Aku yang kini memalarkan,
Aku yang kini merasakan,
Bak acuhan yys sangat abstrak,
Bersama pandan nan acuhan yang tuak.
Jual-jual otak hanya untuk porak-parik tasbih,
Sial-sial katak hanya untuk mencarik-carik asih,
Buta-buta mata hanya untuk bual-bual buih,
Kata-kata berkata hanya untuk memual-mual risih.Â
Aku menanyakan pada ruang cinta yang suntuk,
Dia menjawab dengan tidak menerima asih,
Aku merayakan pada ruang kafetaria yang lapuk,
Dia menjawab dengan menerima asih.Â
Karna aku mengasihkan-Nya,
Karna aku memipihkan-Nya,
Juga aku mengikhtiarkannya,
Juga aku membesuknya.Â
Untuk lonji yang ku malar,
Akan kulakukan persepsi mahar,
Untuk lonji yang berbelukar,
Akan kucantumkan dalam abadi berakar.Â
Tetaplah dikau membual bersama akal,
Khilafkanlah mahluk kacau bersama rudal,
Tetaplah dikau menjual bersama kucal,
Khilafkanlah mahluk bau bersama vokal.
Mari-mari menghidupi kebiruan yang kelam,
Mari-mari menjamah putih yang instan,
Mari-mari mencurah kasih yang rentan.