Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Fisikaku Mengajariku E=MC2, Energi untuk Meraih Cita-cita

26 November 2021   23:08 Diperbarui: 3 Desember 2021   04:11 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru fisika | Sumber: Shutterstock

Namun jauh di luar sana masih bertaburan orang-orang berdedikasi tinggi yang bekerja sebagai guru, tanpa status. Bahkan hingga berakhir dengan pensiun tanpa pesangon. 

Mereka adalah para "pejuang". Mereka sering berada di garis depan, di daerah terpencil, terdalam, terluar dan terasing dari keriuhan, namun dalam diam mereka bekerja.

Jikalaupun anak-anak milenial atau anak SMA angkatan milenial tak memilih profesi itu, barangkali karena ukuran eksistensi seorang guru, tidak masuk dalam kategori layaknya publik figur, tokoh terkenal, selebgram. Ibarat kata, makan tak makan asal eksis, barangkali adalah jargon anak milenial jaman now. 

Tapi tidak semuanya berpikir sesederhana itu, anak-anak di kelas eskul literasi yang selalu berdiskusi denganku di sekolah (kebetulan aku didaulat sebagai guru hororer di sekolah almamater-untuk menakut-nakuti anak, dan guru terbang yang tak punya sayap-mengajar sana-sini jika dibutuhkan). 

Mereka justru bercita-cita menjadi guru. Sementara aku yang sudah terlanjur tercebur ke dunia keuangan NGO, kini justru menjadi mentor, konsultan keuangan, fasilitator yang intinya juga tidak jauh dari profesi guru. 

Membagi pengetahuan, karena aku berpikir, semakin dibagi, ilmu itu akan semakin berkembang di kepalaku, ppersis seperti investasi leher ke atas-investasi OTAK. 

Karena menurutku profesi guru hakikatnya adalah membagi ilmu, tak mesti harus berstatus guru. Baik guru tetap maupun guru honorer.

Maka ketika anak-anak bertanya, apakah profesi guru itu bagus. Saya selalu menjawab bahwa jawabannya sangat relatif, tergantung seberapa dalam "niat baik" kamu untuk memutuskan menjadi seorang guru. 

Jika karena sekedar desakan ekonomi, tuntutan tren, maka yang terjadi, guru tak lagi menggunakan kemampuan pendagogiknya untuk membagi ilmu, tapi justru menjadi senjata menakuti-nakuti muridnya. Maka pastikan niatmu, yakinkan hatimu, apa komitmen terbaikmu ketika memutuskan menjadikan guru sebagai profesi impianmu.

Aku bercerita kepada mereka bahwa saat ini ada yang salah dengan dunia pendidikan kita. 

Dahulu anak-anak tak disibukkan dengan banyak benda pengganggu konsentrasi belajar, kecuali sebuah "sabak", papan kecil berwarna hitam sebagai alat mencatat. Dan setiap kali akan mengisi dengan catatan baru, maka mereka harus mengingat, menghafal, bahkan memahaminya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun