Menghabiskan waktu-waktu bersama orang-orang tercinta
Angin berubahlah, pagi menyegarkan. Wajah berseri, angin merayu lembut. Kini kau, bukan lagi seperti angin.
Sendu merajai hati yang tak luput dari sepi dan resah yang terus membara
Karya dari seorang pemula yang berusaha menuangkan idenya dengan keabstrakannya
Dalam kerinduan yang tak tertandingi Alam berbicara dalam bahasa kesedihan Menyuarakan ragu yang mengalun dalam kehampaan
Jika sudah tidak perlu, mengapa memaksa untuk bertemu?
Sajak sendu tukang becak, bukti nyata pahlawan keluarga.
Hatiku bergetar di pagi yang cetar kala alunan sendu yang terdengar
Melalui jendela hati, kita terhubung dengan esensi kemanusiaan yang paling dalam
Moga kau tak hujan sore ini, peluk angin yang lembut,
Aku titipkan rinduku kepada angin yang berhembus, rindu ingin menyapamu rindu ku ini, tak ada yang mampu menghalangi.
"Kenapa hujan?" tanya mereka yang lalu lalang, "Kenapa bukan matahari yang hangat dan menyenangkan?"
Alina, sekian lama puisiku memeluk sunyi beberapa diantaranya rapuh kubiarkan pergi
Tahun 2023 segera akan pamit berlalu. Mungkin tahun 2023 itu sendu dan kelabu
puisi tentang kawan kecil yang terpisah jarak dan waktu
Lembar usang berlapis sendu. Bejejer kata terbentang membisu
Gerimis semalam masih terbayang, dingin semalam pun masih terkenang
Rintikan sendu yang kau pancarkan, sembab bola matamu mengukir arti
hari-hari itu cukup menjadi saksi semu atas ketidakpastian dalam hidup. Yang ingin pergi, akan tetap pergi. Dan yang bertahan akan belajar menerima
Surat dari seorang pemuda dari tanah rantau untuk keluarganya