"Tetapi jika kita membiarkan plastik di lautan, hal ini berarti kita membiarkan mereka tidak dapat mendeteksi mana yang plastik dan mana yang non plastik, mereka hanya makan saja apa  saja yang ada di depan mereka", jelas ilmuwan itu.
Tanpa sadar orangtua burung itu memberikan makanan plastik yang dibawanya kepada anaknya . Akibatnya anak burung-burung itu ke luar dari liangnya dengan perut yang penuh dengan plastik.  Bahkan tampaknya mereka  kekurangan nutrisi, tidak mampu bertumbuh dan berkembang mandiri.
Tugas bantuan dari tim ilmuwan itu dengan membasuh atau mencuci perut burung-burung itu tanpa meluakinya. Â Caranya adalah dengan menyemprot dengan air laut dan mengeluarkan plastiknya, demikian dijelaskan oleh Dr. Lavers.Â
Serangkaian acara proses penyelamatan itu telah diflimkan oleh tim crew film BBC. Â Salah seroang crew, Liz Bonnin, mengatakan apa yang dilihatnya di Pulau Lord Howe adalah hal yang paling terberat selama karirnya.
"Saya sangat shockk  berapa banyak dari anak-anak burung itu yang harus kami bantu untuk mengeluarkan plastik dari perutnya!" ujarnya kepada Penyiar BBC. Â
Ia melihat 90 plastik keluar dari salah satu pertu anak-anak itu pada suatu hari.
"Tetapi para ilmuwan itu menceritakan bahwa mereka harus menarik sebanyak 200 sampai 250 buah plastik dari burung-burung yang mati atau mati disebabkan "regurgitasi". Suatu hal yang mengerikan jika kia melihatnya.
Jennifer Lavers  menambahkan bahwa kebanyakan palstik yang ditemukannya itu sebenarnya masih dapat dicegah apabila barang-barang yang ikut termakan oleh burung laut itu seperti sikat gigi plastik, plastik dari pamper bayi dan sebagainya. Â
Keselamatan dari semua binatang liar ini jadi taruhannya apabila kita sebagai mahluk hidup yang punya kesadaran betapa plastik sebenarnya membunuh binatang itu. Jika binatang mati, keseimbangan dari mahluk hidup di dunia ini.
Serat Sisal jadi solusi serbuan plastik: