"Aku tidak mencintaimu, Choi Siwon," kataku sambil memandang lurus ke matanya, "kumohon jangan paksa aku lagi. Pergilah, temukan cintamu yang lain."
Dan aku bangkit dari kursi itu. Kepalaku pusing, jantungku berdebar keras. Hatiku menangis, dan akupun ingin menangis. Tapi aku tak boleh menangis, atau semuanya akan gagal...
"Meifen, jangan... kumohon jangan tinggalkan aku. Aku tak bisa hidup tanpamu, hanya kau yang benar-benar kucintai. Kalau memang aku berbuat kesalahan, aku akan berubah, tapi kumohon jangan tinggalkan aku. Aku akan melakukan apapun, aku akan memenuhi apa yang kau mau, aku akan berubah menjadi..."
"Tidak perlu, oppa. Oppa hanya perlu menjadi diri oppa sendiri, tapi aku tidak mencintai oppa. Tidak ada yang perlu oppa lakukan."
Aku berjalan meninggalkannya. Hatiku menjerit-jerit memakiku, memaki aku yang menyakiti Siwon, menyakiti orang yang benar-benar kucintai...
"YA~ QIAN MEIFEN! KALAU KAU BERANI BERJALAN SELANGKAH LAGI, JANGAN MOHON UNTUK KEMBALI KE SISIKU LAGI!"
Kalaupun aku mau, Siwon, aku tak akan bisa lagi... memohon untuk kembali kepadamu. Aku tak pantas, dan inilah akhir terbaik dari kisah cinta kita. Aku berlari menuju restoran, setetes air mata lolos, tak bisa lagi kutahan. Mianhae, Siwon...
Â
Do you still remember? You're everything for me, you believe me right?
Can I stay right beside you till forever?
( )
In this wide world, there's only one person (I only want you), you know this right?