Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi : Ketika Hujan Pada Kemarau

4 September 2021   07:27 Diperbarui: 5 September 2021   20:20 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Puisi : Ketika Hujan Pada Kemarau. Sumber : Kompas

Di tengah malam buta, langit mengucurkan air matanya. Adalah cara yang paling setia merawat rindunya. Hujan yang mengabarkan tentang cinta yang tak pupus karena derita. Bahkan jika kemarau menjadi luka lara yang paling nestapa. 

Ketika hujan tak lagi bicara tentang arah angin dan pergantian musim. Maka, ia adalah cinta yang paling bahagia sejak dalam rahim. Bahasa alam tentang rindu Tuhan kepada hambanya, bahkan ketika manusia tak lagi mampu menyebut namaNya. 

Ketika hujan di tengah kemarau, rintiknya bukanlah suara parau. Ia adalah doa dalam keheningan yang meluluhkan risau. Gerimis dan deras hujan yang meluruh dalam harapan dan suara doa. Seketika langit hening dan diam, mengucap lirih dalam batin tentang kesejatian. 

Manusia menanti hujan dan kemarau dalam kesetiaan dan ketakberdayaan. Dan Tuhan, adalah jalan paling purna menemukan kemuliaan. 

***

Mas Han. Manado, 4 September 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun