Ketika Nora turun dari podium, ia diarahkan langsung ke luar oleh petugas Palang Merah. Kapal yang akan membawanya ke Belanda, tempat rehabilitasi dan pengobatan sudah bersiap di pelabuhan. Hanya ada waktu beberapa menit.
Pambudi berlari.
Menembus kerumunan.
Menyerobot pagar kecil.
"Nora!" teriaknya, seperti meneriakkan nama yang selama ini ia bisikkan dalam doa.
Nora menoleh. Matanya langsung basah. Tapi langkahnya tak bisa berhenti. Para petugas memintanya naik.
Pambudi tiba tepat ketika tali tambat kapal dilepas.
Mereka berdiri terpisah satu dermaga, satu di dek, satu di daratan. Tak ada peluk. Tak ada janji. Hanya tatapan yang memuat ribuan hari yang tak akan bisa diulang.
"Maafkan aku..." ucap Pambudi, nafasnya terengah.
Tapi Nora hanya tersenyum, air matanya membasahi pipi.
"Kita sudah cukup," katanya pelan, hampir tak terdengar.
"Tak semua cinta harus dimiliki. Tapi cinta yang tetap setia... itu sudah seperti surga yang kudamba."