"Aku kemarin mengantar miss Baek pulang karena dia tidak sehat."
"Eomma melihatnya di sekolah minggu lalu. Dia memang terlihat agak kurus ya? Apa dia sekarang baikan?"
"Mudah-mudahan dia baikan. Jadi semalam dia menerima paket misterius berisi kaos yang ditulisi dengan darah."
"Apa?"
Eomma, hyong dan Chungdae hyong berteriak hampir bersamaan dan appa terbatuk keras.
"Jadi aku memutuskan menemaninya sebentar. Aku tak bisa meninggalkannya begitu, aku takut siapapun itu datang ke apartemennya."
"Bagus. Anak appa harus melakukan hal itu, tapi kau juga perlu berhati-hati. Kemungkinan kau sedang berhadapan dengan orang dewasa sekarang," nasehat appa, "jadi apakah paket itu sudah dilaporkan?"
"Ya appa, aku ke kantor polisi dan menyerahkan paket itu. Mereka akan menghubungi miss Baek hari ini."
"Anak eomma memang pintar," puji eomma sambil mengelus puncak kepalaku, "anak eomma sudah menjadi seorang pria."
"Tapi siapapun itu keterlaluan," ujar Dongsun hyong sambil memandangi jus jeruknya, "kau baca tulisannya?"
"Ya," jawabku setelah menelan bubur yang panas dengan terburu-buru, "darah ini seperti darah hatiku yang kau lukai. Ingat, aku masih belum bisa melupakanmu."