"Aku kuat" katanya.
"Aku tangguh" pikirnya.
Aku tersenyum,
tetap tersenyum.
Hingga semua yakin...
Adalah iya sesungguhnya.
Padahal... tidak sekuat itu,
pun tak setangguh itu.
Aku perempuan biasa,
ya perempuan biasa.
Adakalanya rapuh,
Terjatuh.
Adakalanya ingin KATA bersama,
Memupus lara,
melukis wistara.
Namun, ah...
Untuk apa bergundah gulana,
bergundah gulana tiada guna.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!