Mohon tunggu...
Bhinneka
Bhinneka Mohon Tunggu... Model - PT. Bhinneka Mentaridimensi

Bhinneka adalah pionir e-commerce di Indonesia, yang hadir sejak 1993 di bawah perusahaan PT Bhinneka Mentaridimensi. Bhinneka melayani perorangan melalui Bhinneka.com (B2C), pengadaan perusahaan berbagai skala melalui platform b2b.id (B2B), pengadaan bagi lembaga pemerintahan melalui LKPP (B2G), maupun pengadaan mesin cetak digital berformat besar melalui Bhinneka Digital Printing Solutions (DPS).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Siapkah Konsumen Indonesia Dilayani Robot Penjawab (Chatbot)?

13 April 2018   15:55 Diperbarui: 15 April 2018   09:56 3404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"I'm not entirely comfortable with this."

Itu kata Robert Langdon, tokoh utama dalam novel terbaru karangan Dan Brown berjudul Origin.

Kalimat tersebut dilontarkan sang profesor yang merasa tidak nyaman setelah tahu bahwa Winston, pemandu wisata sekaligus lawan bicaranya, merupakan robot tanpa rupa fisik. Sebuah kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang dikisahkan memiliki kualitas interaksi audio hampir seperti manusia sungguhan.

Yang dipermasalahkan Langdon tentu saja bukan robot atau teknologinya, melainkan adab atau etiket berkomunikasinya. Di awal cerita, Winston memperkenalkan diri layaknya seseorang yang bertugas dari jarak jauh. Seiring waktu, perbincangan dan diskusi antara mereka pun kian mendalam. 

Tanpa disadari, Langdon merasa sangat akrab. Hingga kemudian perasaan menyenangkan tersebut berubah menjadi aneh setelah mengetahui bahwa "kawannya" itu tidak akan bisa ditemui secara fisik.

Sekarang, mari kita kembali ke dunia nyata. Dengan makin berkembangnya teknologi kecerdasan buatan, penerapannya pun makin luas. Termasuk di sektor ekonomi dan bisnis. Berbagai institusi profit baik perbankan, e-commerce, penyedia jasa, dan berbagai macam lainnya berlomba-lomba menerapkan kecerdasan buatan dalam operasional bisnisnya.

Penerapan teknologi tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi layanan. Meskipun kecanggihannya belum mencapai level Winston di novel Origin, atau robot Sophia yang diperkenalkan di PBB Oktober tahun lalu, kecerdasan buatan bisa menghemat waktu dan tenaga dan operasional bisnis. 

Pekerjaan-pekerjaan mendasar dan berulang, seperti menjawab berbagai pertanyaan, menerima komplain dan keluhan, sampai melakukan transaksi bisa dilakukan dengan campur tangan manusia yang minimal.

Sejauh ini, teknologi kecerdasan buatan yang diimplementasikan di Indonesia baru sebatas robot penjawab percakapan tertulis atau chat robot (chatbot). Sejumlah perusahaan, mulai tingkat startup yang menawarkan solusi masalah-masalah gaya hidup kekinian hingga perbankan telah menawarkan layanan chatbot kepada konsumennya.

Seberapa nyaman mereka bercakap-cakap dengan robot untuk kepentingan tertentu? Sayangnya belum ada studi untuk melihat popularitas layanan tersebut dibanding yang melibatkan tenaga kerja manusia.

"Sangat wajar kalau ada konsumen atau masyarakat Indonesia yang tidak bersedia dilayani oleh robot. Karena karakter setiap orang berbeda-beda. Yang jelas, konsumen harus diberitahu di awal layanan kalau mereka akan dilayani oleh robot, dan tetap tersedia opsi untuk mengalihkan pelayanan ke tenaga manusia," ungkap Lodewijk Christoffel Tanamal, Chief Technology Officer (CTO) Bhinneka beberapa waktu lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun