“Kita semua adalah orang yang taat beragama, oleh karena itu kita harus tinggalkan kemewahan dunia. Jangan terlena dengan harta, jadilah orang yang sederhana”
Semua hening
“Wahai orang kaya, Ingatlah! Hidup ini tidak selamanya. Percuma kalian memiliki harta yang banyak namun iman kalian sedikit.!” Sambungnya lagi dengan berapi-api.
Kami terbelangak menatapnya. Ceramahnya ditayang oleh semua media ke seluruh penjuru kota.
Nasehatnya disamput oleh kaum papa, sebagian dari mereka bertepuk tangan dan sebagian lain mengerutkan dahi.
Namun, karena sang penasehat sangat dihormati kami pun manut. dan sudah menjadi tradisi kami mematuhi penasehat kota.
Beberapa orang kaya menyumbangkan seluruh harta bendanya ludes dan mereka pun tinggal di rumah kecil seperti kaum papa lainnya.
“Makanya jangan jadi orang kaya, Imanmu rendah, mending seperti kami. Kami hidup sederhana, tapi iman kami tinggi karena kami yakin tuhan menyayangi kami.” Ejek kaum Papa.
“Tapi kami tetap rajin beribadah dan berbagi.” Orang kaya membela diri.
“Cueh.. Semua orang kaya itu sombong, kalian beribadah agar dikira orang alim, dan berbagi agar dihargai orang saja.” Kebencian kaum papa semakin menjadi-jadi.
“Bukan… bukan begit….”