Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] I'm (Not) Allow to Love You [17]

12 April 2020   11:49 Diperbarui: 12 April 2020   11:43 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

Song list:

  • NCT DREAM -- Candle Light
  • IOI -- Downpour
  • WANNA ONE -- Home
  • WANNA ONE -- I.P.U Confession Version
  • Henry -- It's You
  • NU'EST -- Love Without Love
  • YookSungjae -- Loving You Again
  • DGNA -- Lucky Man
  • Yoo Seonho -- Maybe Spring
  • STRAY KIDS -- Neverending Story

Akhir-akhir ini aku kurang sehat. Tadi setelah jam mengajarku berakhir, kepalaku pusing sekali jadi aku beristirahat di School Infirmary. Bisa jadi ini karena aku sulit tidur dan selalu bangun pagi. Jam tidurku selalu kurang dari 6 jam. Dan bayangan Chungdae terus hadir di benakku.

"Baek Choeun!"

Eunyul eonni baru saja masuk ke ruangan dan wajahnya tampak cemas ketika dia duduk di sampingku.

"Kau sakit apa?"

"Hanya sedikit pusing, eonni."

Dia menatap mataku tajam.

"Apa yang terjadi padamu dan Chungdae?"

Aku terkesiap, "eonni bagaimana kau tau..."

"Aku tak pernah melihat kalian bersama lagi akhir-akhir ini. Ceritakan padaku."

Dan seakan bendungan yang kubuat pecah, kuceritakan segala hal yang terjadi semenjak Chungdae menjauhiku dan aku baru saja membuka lukaku yang belum sembuh sepenuhnya ketika aku menceritakan hal yang terjadi di gedung olahraga. Aku menangis sembari bercerita dan Eunyul eonni menepuk pundakku pelan.

"Tak apa... tak apa. Keluarkan semuanya."

"Aku... aku benar-benar lelah," isakku.

"Tapi tidakkah kau merasa aneh?"

"Aneh?" tanyaku sambil mengambil tisu untuk mengusap wajahku, "apanya yang aneh?"

"Sesungguhnya hanya ada 2 kemungkinan. Satu, dia memang hanya bercanda denganmu, dan jika memang itu alasannya, dia benar-benar brengsek dan aku tak pernah menyangka dia begitu. Atau dua, ada sesuatu yang terjadi yang membuatnya dengan rela atau tidak, menjauhimu."

Aku berpikir keras. Tapi kurasa pilihan pertamalah yang lebih masuk akal.

"Ah sudahlah itu hanya prediksiku. Kau harus pulang sekarang dan istirahat yang cukup."

"Ya, kurasa aku butuh tidur," ucapku pelan, "terimakasih eonni, kau selalu mendengarkan aku."

"Itu tak masalah. Sayang aku tak bisa menemanimu pulang, aku mengajar club hari ini."

"Tak apa, aku bisa pulang sendiri."

Lalu kudengar pintu terbuka dan sejenak kemudian aku bisa melihat Donghyun berjalan pelan menghampiri kami.

"Annyeonghaseyo miss Hwan, miss Baek," sapanya sambil tersenyum.

"Oh annyeonghaseyo Donghyun!" balas Eunyul eonni sambil mengangkat tangannya.

"Ada apa, Donghyun?"

"Kudengar miss sakit. Apakah miss sudah baikan?"

"Oh itu, aku sudah merasa lebih baik."

Eunyul eonni menoleh kepadaku lalu kepada Donghyun.

"Donghyun-ah, apakah kau ada kegiatan club hari ini?" tanya Eunyul eonni.

"Untuk hari ini aku tak punya kegiatan apapun," jawab Donghyun.

"Kalau begitu!" seru Eunyul eonni membahana, "bisakah kau menemani miss Baek pulang?"

"Eonni, aku bisa sendiri. Donghyun..."

"Baik, aku akan menemaninya pulang. Aku akan membereskan tas miss Baek dulu dan membawanya kesini," potong Donghyun.

"Eonni, apa yang kau lakukan," hardikku setelah Donghyun pergi.

"Setidaknya sekarang aku bisa lebih tenang karena ada yang menjagamu," ujarnya pelan, "dan kau bisa mulai move on."

"Aku bukan anak kecil lagi dan soal move on..."

"Ah aku tak ingin dengar apapun."

Donghyun tidak hanya menemaniku tapi juga menjagaiku. Dia membawakan tasku dan mensejajarkan langkahnya denganku. Pasti sulit, mengingat kakinya panjang dan biasa langkahnya lebar. Melewati stasiun subway tiap hari tidak membuat perasaanku lebih baik. Aku teringat saat Chungdae membopongku. Aku harus melupakannya.

"Terimakasih banyak, Donghyun."

"Aku akan menemani miss sampai ke atas," ujarnya sambil tersenyum.

Aku tak punya banyak tenaga untuk berdebat dengannya jadi kubiarkan dia menemaniku. Di depan pintu apartemenku ada sebuah kotak paket yang ukurannya cukup besar. Aku tak mengingat aku berbelanja online jadi aku tak tau apa gerangan isinya. Kubuka pintu apartemen sambil membawa kotak itu masuk. Donghyun masuk beberapa langkah mengikutiku lalu meletakkan tasku di sofa.

"Sekali lagi terimakasih Donghyun-ah."

"Tidak masalah miss."

"Apakah kau tak ingin minum sesuatu dulu?"

"Aku tidak apa-apa. Miss harus langsung beristirahat dan jangan online lagi,oke?"

Aku tertawa ringan, "baik, aku akan langsung tidur setelah mandi."

"See you tomorrow miss."

Aku melambai padanya lalu menutup pintu setelah dia keluar. Aku duduk di sofa dan membuka paket tanpa data pengirim itu. Ada sebuah kaos putih yang terlipat setelah aku membuka kotaknya. Aku menarik kaos itu dan seketika menjerit dan melemparkan kaos itu ke seberang ruangan. Bel apartemenku berbunyi. Aku menoleh dan memandangi pintu itu dengan ketakutan.

"Miss Baek, ada apa?"

Aku mundur hingga ke tembok dan tidak bisa berpikir apapun.

"Miss Baek, open the door!"

Setelah aku bisa menguasai diriku, dan aku yakin itu suara Donghyun, kubuka pintunya dan Donghyun merangsek masuk.

"What happened?"

Kakiku terasa lemas dan aku merosot ke lantai, Donghyun memegangi pundakku.

"Miss, ada apa?"

Aku bisa mendengar nada panik dalam suaranya. Kutunjuk kaos di seberang ruangan dan dia menghampiri untuk mengecek kaos itu.

"Darah ini seperti darah hatiku yang kau lukai. Ingat, aku masih belum bisa melupakanmu."

Aku bergidik mendengar Donghyun membaca kalimat itu. Dia memasukkan kaos itu kembali ke kotaknya dan mengambilnya sebelum menghampiri aku lagi.

"Miss, I'll take this package to the police station."

Aku menarik kaosnya, "don't leave me."

Aku tak tau apa yang kupikirkan, aku hanya tak ingin sendirian saat ini. Donghyun meletakkan kotak itu dan memeluk tubuhku dari samping.

"Alright miss, I'll stay. I won't leave you."

***

MIN DONGHYUN'S POV

Aku tetap menepuk punggung miss Baek pelan. Aku melihat wajahnya yang tertidur tenang. Sudah jam 11 malam, bagaimanapun aku harus pulang, orangtuaku akan khawatir. 

Perlahan aku menggeser badanku dan meletakkan kepala miss Baek bersandar ke sofa sebelum kuangkat dia perlahan. Tadi dia tertidur di pundakku setelah menangis dan gemetar ketakutan Aku tak menyangka aku sekuat ini, tapi aku bersyukur karenanya. Aku merebahkannya perlahan ke ranjang dan menyelimutinya.

"Tidur yang nyenyak, miss."

Aku merapikan rambutnya. Kulihat keadaan di sekitar kamarnya dan tersenyum pada boneka anjing yang diletakkannya di sisi kepalanya.

"Oh, kau disini. Jaga dia sementara aku tidak disini oke, jadi anjing yang baik," kutepuk kepala si boneka anjing perlahan.

Kukira miss Baek membuangnya, tapi ternyata dia membawa hadiah Valentine's Day-ku itu pulang dan bahkan meletakkannya dekat dengannya. Aku senang. Perlahan aku berjalan keluar kamarnya. Kuambil tasku dan kutatap kotak itu. Benar, aku harus membawanya ke kantor polisi. Siapapun itu yang membahayakan miss Baek, tak akan kubiarkan melakukannya lagi.

"Pagi, Donghyun-ah."

"Selamat pagi, eomma, appa, hyong."

"Chungdae disini ikut sarapan dengan kita," ujar eomma.

Chungdae hyong melambaikan tangannya.

"Pagi hyong!" aku duduk di sebelahnya.

"Jadi apa yang membuatmu pulang jam 1 semalam? Mau cerita pada kami sekarang?" tanya appa sambil menyendokkan bubur ke dalam mulutnya, "ah panas!"

"Aku kemarin mengantar miss Baek pulang karena dia tidak sehat."

"Eomma melihatnya di sekolah minggu lalu. Dia memang terlihat agak kurus ya? Apa dia sekarang baikan?"

"Mudah-mudahan dia baikan. Jadi semalam dia menerima paket misterius berisi kaos yang ditulisi dengan darah."

"Apa?"

Eomma, hyong dan Chungdae hyong berteriak hampir bersamaan dan appa terbatuk keras.

"Jadi aku memutuskan menemaninya sebentar. Aku tak bisa meninggalkannya begitu, aku takut siapapun itu datang ke apartemennya."

"Bagus. Anak appa harus melakukan hal itu, tapi kau juga perlu berhati-hati. Kemungkinan kau sedang berhadapan dengan orang dewasa sekarang," nasehat appa, "jadi apakah paket itu sudah dilaporkan?"

"Ya appa, aku ke kantor polisi dan menyerahkan paket itu. Mereka akan menghubungi miss Baek hari ini."

"Anak eomma memang pintar," puji eomma sambil mengelus puncak kepalaku, "anak eomma sudah menjadi seorang pria."

"Tapi siapapun itu keterlaluan," ujar Dongsun hyong sambil memandangi jus jeruknya, "kau baca tulisannya?"

"Ya," jawabku setelah menelan bubur yang panas dengan terburu-buru, "darah ini seperti darah hatiku yang kau lukai. Ingat, aku masih belum bisa melupakanmu."

Aku yakin Chungdae hyong menjatuhkan garpu yang digenggamnya tapi tak ada yang memperhatikan itu karena semuanya sibuk berpikir.

"Kasian sekali miss Baek. Orangtuanya tinggal jauh di Busan sedangkan dia hidup sendirian di Seoul semenjak kuliah hingga sekarang," ujar eomma prihatin.

"Beritau dia kalau dia butuh bantuan kita, kita akan siap membantu kapan saja," pinta appa.

"Ya, appa," jawab Dongsun hyong dengan dahinya yang berkerut, sibuk berpikir.

Aku melirik Chungdae hyong dan penasaran apa reaksinya. Tapi dia tidak mengatakan apapun dan hanya terus makan dalam diam.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun