Kedua institusi yang seharusnya menjadi pilar demokrasi justru menjadi sumber kegelisahan rakyat. DPR, alih-alih menjadi penyambung aspirasi, telah menjadi menara gading yang jauh dari rakyat. Proses legislasi lebih sering ditentukan di ruang-ruang tertutup, dengan kalkulasi kekuasaan dan modal politik, bukan suara rakyat.
Sementara itu, Polri, yang pada 1998 dijanjikan akan direformasi agar humanis dan profesional, kini kembali pada wajah lamanya: militeristik, represif, dan politis. Kasus-kasus kekerasan aparat, praktik mafia hukum, dan penggunaan Polri sebagai alat kekuasaan memperlihatkan betapa reformasi di sektor keamanan hanya berhenti sebagai jargon.
Saatnya Menyalakan Api Revolusi
Inilah mengapa kita perlu berbicara tentang revolusi. Revolusi yang dimaksud bukan sekadar kerusuhan atau pergantian rezim secara paksa. Revolusi adalah perubahan mendasar dalam cara kita menata kekuasaan. Rakyat tidak lagi bisa menyerahkan seluruh nasibnya kepada elite politik yang sibuk dengan privilese. Rakyat harus mengambil kembali haknya untuk mengawasi, mengkritik, bahkan menghukum mereka yang mengkhianati mandat.
Revolusi harus menuntut reformasi total DPR, dengan memperketat transparansi, memperkuat partisipasi rakyat dalam legislasi, dan membatasi dominasi partai politik. Revolusi juga harus menuntut restrukturisasi Polri, mengembalikannya ke tugas utama sebagai pelindung rakyat, bukan alat penguasa.
Pertanyaan yang Harus Kita Jawab
Hari ini, sejarah menempatkan kita di persimpangan. Rakyat sudah kembali turun ke jalan. Korban sudah berjatuhan. DPR dan Polri sudah kehilangan kepercayaan. Presiden memilih diam.
Maka, pertanyaan yang harus kita jawab sebagai bangsa adalah sederhana namun fundamental:
Apakah kita rela membiarkan reformasi mati perlahan, ataukah kita siap menyalakan kembali api revolusi—demi Indonesia yang benar-benar berdaulat, adil, dan manusiawi?
Sebab demokrasi bukan hadiah. Demokrasi adalah perjuangan yang menuntut pengorbanan, keberanian, dan keberpihakan. Jika kita tidak melanjutkannya, maka pengorbanan 1998 dan pengorbanan Affan akan sia-sia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI