Mohon tunggu...
Didik Prasetyo
Didik Prasetyo Mohon Tunggu... Live - Love - Life

Menulis adalah cara untuk menyulam hidup dan mengabadikan kasih yang tak lekang oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Air Tak Mengalir, Jalan Pun Rusak

12 Agustus 2025   10:20 Diperbarui: 12 Agustus 2025   10:20 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Papan proyek yang dulu berjajar manis di pinggir jalan, kini menghilang entah ke mana.
Seolah mereka datang hanya untuk menggali, bukan memperbaiki.

Di sudut warung kopi, aku mendengar suara lirih:
"Jalan ini milik proyek, bukan milik rakyat," ucap seorang bapak tua, sambil menatap lubang yang dalamnya melebihi harapan.

Kupungut sebaris puisi yang aku temukan di koran lama:

Air mengalir tak tentu arah
Jalan berlubang, harap pun retak
Di kota yang lupa merawat
Rindu datang, tapi hanya lewat.

Breaking News dari radio lokal pagi ini:
"Proyek perbaikan pipa PDAM di Kota Tenggara molor hingga akhir bulan depan. Warga diimbau bersabar dan menggunakan air secukupnya."

Aku tahu, kesabaran warga sudah tipis seperti kulit telur yang hampir pecah.

Tapi, aku percaya-dari celah kecil di jalan berlubang ini,
mungkin ada secercah harapan yang perlahan menembus gelap.

Kalau di luar negeri, air kran bisa langsung diminum tanpa ragu. Turis-turis yang mampir ke sini sering heran. Ada yang tiba-tiba ngacir ke dapur rumah tetangga buat minta air kran, pikirnya air PDAM kita juga segar dan steril seperti di negeri orang.

Aku pernah dengar cerita dari tetangga yang pernah jadi tour guide. Suatu kali, ada turis asing yang sok percaya diri, langsung menenggak air kran di rumah warga. Hasilnya? Muntah-muntah, dan buru-buru nyari air mineral. Warga di situ sampai ketawa geli, sambil bilang, "Ini air istimewa, dari sumur seni budaya lokal."

Air di Tenggara memang fenomenal-bukan karena bersih, tapi karena setia bikin warga cekikikan (dan kadang kesal). Setiap tetes yang berhasil mengalir adalah kemenangan kecil yang dirayakan diam-diam, dengan harapan agar besok lebih baik.

Aku menulis bukan untuk mengeluh, tapi untuk mengingatkan bahwa setiap lubang di jalan ini menyimpan cerita, dan setiap tetes air yang tak mengalir menyimpan doa.

Pak Dhe,
Jalan Raya Tenggara, pinggir selokan tua yang entah kapan direnovasi,
pukul 06.56 pagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun