Mohon tunggu...
windar deyuar
windar deyuar Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 3 orang anak

Wanita tangguh penuh semangat positif thinking.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Senioritas?

31 Juli 2021   13:06 Diperbarui: 1 Agustus 2021   12:49 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Haiiiii.......................apa kabar Pembaca yang berjiwa positif? Salam sehat dan sukses selalu.  

Yuk.....kita sharing apa saja yang kita rasakan dan alami selama terjun dalam dunia kerja dikaitkan dengan istilah "SENIORITAS?"  Apa sih senioritas itu?  Adakah dampaknya bagi kinerja kita?  Bagaimana sikap kita menghadapi senioritas di tempat kerja?

Oke............mari kita sama-sama belajar dari berbagai sumber ilmu tentang istilah "SENIORITAS" ini,   "Are you ready? Go.........."

Pertama kita harus tahu apa arti istilah senioritas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata senioritas berarti :

- berhubungan dengan senior. (kata dasar senioritas yang berarti : lebih tinggi, lebih matang, lebih di atas, lebih tua, lebih dahulu dan lebih.........sesuai konteks kalimat).

- keadaan lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman dan usia.

- prioritas status atau tingkatan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja.

Dari pengertian di atas, kita dapat memahami bahwa senioritas itu berhubungan langsung dengan status dan tingkat kedudukan seseorang baik dalam sebuah Organisasi atau Lembaga maupun dalam kelompok Keluarga dan Masyarakat.

Pada tulisan kali ini, kita berbicara dalam konteks Organisasi atau Lembaga tempat kita bekerja baik Swasta maupun Negeri. 

Bagaimana status dan kedudukan seseorang dalam sebuah Organisasi atau Lembaga sehubungan dengan senioritasnya?

Status dan Kedudukan seseorang di kantor dapat kita lihat sebagai berikut :

1. Orang tersebut dikatakan senior jika dia sudah lebih lama berada di tempat kerja itu.

2. Orang tersebut mempunyai pengalaman yang lebih matang dalam bekerja karena sudah lama berkolaborasi di tempat kerja itu.

3. Orang tersebut biasanya mempunyai Pangkat dan Jabatan yang lebih tinggi daripada orang yang baru bergabung di tempat kerja itu.

4. Tingkat pendidikan seorang senior di tempat kerja biasanya lebih tinggi dari rekan kerja yang baru karena dia harus memenuhi tuntutan syarat dalam Pangkat dan Jabatannya.

5. Dari segi usia pengabdian, senior biasanya mendapat prioritas perlakuan dalam hal-hal tertentu atau kekhususan perlakuan baik dari Atasan maupun dari sesama rekan selevelnya.

Lima poin di atas berlaku relatif jika diterapkan pada kondisi yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat kita lihat dari dua sudut pandang, yakni :

1. Sudut pandang orang  baru (yunior).

2. Sudut pandang orang lama (senior).

Dari sudut pandang orang baru dapat kita lihat dari dua sisi, pertama dari sisi person (orangnya) dan kedua dari sisi sebab (prosesnya) orang tersebut bergabung di tempat kerja itu.

Mari kita analisa kedua sisi tersebut.

1. Dari sisi person (orangnya). Senioritas kadang bisa berlaku kadang tidak jika orang yang baru bergabung itu sudah berusia tua (usia maksimal persyaratan diterima di tempat kerja itu. Contohnya ASN (Aparatur Sipil Negara) yang diterima/lulus pada usia 35 (tiga puluh lima) tahun berbeda dengan ASN yang diterima/lulus diusia 25 (dua puluh lima) tahun. Meskipun ada rekan yang sudah duluan bekerja di kantor itu tetapi kalau usianya jauh lebih muda dari yang baru masuk, maka tidak akan berpengaruh pada status senioritasnya. Apalagi budaya ketimuran kita masih sangat kental. Usia lebih tua membuat seseorang bisa dihormati meskipun baru bergabung di tempat kerja itu.

2. Dari sisi proses bergabungnya orang baru di tempat kerja. Jika yang masuk di tempat kerja itu melalui proses mutasi atau rolling antar Lembaga, maka tentu saja akan berbeda perlakuannya dengan orang yang diterima/lulus karena ikut seleksi. Hal itu bisa terjadi jika orang yang dimutasi atau dirolling tersebut sudah mempunyai pangkat dan jabatan dari tempat kerja asalnya. Meskipun ada senior yang usia pengabdiannya sudah lama di tempat kerja itu tetapi yang bersangkutan belum menduduki pangkat dan jabatan atau berada di level yang sama pada pangkat dan jabatan,  maka tidak terlalu berpengaruh status senioritasnya.

Sekarang mari kita tilik dari sudut orang lama yang menyandang status senior di tempat kerja kita.

1. Semua perlakuan senioritas, muaranya dari rasa "lebih" seorang senior dan itu wajar karena mereka sadar bahwa pengalaman tidak bisa disama-ratakan. Tentu saja seorang yang sudah lebih dulu tahu dan mengalami proses kerja akan berbeda tingkat  kinerjanya dari orang yang baru tahu dan belajar.

3. Kalau orang yang berstatus senior punya sifat terbuka (ekstropert) akan sangat mudah berkolaborasi dengan orang baru tanpa ada beban "ego" atau keakuannya sebagai senior. 

Sebaliknya senior yang tertutup (intropert) akan galau menghadapi orang baru karena jiwanya kurang respek kepada rekan baru disebabkan "ego" yang kuat untuk diakui sebagai senior.

Sekarang apa dampaknya jika terjadi ketimpangan perlakuan antara yunior dengan senior? Dan bagaimana cara kita menghadapi masalah senioritas di tempat kerja?

Semua kembali kepada pribadi masing-masing baik dari sudut yunior maupun senior. Harus ada tarik-ulur atau tepa seliro antara kedua status tersebut dalam praktiknya.

Contoh rill, Saya sendiri. Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), Saya pernah merasakan di kedua sudut tersebut.

Saya pernah jadi seorang senior waktu pertama mengabdi sebagai ASN. Saat itu Saya dan 4 orang rekan di rotasi ke sebuah Lembaga Diklat Pelayaran yang merupakan UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) di bawah binaan Instansi kami. 

Kurun waktu sejak tahun 2002 sampai tahun 2018 Saya bertugas di UPTD tersebut, Saya mengalami pergantian Kepala UPTD sebanyak 5 (lima) orang. Di situlah proses Saya diperlakukan sebagai seorang senior bahkan oleh Kepala UPTD karena Saya dan 4 orang rekan yang ditugaskan, awalnya bekerja langsung di bawah komando Kepala Instansi sebelum ada penetapan Kepala UPTD. 

Sebagai orang yang dianggap senior, Tim Kecil kami menyambut terbuka  kedatangan seorang Kepala UPTD yang waktu itu berasal dari Pusat (Kementerian). Walaupun Kepala UPTD kami baru bergabung, kami tidak pernah merasa sebagai senior karena kami sadar bahwa beliau adalah orang yang lebih tahu dan berpengalaman dalam pengelolaan Lembaga Diklat Pelayaran. Begitu juga dengan Kepala UPTD yang berikutnya. Qodarullah semua Kepala UPTD yang ditugaskan adalah beliau-beliau yang sudah menunggu masa Purna Tugas, sehingga 2 (dua) sampai 3 (tiga) tahun harus diganti yang baru.

Setiap pergantian Kepala UPTD baru, Tim Kecil kami selalu diminta apa saja yang sudah kami kaborasikan dengan Kepala UPTD lama. Saat itu Saya merasa bahwa tidak perlu ada ego seorang "Senioritas" jika kita ingin program kerja berlanjut sesuai target. Tidak perlu jual-mahal dengan segala ilmu yang kita dapat, karena sejatinya kesuksesan sebuah Organisasi atau Lembaga adalah kesuksesan dalam berkolaborasi antara orang lama dengan orang baru. Alhamdulillah dengan visi yang sama antara Tim Kecil kami dengan beberapa orang Kepala UPTD, akhirnya tercapai target untuk mendapatkan "Akreditasi  dan Approval" (Pengesahan) Lembaga dari tingkat Nasional dan Internasional.

Qodarullah setelah Lembaga Diklat Pelayaran kami sukses mendapat pengesahan, Saya dimutasi ke Instansi lain.

Di Instansi baru inilah Saya berstatus yunior (pendatang). Sejak Juli 2018, Saya resmi dimutasi karena pembinaan Lembaga Diklat Pelayaran diserahkan ke Instansi lain.

Sebagai pendatang (yunior), Saya merasa sangat bersyukur karena banyak rekan di Instansi baru ikhlas mentransfer ilmu kepada Saya bagaimana cara supaya bisa berkolaborasi dengan baik. 

Sampai saat Saya menulis artikel ini, sudah kurang-lebih 3 (tiga) tahun kolaborasi itu berjalan dengan harmonis. 

Intisari dari apa yang terpapar di atas, jika kita ingin sukses berkolaborasi dalam sebuah Organisasi atau Lembaga, khususnya berhubungan dengan senioritas, maka :

1. Siapkan mental.

2. Ikhlas membuka diri.

3. Selalu berusaha Positif Thinking.

4. Menurunkan ego.

5. Mau belajar.

Demikian yang bisa Saya tuliskan berdasarkan pengalaman pribadi, semoga menjadi muhasabah bersama, Aamiin. Terima kasih.

 

Quote :

Bagaimana kita memberi, begitulah yang kita dapat, "Give and Take."

###END.

Sempaja,

Samarinda, Kaltim.

31 Juli 2021.


  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun