Mohon tunggu...
Wishna Aliadina
Wishna Aliadina Mohon Tunggu... Guru - Teacher, writer, creator.

Menulis adalah terapi yang paling ampuh untuk mengatasi kebosanan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[SENANDIKA] Jendela Hati yang Terbuka

6 Februari 2024   10:48 Diperbarui: 6 Februari 2024   11:03 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menatap jendela (pixabay.com/andri tegar mahardika)

Dalam kehidupan, hati kita bagai jendela yang terbuka, memperlihatkan pemandangan indah dan terkadang juga badai yang melanda. Jendela ini adalah kisah tentang perjalanan emosi, dari senyum ke luka, dan dari kebahagiaan ke kedalaman introspeksi.

Jendela hati yang terbuka menggambarkan momen kebahagiaan dan keceriaan. Cerita cinta yang meluapkan sukacita, kebahagiaan keluarga yang merona, dan persahabatan yang hangat, semuanya tercermin melalui jendela ini. Ini adalah tempat di mana matahari masuk dan menyinari setiap sudut hati.

Namun, dalam perjalanan hidup, jendela ini juga menyaksikan kepedihan dan kesedihan. Hujan badai mengguyur, dan petir kemarahan melintasi langit hati. Namun, jendela tetap terbuka, mengizinkan hujan mencuci dan membersihkan, memberikan ruang untuk penyembuhan.

Pentingnya jendela ini terletak pada kejujuran diri. Terkadang, kita perlu melihat melalui jendela hati untuk memahami keinginan, ketakutan, dan harapan yang terpendam. Ini adalah tempat di mana kelemahan kita diakui dan kekuatan kita ditemukan.

Seiring waktu, jendela hati yang terbuka adalah jalan menuju pertumbuhan dan kedewasaan. Ini adalah tempat di mana kita belajar untuk menerima diri sendiri dan orang lain, tempat di mana kebijaksanaan ditemukan dalam setiap pengalaman.

Dengan menjaga jendela hati yang terbuka, kita merangkul kehidupan dengan penuh semangat. Kita menyambut setiap musim dengan kepala tegak, karena kita tahu bahwa melalui jendela ini, kita terhubung dengan esensi kemanusiaan yang paling dalam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun