Di tengah malam buta, langit mengucurkan air matanya. Adalah cara yang paling setia merawat rindunya. Hujan yang mengabarkan tentang cinta yang tak pupus karena derita. Bahkan jika kemarau menjadi luka lara yang paling nestapa.Â
Ketika hujan tak lagi bicara tentang arah angin dan pergantian musim. Maka, ia adalah cinta yang paling bahagia sejak dalam rahim. Bahasa alam tentang rindu Tuhan kepada hambanya, bahkan ketika manusia tak lagi mampu menyebut namaNya.Â
Ketika hujan di tengah kemarau, rintiknya bukanlah suara parau. Ia adalah doa dalam keheningan yang meluluhkan risau. Gerimis dan deras hujan yang meluruh dalam harapan dan suara doa. Seketika langit hening dan diam, mengucap lirih dalam batin tentang kesejatian.Â
Manusia menanti hujan dan kemarau dalam kesetiaan dan ketakberdayaan. Dan Tuhan, adalah jalan paling purna menemukan kemuliaan.Â
***
Mas Han. Manado, 4 September 2021