Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Neras Suara Institute

Ngopi, Jagong dan Silaturrahmi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indahnya Berbagi, Gagasan Materialistik atau Estetik

17 Maret 2025   19:02 Diperbarui: 17 Maret 2025   19:28 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Berbagi itu Indah: Gagasan Materialistik atau Estetik (Sumber: Pixabay/ ASTRO_GRAPHIC )

Di dunia yang semakin sibuk dan individualistis, berbagi sering kali dipahami dalam bentuk yang sempit: memberi materi kepada mereka yang kurang beruntung misalnya. Namun, apakah berbagi hanya sebatas itu? Tentu tidak.

Ada pandangan yang menganggap bahwa berbagi adalah tentang keikhlasan dalam memberikan harta, sedangkan ada pula yang melihatnya sebagai bentuk dukungan non-material seperti perhatian, ilmu, atau sekadar mendengar.

Di antara dua pandangan tersebut ada kesadaran untuk berbagi menemukan posisi strategisnya: bukan hanya sebagai aktivitas sosial, tetapi sebagai nilai yang membentuk kualitas manusia dan estetika kehidupan.

Berbagi dalam Islam bukan sekadar ajakan, melainkan sebuah kewajiban moral dan spiritual. Al-Qur'an dengan jelas menyatakan dalam Surah Al-Baqarah ayat 267 bahwa manusia diperintahkan untuk menafkahkan sebagian rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan.

Ini menunjukkan bahwa kepedulian sosial bukan sekadar pilihan, tetapi bagian dari keseimbangan hidup. Dengan berbagi, kita tidak hanya membantu mereka yang membutuhkan, tetapi juga membentuk diri kita menjadi pribadi yang lebih peka dan peduli terhadap realitas sosial.

Sayang sekali, di zaman ini, kita justru melihat ketimpangan sosial yang semakin nyata. Beberapa orang hidup dalam kemewahan, sementara banyak lainnya berjuang untuk bertahan hidup.

Menurut laporan Oxfam, ketimpangan ekonomi semakin membesar, di mana sebagian kecil populasi menguasai sebagian besar sumber daya.

Di Indonesia sendiri, laporan BPS menunjukkan bahwa ketimpangan masih menjadi tantangan besar. Dalam kondisi seperti ini, kesadaran untuk berbagi seharusnya semakin kuat, bukan melemah. Berbagi dalam arti sebenarnya, bukan semata mengais puji dan membangun citra semata.

Di satu sisi, ada yang beranggapan bahwa berbagi materi adalah solusi paling konkret untuk mengatasi ketidakadilan. Namun, tanpa berbagi dalam bentuk pengetahuan dan keberpihakan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, perubahan yang lebih fundamental tidak akan terjadi.

Secara filosofis kita tahu, ada filosofi kail dan ikan, kalau kita memberi ikan kepada seseorang tanpa memberi pengetahuan tentang kailnya maka ia hanya menjadi orang yang berpangku tangan. Sebaliknya, ketika ia diberi kail dan cacing, maka akan ada perubahan dalam dirinya untuk bergerak mencari ikan dan memenuhi kebutuhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun