Dalam kunjungannya di P. Bali dan P. Batam, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiga Uno, mengatakan “Travel Bubbles” sebagai solusi untuk menarik “Wisman” (wisatawan mancanegara) datang ke Indonesia. Apakah “Travel Bubbles”?
Berikut kutipan artikel dari tiga media asing mengenai “Travel Bubbles”:
1. Forbes: How ‘Travel Bubbles’ Are Replacing Quarantines Around The World
“Two or more countries that have successfully curtailed COVID-19 agree to create a bubble.” [Sumber]
2. The New York Times: Remember the ‘Travel Bubble’? Here’s How It Burst
“travel bubbles”: alliances between neighboring nations with low infection rates that would allow travelers from those countries to freely visit.” [Sumber]
3. The Standard: Travel bubble: Travel safely during Covid-19
“Travel bubbles are essentially an exclusive partnership between neighboring or nearby countries that have demonstrated considerable success in containing and combating the COVID-19 pandemic within their respective borders.” [Sumber]
Kesimpulannya, “Travel Bubbles” dapat dilakukan oleh negara yang berhasil menekan penyebaran & akibat yang ditimbulkan oleh Covid-19, contohnya:
1. Singapura
Jumlah Penduduk: 5.879.413
2. New Zealand
Jumlah Penduduk: 5.002.100
3. China
Jumlah Penduduk: 1.439.323.776
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia
Angka kematian dan penyebaran Covid-19 di Indonesia terus meningkat hingga bulan Februari 2021, artinya Indonesia belum mampu mengatasi Covid-19. Maka, kecil kemungkinannya negara lain bersedia melakukan “Travel Bubbles” dengan Indonesia.
Berikut data kasus Covid-19 di Indonesia dan beberapa negara lainnya
Agar industri pariwisata bergerak lagi, bagaimana jika kesepakatan “Travel Bubbles” dibuat khusus untuk daerah pariwisata saja seperti Pulau Bali & Pulau Batam?
Data Covid-19 di Pulau Bali & Pulau Batam:
Pulau Bali
Jumlah Penduduk: 4,32 juta
Positif: 32511
Perawatan: 2443
Sembuh: 29193
Meninggal: 875
Pulau Batam
Jumlah Penduduk: 1,3 juta
Positif: 5804
Perawatan: 103
Sembuh: 5552
Meninggal: 149
Ternyata Covid-19 di Pulau Bali & Pulau Batam tidak teratasi, bahkan ada wilayah yang masuk zona merah:
1. Pulau Bali: Bali Post (4 Februari 2021) [Sumber]
Judul: Hari Ini, Lima Zona Merah Dominasi Tambahan Kasus Covid-19 Bali
2. Pulau Batam: Republika (20 Februari 2021) [Sumber]
Judul: Sudah tak Ada Zona Merah Covid-19 di Batam
Batam Kota dan Lubuk Baja pekan lalu masih zona merah dan kini jadi zona merah muda.
Ironisnya, Pulau Bali & Pulau Batam adalah “sebuah pulau”, yang berarti secara alami merupakan wilayah “lockdown”, tapi ternyata Covid-19 tidak terkendali di sana. Tampaknya pemerintah daerah kewalahan menangani Covid-19, maka sebaiknya pemerintah pusat harus turun tangan ikut menangani masalah tersebut.
Vaksinasi penduduk di Pulau Bali & Pulau Batam?
Jika penduduk Pulau Bali & Pulau Batam seluruhnya divaksinasi dan penyebaran Covid-19 dapat ditekan ke tingkat yang paling rendah, apakah “Wisman” yang berlibur di kedua pulau tersebut akan aman dari Covid-19?
Lihat artikel dan grafik di bawah ini:
1. BBC News: Australia suspends New Zealand travel bubble amid new virus strain. [Sumber]
Australia has suspended a travel bubble with New Zealand after its first Covid case in months was confirmed to be the South African variant.
Tiba-tiba muncul Covid jenis baru di Australia, sehingga “Travel Bubbles” ditunda.
2. Vietnam
Jumlah penduduk: 97.891.614
Vietnam pada awalnya mampu mengatasi pandemi Covid-19, tapi kemudian mengalami kenaikan kasus dibulan Februari 2021.
Penyebaran Covid-19 bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Cukup satu orang pegawai hotel, atau pelayan restoran, atau sopir taksi mengidap Covid-19, maka virus itu akan menyebar dengan cepat.
Bila itu terjadi pada saat kawasan wisata sedang dipenuhi “Wisman” dan kemudian ada yang tertular Covid-19, maka akibatnya fatal. “Wisman” tidak berani datang ke Indonesia, bahkan pemerintahnya akan melarang warganya datang ke Indonesia. Akibatnya industri pariwisata Indonesia bisa hancur. Ada pepatah mengatakan: “Karena nila setitik, rusak susu sebelanga” (“A small things can ruin big things”).
Agar industri pariwisata di Pulau Bali & Pulau Batam dapat segera berjalan kembali dengan aman, ada tiga pertanyaan yang perlu dijawab, yaitu:
1. Apa yang harus dilakukan agar “Wisman” bersedia datang ke Indonesia?
2. Apa yang harus dilakukan agar pemerintah asal “Wisman” mengizinkan warganya berkunjung ke Indonesia?
3. Apa yang harus dilakukan agar “Wisman” aman dari Covid-19 selama mereka berada di Indonesia?
Kawasan Wisata Tertutup (KWT)
Kawasan Wisata Tertutup (KWT) bukan hal yang baru di Indonesia. Kawasan wisata Lagoi di Pulau Bintan tertutup untuk umum. Hanya yang berkepentingan bisa masuk ke daerah tersebut. Memang saat ini pengawasannya tidak begitu ketat. Agar aman dari Covid-19 prosedur pengawasannya perlu diperbaiki.
Kawasan Wisata Tertutup (KWT) harus steril, layaknya seperti “ruang operasi” di rumah sakit.
Selama “Wisman” ada di kawasan tersebut, tidak seorang pun diizinkan keluar atau masuk kawasan tersebut. Semua yang berkepentingan di wilayah tersebut harus tinggal di sana (karyawan, pedagang dll.). Semua kebutuhan sudah dipasok sebelum wisatawan datang.