Sebelum kami lulus kuliah, kami sudah menikah dalam usia yang masih sangat muda. Awal awal pernikahan kami, banyak konflik yanh terjadi. Termasuk saat tiba tiba mantanku datang dan meminta untuk di nikahiku. Karna sebelumnya kami tidak pernah ada kata putus. Beruntung Anita seorang wanita yang sangat tegar, dia mampu bertahan saat sisik sisik masa laluku mulai terkelupas. Sampai akhirnya aku benar benar menjadi aku yang baru.Â
18 Juli 1985
Anak perempuan pertamaku lahir. Aku beri dia nama Qonita. Seorang anak perempuan yang sangat cantik secantik ibunya. Aku sangat mencintai kedua perempuan ini Anita dan Qonita anakku.Â
Namun rupanya takdir berkata lain, umur Qonita tidaklah lama. Aku benar benar kehilangan dia. Apalagi Anita di diagnosa tidak bisa hamil lagi.Â
1 Desember 1987
Aku mulai jenuh dengan kehidupnku dengan Anita. Aku ingin punya anak sedangkan Anita diperkirakan tidak bisa hamil lagi. Kerjaku hanya marah emosi dan menyia nyiakan Anita. Aku kalut, pernah suatu ketika aku selingkuh dengan seorang perempuan. Beruntung saat kami hendak berzina, aku mengingat Anita dan aku tidak jadi melakukannya.Â
Aku meminta maaf pada Anita, aku pikir dia tidak akan memaafkan aku dengan mudahnya. Ternyata dia begitu mudah memaafkan aku. Sejak itulah aku merasa sangat bersalah dan menyesal dengan segala kelakuanku. Kami hidup bahagia meski tanpa kehadiran seorang buah hati.Â
21 july 2009
Tak terasa rupanya kami sudah 25 tahun menikah. Aku membelikan sebuah cincin emas yang tidaklah mahal sebagai hadiah ulang tahun pernikahan kami. Dia nampak sangat bahagia meskipun itu bukan barang mahal.Â
7 Januari 2010Â
Anita mulai sakit sakitan. Ternyata dia menderita kanker serviks stadium akhir. Tapi selama ini dia tak pernah bercerita dan tak pernah mengeluh sedikitpun.Â