanya. Ahjumma, aku mencintai Julie. Izinkan aku bersamanya. Tolong batalkan pernikahan ini," pinta hyung.

"DONGHAE! TEGANYA KAU MENYAKITI OMMAKU! AKU TIDAK AKAN..."

"Julie... Julie..." panggil omma-nya Julie, tangannya menggapai lemah ke arah Julie.

"Omma... Julie disini..."

Pintu didobrak keras: tiga perawat dan Leeteuk hyung masuk. Leeteuk hyung sempat memandangi kami sejenak, tapi langsung berlarian menuju ranjang. Aku tau dia pasti kebingungan, tapi perlu bersikap professional sekarang.

"Julie... omma tidak akan membiarkanmu... menikah dengan orang seperti Yonghwa... omma kecewa... omma akan membatalkan pernikahan ini..."

"Ta... tapi, omma, Park ahjussi..."

"Dia akan mengerti. Omma tidak... akan merelakan kebahagiaan putri tunggal omma... hilang... karena omma sudah berjanji dengan almarhum appamu... untuk membuatmu bahagia..."

"Omma!!!"

"Donghae-sshi... tolong jaga Julie... apapun yang terjadi ke depannya, tolong jaga Julie... kebahagiaan Julie, ada di tanganmu..."

"Bawa pasien ke ruang operasi," perintah Leeteuk hyung dengan nada suara yang berusaha ditenangkan.

"Aku akan menjaga Julie, eomonim. Jangan khawatir," tegas Donghae hyung.

Apa katanya tadi? EOMONIM?

"Omma, aku..." gagap Julie.

"Julie, omma tau... kau menyukai Donghae... sudah sejak lama... koleksi KRYSD di kamarmu yang kau sembunyikan itu... sesungguhnya omma pernah melihatnya... semuanya penuh dengan wajah Donghae..." kata omma-nya Julie, "jangan bohong, Julie... omma tau semuanya..."

"Omma..."

"Berjanjilah, Julie... akan bahagia bersama Donghae..."

"OMMA, ANDWAE!!!"

Aku menghampiri Yifang yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tubuhnya bergetar, dia masih menangis. Aku duduk di sampingnya dan meletakkan tanganku di bahunya.

"Yifang, jangan menangis lagi. Kau sudah menangis sepuluh menit lamanya. Itu tidak baik untuk matamu nantinya."

"Wookie, aku... aku... aku terharu!" seru Yifang di tengah isak tangisnya.

"Aku tau, Yifang, aku tau itu. makanya aku bilang, jangan menangis lagi," pintaku.

"Ternyata... selama ini Hae pergi untuk menyelidiki gerak-gerik Yonghwa-sshi. Dan... cara Hae melamar Julie sangat romantic! Untung saja... tidak terjadi apa-apa dengan Liu ahjumma!"

"Tentu saja. Leeteuk hyung tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya. Ingat kan, dia itu dokter dan hyung juga oppa kebanggaan kita?"

"Kau benar, Wookie."

"Sekarang berhentilah menangis. Harusnya kita bahagia."

Yifang menurunkan tangannya, dan wajahnya basah oleh air mata. Aku tersenyum kecil. Beginilah Yifang-ku, gampang sekali terharu. Kalau dia sudah menangis, air mata itu tidak akan berhenti. Mungkin ini juga yang menyebabkan para sutradara memuji acting menangisnya yang tampaknya sempurna. Aku menghapus air mata itu dengan tissue di tanganku.

"Ngomong-ngomong, aneh sekali rasanya kejadian hari ini. Apalagi aku berlarian dengan pengantin di dalam rumah sakit."

"Hahaha... kau benar, Wookie. Aku baru sadar sekarang masih memakai pakaian pengantin," ucap Yifang.

"Yifang cantik sekali memakai gaun pengantin. Aku ingin menikahi Yifang."

Mata Yifang melebar sejenak sebelum dia menundukkan kepalanya. Aku tau, aku memang mencintainya.

AUTHOR'S POV

"Donghae, Julie... mianhaeyo, omma membuat kalian khawatir..."

"Ah, aniyo, eomonim... akulah yang jahat... aku nyaris mencelakai eomonim," sesal Donghae, "aku tidak sadar betapa bodohnya dan cerobohnya aku..."

"Cinta memang membuat siapapun tampak bodoh, Donghae," ujar omma-nya Julie, "semoga Jungsoo tidak memarahimu karena ini."

"Hyung pasti akan memarahiku."

"Julie, tersenyumlah. Omma tau, melepaskan Yonghwa mungkin akan melukaimu, tapi itu untuk kebaikanmu di masa mendatang. Omma yakin, Donghae juga adalah pilihan yang tepat untukmu."

"Omma..." ucap Julie.

"Julie, terimalah aku jadi pacarmu. Ya... ya? Jangan hindari aku lagi," pinta Donghae.

"Donghae... apa aku... tidak sedang bermimpi?"

"Tentu saja tidak, Miss Julie."

"Ah ya, bagaimana... kalau Mimi oppa tau... kita berpacaran?"

"Kalau Mimi, kau tidak perlu khawatir, dia mengutamakan kebahagiaanku kok."

"Kalau orang-orang di tempatku mengajar tau? Peraturan di tempat mengajarku..."

"Kita lakukan secara backstreet dulu, sampai kita siap menikah?"

"Tapi kalau mereka tau sebelum itu..."

"Aku akan menemukan cara untuk membebaskanmu. Kau tidak akan sendirian, Julie."

Julie tersenyum. Dengan cara-cara yang aneh, dia akhirnya bisa menemukan kebahagiaannya di dalam diri Donghae. Donghae-pun bahagia, karena jodohnya akhirnya datang juga.

The destiny of meeting you, come across to touch the instant moment of true love

The destiny of two people, two roads have the same destination

The different of more beautiful scenery can't bear to be apart, you're my most bright April

Every paragraph chip of meeting, becomes bookmarker of love

The destiny of meeting you, actually the paradise is at your side

The destiny of two people, I'm happy between it

Use eyesight no need of any language, as long as still expecting to be able to hear each other

The chord of a silent song, playing the unchanged of eternity, every day of loving you

RYEOWOOK'S POV

"I hope I fall asleep forever like this... err... I wake up... with her pre... pre... pri... pre... aargh!!!"

Aku terlonjak dari ranjangku. Di ranjang sebelah, Yesungie hyung yang berbaring di ranjangnya sambil membaca sebuah buku terlihat stress.

"Kurasa yang itu bacanya presence, hyung. I wake up with her presence still," jelasku.

"Whoaaaaaa... bagaimana ini? Kenapa kerjaan ini membuatku stress sih? Kenapa kau sudah bisa, Wookie?" todong Yesungie hyung, "apa Yifang mengajarimu?"

"Iya, selama beberapa hari ini..."

"Aku benar-benar iri pada kalian. Aku tidak punya kemajuan sama sekali."

"Nanti tanyakan saja pada Julie waktu dia datang."

"Aku benci kalau stress sudah meracuniku seperti ini. Oh... aku ingin refreshing!!!"

Aku melirik tanggalan di dinding kamar kami. Tanggal 17. Refreshing? Ide yang bagus. Aku keluar kamar dan mengetuk pintu kamar Kibummie dan Zhoumi hyung. mudah-mudahan orang yang kucari ada.

"Nuguseyo? Masuklah."

"Zhoumi hyung!" panggilku sambil membuka pintu, "ini aku."

"Ah, Wookie. Duduklah," pinta Zhoumi hyung.

Aku suka sekali melihat kamar Kibummie dan Zhoumi hyung, karena kamar mereka (seperti halnya kamar Donghae hyung dan Leeteuk hyung) hampir selalu dalam keadaan rapi. Aku duduk di ranjang Zhoumi hyung, sementara si pemilik ranjang sedang duduk di depan meja, sibuk dengan laptopnya.

"Hyung, bisakah memberi kami liburan di hari Natal ini?"

"Kalian ingin liburan?"

"Kukira Yesungie hyung terlihat stress akhir-akhir ini. Lagipula aku berpikir... alangkah bagusnya kalau kita semua bisa melewatkan Natal bersama."

Zhoumi hyung membaca buku yang aku tau berisi ringkasan jadwal KRYSD.

"Memangnya kau punya usul apa?"

"Misalnya kita mem-booking taman ria..." usulku.

"Kupikir boleh juga. Kebetulan kalian belum punya jadwal di hari Natal. Sejak kalian debut sampai sekarang, Natal kalian selalu terisi dengan jadwal. Kurasa tidak keterlaluan kalau kali ini kalian mengambil liburan," kata hyung.

"Jadi... boleh?"

"Tentu saja. Sekalian aku pesankan taman ria-nya atas nama agensi?"

"Whoa~~ Zhoumi hyung, gomawo!!! Aku akan memberi tau Yesungie hyung, dia pasti senang!"

Aku memeluk Zhoumi hyung erat-erat, dan hyung menepuk punggungku.

"Ne... aku ikut senang asal kalian senang, Wookie..."

Dan Yifang juga pasti akan senang. Aku tidak sabar melihat wajahnya yang tersenyum bahagia kalau kami bisa pergi bersama nantinya...

AUTHOR'S POV

Yifang memandang cemas Manshi yang baru saja berlarian ke toilet. Yifang berdiri di ambang pintu kamarnya sambil menyilangkan tangan di dadanya. Sepagian ini (Yifang hari ini baru punya jadwal di malam hari) dia melihat Manshi (yang hari ini mengambil izin sakit) bolak-balik kamar mandi kira-kira sudah sepuluh kali banyaknya. Manshi muncul kembali di lorong dengan wajah sangat pucat.

"Ya, Manshi, kau sakit apa sih? Mau tidak kita suruh Iteuk oppa kesini?"

"Tak usahlah, Yifang, kupikir... aku Cuma sakit karena musim dingin," jawab Manshi, suaranya terdengar lesu.

"Apa yang kau muntahkan?" Tanya Yifang.

"Semua yang kumakan tadi pagi... dan sebenarnya... aku dari dua minggu yang lalu juga sudah muntah-muntah begini... Cuma dua hari ini semakin parah saja..."

Yifang menaikkan alisnya, lalu mendekati Manshi. mereka sama-sama masuk ke kamar Manshi yang berantakan seperti biasa. Manshi membanting dirinya ke ranjang bertingkatnya, wajahnya berkeringat.

"Manshi, sesuatu... tidak sedang terjadi padamu, kan?"

"Maksudmu?"

"Muntah-muntah... itu kan... mungkin berarti..."

Manshi membelalakkan matanya.

"Tidak... tidak!!! Tidak, aku tidak seperti yang kau pikirkan!"

"Yah, aku sih tidak mempermasalahkan kau itu seperti apa, tapi aku mengkhawatirkan perutmu, eh salah," ucap Yifang, "janinmu."

"Yifang, tak mungkinlah aku hamil..."

"Aku sih tidak mau menggerecoki hubunganmu dengan Ndong oppa. tapi kalau kalian pernah... eh... mungkin saja..."

"Kok cara bicaramu aneh sekali sih, Yifang?"

"Soalnya... aku... sudah dua hari ini juga..."

"Juga apa? Muntah-muntah?"

"Ya, pada malam hari dan di lokasi syuting. Aku Cuma... tidak mau membuat kalian khawatir, jadi aku berusaha selalu tampak sehat," jelas Yifang, "lagipula jadwalku agak kosong, jadi aku bisa cukup istirahat."

"Jadi kau jangan mencurigaiku dong. Jangan-jangan malahan kau yang hamil..."

"Aku... ya... aku... memang hamil."

Dan terjadi keheningan di tengah pembicaraan keduanya. Sedetik kemudian, Manshi berteriak kaget.

"APA KATAMU, YIFANG? KAU HA..."

"Stt... jangan kencang-kencang, Manshi! kau ingin karirku habis?"

Yifang membekap mulut Manshi, dan Manshi terengah-engah setelah Yifang melepasnya. Dia menelan ludah dengan susah payah.

"Kau benar-benar hamil?"

"Ya," jawab Yifang pasrah.

"Kau yakin?"

"Aku sudah mengeceknya dengan alat kehamilan. Aku tidak berani pergi ke Iteuk oppa."

"Itu... anak Ryeowook?"

"Kau pikir ini anak siapa? Anak Yesungie oppa? anak Sungminnie oppa?"

"Kau... tidak memberitau Ryeowook?"

"Aku tidak berani. Aku tidak tau apa tanggapannya kalau..."

"Kenapa kalian bisa ceroboh begitu, sih?"

"Kami tidak sengaja! Itupun hanya beberapa kali..."

"Beberapa kali, katamu? Kau gila, Yifang! Itu jadinya SANGAT MEMUNGKINKAN! Omona, apa sih yang kalian berdua pikirkan?"

"Manshi, jadi bagaimana dong?" Tanya Yifang panic.

"Beritau Ryeowook. Dia  pasti akan segera menikahimu. Aku yakin."

"Dan kau sendiri bagaimana? Kau harus menjaga janinmu."

"GYAAAAAAAAAH! AKU LUPA, YIFANG! EODDEOHKE?"

"Aku masih punya alat pengeceknya kok kalau kau mau..."

RYEOWOOK'S POV

"Asyik! Taman ria!!!" seru Yifang senang.

Syukurlah, akhirnya keinginan kami untuk bermain di taman ria pada hari Natal terwujud. Dan karena sudah direncanakan dari beberapa hari sebelumnya, semuanya jadi bisa mengosongkan jadwal untuk ikut acara ini. Leeteuk hyung (mengambil cuti sehari) dan Suxuan (syutingnya dengan Yifang baru saja selesai); Heechul hyung (menyerahkan salon pada anak buahnya); Hangeng hyung dan Xili (menutup resto sehari); Yesungie hyung (bahagia karena dilepaskan dari kewajibannya menghafalkan lirik lagu berbahasa Inggris kami); Kangin hyung (bahagia karena bosan di rumahnya); Shindong hyung (mengambil cuti mengajar) dan Manshi (cuti dari salon dan kerjaaan make-up artisnya); Donghae hyung (yang belakangan hobi malas-malasan) dan Julie (sedang punya masa liburan Natal); Eunhyuk hyung (sama seperti Shindong hyung); Siwon hyung (tidak sesibuk biasanya) dan Meifen (yang baru santai ketika liburan); Sungmin hyung (yang sedang bahagia) membawa seorang yeoja manis yang namanya Song Soohee (pacarnya); Zhoumi hyung (sebenarnya cukup lelah belakangan ini); Kibummie (belakangan stress karena banyaknya dialog yang harus dihafalkan); Yifang (sama seperti Suxuan); Kyu (yang syutingnya baru berjalan setengah) dan Yensin (yang masih kaget bisa berjalan bersama kami); dan Henry (yang tidak bosan-bosannya menggerecoki Yifang). Aku yakin kami semua akan berbahagia sepanjang hari ini. Dari jam delapan pagi, kami semua sudah sampai di taman ria yang kosong (hanya ada staff yang bertugas).

"Yifang," panggil Soohee dengan suaranya yang imut, "ayo kita main yang itu."

Soohee menunjuk permainan yang bisa berputar 360 derajat. Yifang bersorak senang, tapi seketika terdiam.

"Err... Soohee, aku tidak bisa main itu sekarang," tolak Yifang.

"Waeyo?"

"Kita duduk di ayunan melayang saja."

Dan hatiku bergetar. Itu pastilah...

"Ya, hyung, ayo kita main di arung jeram!" ajak Henry, menepuk bahuku.

"Ayo, aku juga mau kesana," ucap Heechul hyung, mengikuti jejak kami.

"Oh ya, ngomong-ngomong... tidak ada yang mengajak Yingmin, ya?" Tanya Sungmin hyung yang menyusul di belakang kami.

"Oh, si Yingmin. Kudengar Shindong hyung dan Eunhyuk hyung meninggalkannya untuk mengajar hari ini," jawab Henry, "kelasnya tidak terlalu banyak, makanya mereka tinggalkan dia untuk mengajar."

"Kasihan juga ya," komentar Heechul hyung.

"Lagipula kupikir... Yifang tidak suka melihatnya kalau datang?" tebak Sungmin hyung.

"Ya, kudengar mereka mempertimbangkan itu juga," ujar Henry, "sudahlah. Ayo kita senang-senang sekarang!"

Jam makan siang tiba. Kami menggelar tiga tikar besar di atas tumpukan salju. Aku membayangkan jika Heechul hyung, Yesungie hyung, Kangin hyung, Eunhyuk hyung, Zhoumi  hyung, Kibummie dan Henry kalau akhirnya sudah punya pacar juga, tidak tau kami butuh berapa tikar nantinya kalau harus piknik seperti ini lagi.

?!) ?(!)

Can it be this delicious? (That's right!) Has a person made this? ([Hey honey!)

( !!) ( !)
But I haven't heard of such taste, not even in rumours (Oh no, it's delicious!!) (It's too good! It's too good!)

(!!)
So she asks me about the taste (the best!!!!!) And as I shed a tear I told her

It's the first time since hair has grown on my head that I have such delicious cooking
 (! ) ( !) () (~)

(Hahahaha!) (Aah it's delicious!) (Eheheh) (I want more~)

"Whoa... jadi selain Wookie yang sibuk sepagian, rupanya Geng juga sibuk ya," komentar Leeteuk hyung, melihat jumlah makanan yang kami bawa dalam kotak-kotak makanan.

"Ini," tunjuk Yesungie hyung, "adalah masakan Wookie. Yang di dekat Xili itu masakan Geng. Lagipula, mereka masih menyimpan jatah untuk makan malam, masih ada di mobil."

"Whoaaaaaaaa... yakin deh aku akan kenyang makan ini," tunjuk Manshi pada setumpuk ayam goreng di hadapannya.

"Selamat makan!" seru Siwon hyung senang.

Donghae hyung dan Manshi membantuku menyiapkan makanan untuk piknik ini tadi pagi, sedangkan dari pihak Hangeng hyung, ada Meifen dan Xili yang ikut memasak. Tidak gampang mempersiapkan makanan yang banyak ini, tapi demi kebahagiaan bersama, aku jadi bersemangat juga.

Aku menyodorkan es krim cone ke wajah Yifang yang termenung. Yifang mengambil es krim itu dan tersenyum padaku. Aku duduk di sampingnya, memandangi langit yang sudah berwarna keunguan.

"Tidak terasa yah, sekarang sudah jam lima sore."

"Ya. kenapa Yifang tidak main lagi? Capek?" tanyaku.

"Ehm, tidak sih, Wookie, hanya saja... aku memilih beberapa permainan saja," jawabnya.

"Tapi kau sudah ke rumah hantu, kan?"

"Hahaha... itu sudah pasti, Wookie. Tadi aku menjelajahinya berdua dengan Mimi. Tidak kusangka, ternyata Mimi sama sepertiku, malah menertawai hantu-hantunya."

"Pasti yang bekerja jadi hantu malah jadi shock gara-gara kalian."

"Ne. mimi tadi malah mengageti vampire yang menunggui kami di balik batu. Dia berlari menjauh, tapi kami malah ketawa sampai sakit perut."

"Dasar kalian berdua."

Yifang tersenyum dan menundukkan kepalanya.

"Yifang, apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku?"

"Apa? Ani, Wookie... waeyo?"

"Manshi, hati-hatilah sedikit."

Pandangan kami teralih pada Shindong hyung yang membantu Manshi turun dari bianglala. Manshi biasanya menolak digandeng Shindong hyung, tapi tidak kali ini. Biasanya juga mereka sering sekali bertengkar, tapi belakangan ini tidak pernah terjadi lagi. Shindong hyung bersikap lebih lembut padanya, sedangkan Manshi juga lebih hati-hati dan tidak mencak-mencak lagi seperti biasa. Apakah ini artinya...

"Yifang, kau benar-benar tidak ingin bicara padaku tentang sesuatu?" tanyaku sekali lagi.

Yifang terlihat ragu dan menundukkan kepalanya.

"Yifang, ayo, ikut aku."

"Kita mau kemana? Bukannya kita sudah mau mempersiapkan makan malam, Wookie?" Tanya Yifang kebingungan.

"Gwaenchana, masih ada yang lain. Ayo."

Aku yakin Yifang pasti sangat bingung kuajak pergi begitu saja, masuk ke dalam taksi. Tapi aku sudah tidak tahan lagi. Aku tidak akan membiarkan dia menanggung beban ini sendirian. Lagipula aku termasuk salah satu orang yang melakukan kesalahan... kesalahan yang indah. Aku membawanya masuk ke apartemenku, menariknya duduk di depan piano.

"Kita... mau... ngapain, Wookie?"

Aku langsung menekan tuts piano dan bernyanyi.

My heart hears you.. from head to toe


Although the whole world laughs at me, my heart only listens to you

One two three, you smile and I think I lost my breath

Stay the way you are, I'm gonna say 'I Love You' and kiss you everyday
I love you love you love you

Forever I love you love you love you
Love you love you love you~
Oh my baby my love

 

"Yifang, kaulah cinta pertama dan terakhir dalam hidupku. Aku harap kau izinkan aku untuk bersamamu menjalani sisa hidup kita, tidak terpisahkan. Yifang, neomu saranghaeyo... would you marry me?" tanyaku, menggenggam tangannya.

 

Kurasakan tubuh Yifang bergetar, matanya sudah mulai basah.

 

"Wookie... kenapa?"

 

"Karena aku tau Yifang hamil. Kenapa tidak memberitauku sama sekali?"

 

"Bagaimana Wookie tau? Apa Manshi..."

 

"Aniyo. Sebenarnya di hari Manshi sakit itu, aku masuk ke apartemen kalian untuk memberitaumu tentang rencana liburan Natal kita ketika aku mendengar..."

 

"Ah, aku bodoh..."

 

"Aniyo... aku malah bersyukur aku mendengarnya. Kalau tidak, entah sampai kapan Yifang sembunyikan ini dariku. Kenapa tidak memberitauku?"

 

"Aku takut... Wookie bingung harus bagaimana menghadapi keadaan ini. Kita masih muda dan di atas puncak karir kita..."

 

"Kenapa harus bingung? Aku tidak peduli. Aku ingin menikahi Yifang," tegasku.

 

Kini air mata benar-benar sudah menetes dari matanya.

 

"Wookie..."

 

"Jawablah aku."

 

Yifang menganggukkan kepalanya, "yes... I do."

 

Dan aku memeluknya erat-erat seolah takut dia bisa menghilang dari hadapanku tiba-tiba. Yifang tertawa di tengah isak tangisnya.

 

"Ngomong-ngomong lagu tadi... aku belum pernah mendengarnya."

 

"Ah, itu lagu Kyu yang dia nyanyikan dalam drama terbarunya. Mian, aku malah memakai lagunya untuk melamar Yifang. Soalnya kupikir lagu itu bagus."

 

"Lagunya memang bagus. Gwaenchana, Wookie. Bagaimanapun lagu itu juga terdengar indah kalau Wookie yang nyanyikan."

 

"Tapi tetap lebih cocok untuk suara Kyu, kan? Tunggu Yifang mendengar dia bernyanyi, pasti akan setuju."

 

"Ehm... kurasa begitu sih."

 

Aku menundukkan kepalaku dan menempelkan telingaku di perut Yifang yang tidak terlihat berbeda dari biasanya. Belum terlihat berbeda, mungkin, perlu menunggu beberapa waktu lagi.

 

"Aegi... ini appa. Apa keadaanmu baik-baik saja? Appa akan menjagamu dan omma baik-baik hingga kau keluar, dan kita akan jadi keluarga yang bahagia. Jadi kau di dalam sana harus menurut ya, tidak boleh membuat omma sakit," ujarku pada si janin, "appa mencintaimu, arasso?"

 

Yifang tertawa.

 

"Wookie, mana bisa dia mendengarmu sekarang. Dia masih terlalu kecil."

 

"Gwaenchana... aku yakin dia akan mengerti. Oh ya, kita harus biarkan Leeteuk hyung memeriksamu ya."

 

Yifang tersenyum dan menyandarkan kepalanya di dadaku.

 

"Selain itu... Ayo kita minta perpanjang liburan, Yifang. Kita pakai tiket yang diberi Choi ahjussi untuk kita ke pulau Jeju yuk?"

 

"Aku sih sudah selesai syuting. Tapi apa Wookie bisa mengambil liburan lagi?"

 

"Bisa dinegosiasikan dengan Zhoumi hyung, tapi kurasa dia akan mengusahakannya seperti biasa."

 

"Ne, kalau begitu, aku setuju saja, Wookie," ucap Yifang.

 

"Yifang, kau tidak marah kan karena aku menghamilimu?"

 

Yifang menarik kepalanya dan memandangku.

 

"Apa? Kenapa harus marah? Itu kan tanggung jawabku juga. Aku malah senang... kalau bisa memberi Wookie anak."

 

"Kita akan menikah, lalu memberinya dongsaeng-dongsaeng."

 

Yifang menganggukkan kepalanya dan tersenyum bahagia. Ya, inilah akhir yang kuinginkan, ketika aku akhirnya bisa memilikinya sepenuhnya. Gomawo, Yifang. Kutarik dia ke pelukanku dan kucium dengan sepenuh hati...

 

 

AUTHOR'S POV

 

Sungmin kelaparan. Setelah turun dari bianglala, dia menepuk punggung Kibum yang ada di dekatnya.

 

"Kibummie, aku sudah lapar, kau bagaimana?"

 

"Aku juga. Sudah sepantasnya sih hyung, sudah hamper jam setengah tujuh sekarang. Ayo makan," ajak Kibum.

 

"Hangeng hyung, kami siapkan makan malam ya!" seru Sungmin pada Hangeng yang baru turun dari roller coaster dengan Xili.

 

"Boleh. Aku akan bantu," setuju Hangeng.

 

Mereka bertiga pergi menuju tas dan segala macam barang mereka dititipkan. Sungmin menoleh kesana kemari.

 

"Ada yang melihat Wookie? Aku merasa dia hilang."

 

"Ah iya, aku juga. Biasa dia pasti akan membantu kalau sudah siap jam makan malam," celetuk Kibum, "aneh."

 

Hangeng tersenyum, "gwaenchana, kita siapkan saja dulu. nanti dia juga bisa muncul."

 

Tapi perkiraan Hangeng salah. Setelah semuanya duduk melingkar di tikar seperti yang mereka lakukan pada siang hari, Ryeowook tak juga muncul.

 

"Dan bukan Wookie saja yang hilang, tapi Yifang onnie juga," ujar Suxuan setelah menghitung teman-temannya.

 

"Dan Yesung oppa. kalian juga tidak melihatnya kan?" Tanya Manshi.

 

"Hmm... sudahlah, tidak apa-apa, mungkin mereka ada urusan sendiri," kata Leeteuk, "ayo makan."

 

Leeteuk tersenyum. Meski dia tidak tau teman-temannya yang menghilang itu ada kerjaan penting seperti apa sampai menghilang, tapi dia yakin, mereka pasti tetap melakukan hal-hal yang menyenangkan.

 

"Kamsahamnida, sonsaengnim."

 

"Ne, kamsahamnida. Hati-hati waktu pulang ya," wanti Yingmin.

 

Yingmin membereskan peralatan elektronik yang dia pakai di ruang menari. Akhirnya setelah dia mengajar lima kelas, hari ini berakhir juga. Dia menuju ruang ganti dan mengganti pakaiannya yang penuh keringat, lalu memastikan barang-barangnya sudah tersimpan rapi dalam backpack-nya. Sebelum mematikan semua lampu, dia mengecek kembali apakah masih ada murid yang tertinggal di dalam, tapi ketika dia yakin dia tinggal sendirian, dia mematikan lampu.

 

"Sudah selesai mengajar?"

 

"Omo! Omona!" teriak Yingmin, menjatuhkan kunci dan gembok dari tangannya.

 

Dia menoleh dan melihat Yesung menyandarkan tubuhnya di tembok dekat pintu. Yingmin yang mengira dia tinggal sendirian dan sudah bersiap mengunci pintu jadi kaget setengah mati.

 

"Ye... Yesung oppa, bagaimana bisa disini? Bukannya oppa sedang di taman ria?"

 

"Ehm... kurasa aku mainnya sudah cukup," jawab Yesung, "lagipula aku enggan mencoba permainan yang ekstrim."

 

Yingmin mengunci pintu gedung les menari.

 

"Lalu yang lain?"

 

"Masih disana kurasa, menikmati makan malam."

 

"Jadi oppa belum makan?"

 

"Belum."

 

"Lalu oppa disini..."

 

"Temani aku makan yuk, aku lapar. Sekalian aku traktir."

 

"Lho, oppa? tapi kenapa?"

 

Yesung menegakkan dirinya dan memandangi Yingmin, "jadi kau tidak mau?"

 

"Bukannya tidak mau sih, Cuma... aku heran kenapa oppa ingin aku menemani oppa makan malam."

 

"Kupikir kau kesepian. Hyuk dan Shindong meninggalkanmu sendirian hari ini, dan mereka juga pasti pikir Yifang tidak mau melihatmu ikut kami."

 

"Oh, itu... gwaenchana, oppa. aku sudah biasa kok."

 

"Tapi Yifang tidak membencimu. Dia sudah mulai belajar menerimamu."

 

"Gwaenchana, oppa, aku mengerti."

 

"Aku tidak bisa tenang. Aku memikirkanmu."

 

Yingmin mengalihkan pandangannya dari wajah Yesung yang serius. Ini... tidak seperti Yesung yang biasanya, tidak seperti suasana yang biasanya. Lagipula boleh dibilang mereka jarang sekali berduaan begini, biasa hanya berhubungan lewat pesan atau telepon. Mungkinkah...

 

"Dan... kau ingin tau kan alasannya kenapa aku ingin kau menemaniku makan malam?" Tanya Yesung.

 

Yingmin mengangguk.

 

"Ayolah, ikut saja. Nanti kau juga akan tau."

 

Yesung menarik tangan Yingmin. Dalam hatinya, Yesung tau... cinta memang selalu terasa indah. Dulu, dia bahagia bisa bersama dengan Yifang walaupun hanya sejenak. Kini dia tau Yifang bahagia bersama Ryeowook, diapun merasa puas. Dan kali ini, dia tidak akan membiarkan cintanya yang baru lepas dari tangannya. Cinta ini pasti akan sama indahnya seperti cintanya yang sebelumnya. Dia akan melindungi yeoja ini dari lingkungan yang menghimpitnya, dia akan memberitau dunia ini bahwa dia jatuh cinta pada yeoja yang awalnya membuatnya takut dan dia yakin... yeoja ini adalah pilihannya yang tepat. Yesung memilih Yingmin sebagai pelabuhan terakhirnya.

 

 

 

To act the happiness, to play fine sweet love, I slowly taste your face

 

 

Obviously happy, we're to go toward, each other side sticky

 

 

Doesn't need to avoid happiness, we live inside each other heart, day by day, accumulatively attached

 

 

To act the happiness, to play fine sweet love, I slowly to taste your face

 

 

The colorful ending, in the story, we're walking together so far

 

 

Perfectly complete all over, love just exit from stove, upright fresh, I'm softly bite the eternity

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun