Wajah Yifang tiba-tiba memucat dan dia bertukar pandang ketakutan dengan Wookie. Wookie menepuk bahunya.
"Itu hanya pengandaian, Yifang. Orangtuaku akan menyukaimu, itu sudah pasti, oke?" kata Wookie, menenangkan.
Yifang mendesahkan nafas lega.
"Baiklah, kalau aku ya, naluri seorang wanita... err... harusnya sih... kalau bukan hubungan kami bisa merugikan pihak Wookie misalnya, atau Wookie sebenarnya... err... sudah punya pacar yang disetujui orangtuanya? Atau kemungkinan yang lain... aku merasa tidak pantas untuk Wookie... err istilah lainnya sih rendah diri," ucap Yifang.
"Itu dia!" teriak Kyu, "rendah diri!"
"Tapi aku lebih percaya teori Choi ahjussi mengarang-ngarang kalau hyung sudah punya pacar... err... atau lebih parah dari itu? Jodoh? Calon istri?" usul Wookie.
Tiba-tiba sinar cerah muncul di otakku. Betapa bodohnya aku, kenapa aku tidak kepikiran semua itu? Aku anaknya! Dan kejadian itu bukan hanya sekali terjadi! Appa... mungkin saja melakukannya! Omona... apa yang kulakukan? Kenapa aku melepas Meifen begitu saja? Tidak... pemisahan itu tidak boleh terjadi lagi.
"Yifang, suruh Meifen kesini begitu pulang kerja," pintaku dengan suara yang tenang.
"Siap, Siwonnie oppa!" seru Yifang, langsung mengambil ponselnya.
"Siwon hyung, kami mendukungmu," kata Wookie, meletakkan tangannya di lenganku.
Ya... aku harus... berhasil, kali ini. Aku mencintai Meifen, aku tidak akan melepasnya walau nyawa taruhanku. Appa... kenapa kau lakukan ini lagi? Dan proses menunggu Meifen rasanya seperti berhari-hari lamanya, padahal waktu aku datang sudah jam satu, dan Meifen pulang kerja jam tiga. Sekitar jam setengah empat, bel apartemen berbunyi lagi. Leeteuk hyung keluar dari kamar dan membukakan pintu.