"Hangeng hyung, annyeong," sapa Siwon.
Aku melihat sosoknya di ambang pintu dapur, tinggi, tegap dan sempurna. Dia tersenyum pada Hangeng dan padaku. Hangeng balas menyapanya dan aku tersenyum padanya.
"Yifang sudah ditemukan," kata Hangeng, langsung menyebarkan berita yang baru kusampaikan.
Kami duduk di salah satu meja di depan dan mendiskusikan semuanya. Siwon percaya pada teori Kangin tentang unsur penculikan oleh orangtua Yifang terhadap Yifang.
"Semuanya akan jelas kalau dia sudah kembali pada kita dan menceritakan segalanya."
"Ya, benar, oppa," ujarku setuju, "oh ya, Hangeng oppa, aku bisa keluar sebentar? Aku ingin bicara pada Siwon oppa."
Hangeng mengangguk, "boleh saja."
Siwon mengikutiku berjalan menuju taman tempat dia menghiburku pertama kalinya juga tempat kami mengungkapkan perasaan cinta. Aku menghela nafas. Rasanya... waktu itu sudah berlalu lama sekali. Aku duduk di bangku tamannya, dan Siwon duduk di sampingku. Dia menggenggam tanganku, tersenyum padaku, lalu dengan tangan yang lainnya dia menarik kepalaku untuk bersandar di dadanya yang bidang, lalu merangkulku. Aku bisa merasakan kehangatannya, bisa mencium bau parfumnya dan mendengar detak jantungnya. Siwon... Siwon-ku...
"Meifen, kenapa? Kenapa kau diam sekali hari ini? Apa hal penting yang mau kau bicarakan?" tanyanya tanpa henti.
Aku menghela nafas panjang.
"Oppa... aku ingin kita putus."