"lho, hanya sesederhana itukah permintaanmu"
"Mohon maaf, paduka, hanya itu permintaan hamba"
"Kalo begitu ya terserah kamu, Aku pasti setuju"
usai menghadap Raja terjadi perdebatan di antara ketiga menteri itu. Dua menteri mencemooh pilihan Menteri Pangan yang menurut mereka cukup bodoh.
"hai kawan, ini kesempatan emas, kapan lagi kita bisa punya rumah mewah nan megah. Jangan bersikap bodoh, cepat kau ubah permohonanmu," Menteri Keamanan menasehati.
"Bagiku punya kebun buah kesukaan adalah anugrah terbesar, alangkah senangnya jika bisa memetik buah kesukaan di kebun sendiri," Menteri Sandang menimpali.
Menteri Pangan yang menjadi sasaran cemoohan itu hanya tersenyum. ia yakin pilihanya paling tepat.
"Aku memang tidak punya rumah besar dan mewah, aku juga tidak punya kebun yang luas, tapi aku yakin aku bisa menikmati semua itu"
"hahahah..., mana mungkin...?"
kedua menteri itu menertawai Menteri Pangan.
waktu pun kian berlalu. Rumah besar nan megah milik Menteri Keamanan sudah beberapa tahun selesai dibangun. Tapi belum sekalipun Sang Menteri pernah menempatinya. ia hanya beberapa kali menengoknya jika kebetulan tugas kerjaan berdekatan dengan lokasi rumah impianya itu. demikian pula kebun anggur yang luas milik Menteri Sandang, kesibukanya tidak memungkinkan ia datang ke kebunnya. Belum pernah Sang Menteri menikmati buah anggur dari kebunnya sendiri.