Mohon tunggu...
windar deyuar
windar deyuar Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 3 orang anak

Wanita tangguh penuh semangat positif thinking.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Senioritas?

31 Juli 2021   13:06 Diperbarui: 1 Agustus 2021   12:49 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

2. Dari sisi proses bergabungnya orang baru di tempat kerja. Jika yang masuk di tempat kerja itu melalui proses mutasi atau rolling antar Lembaga, maka tentu saja akan berbeda perlakuannya dengan orang yang diterima/lulus karena ikut seleksi. Hal itu bisa terjadi jika orang yang dimutasi atau dirolling tersebut sudah mempunyai pangkat dan jabatan dari tempat kerja asalnya. Meskipun ada senior yang usia pengabdiannya sudah lama di tempat kerja itu tetapi yang bersangkutan belum menduduki pangkat dan jabatan atau berada di level yang sama pada pangkat dan jabatan,  maka tidak terlalu berpengaruh status senioritasnya.

Sekarang mari kita tilik dari sudut orang lama yang menyandang status senior di tempat kerja kita.

1. Semua perlakuan senioritas, muaranya dari rasa "lebih" seorang senior dan itu wajar karena mereka sadar bahwa pengalaman tidak bisa disama-ratakan. Tentu saja seorang yang sudah lebih dulu tahu dan mengalami proses kerja akan berbeda tingkat  kinerjanya dari orang yang baru tahu dan belajar.

3. Kalau orang yang berstatus senior punya sifat terbuka (ekstropert) akan sangat mudah berkolaborasi dengan orang baru tanpa ada beban "ego" atau keakuannya sebagai senior. 

Sebaliknya senior yang tertutup (intropert) akan galau menghadapi orang baru karena jiwanya kurang respek kepada rekan baru disebabkan "ego" yang kuat untuk diakui sebagai senior.

Sekarang apa dampaknya jika terjadi ketimpangan perlakuan antara yunior dengan senior? Dan bagaimana cara kita menghadapi masalah senioritas di tempat kerja?

Semua kembali kepada pribadi masing-masing baik dari sudut yunior maupun senior. Harus ada tarik-ulur atau tepa seliro antara kedua status tersebut dalam praktiknya.

Contoh rill, Saya sendiri. Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), Saya pernah merasakan di kedua sudut tersebut.

Saya pernah jadi seorang senior waktu pertama mengabdi sebagai ASN. Saat itu Saya dan 4 orang rekan di rotasi ke sebuah Lembaga Diklat Pelayaran yang merupakan UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) di bawah binaan Instansi kami. 

Kurun waktu sejak tahun 2002 sampai tahun 2018 Saya bertugas di UPTD tersebut, Saya mengalami pergantian Kepala UPTD sebanyak 5 (lima) orang. Di situlah proses Saya diperlakukan sebagai seorang senior bahkan oleh Kepala UPTD karena Saya dan 4 orang rekan yang ditugaskan, awalnya bekerja langsung di bawah komando Kepala Instansi sebelum ada penetapan Kepala UPTD. 

Sebagai orang yang dianggap senior, Tim Kecil kami menyambut terbuka  kedatangan seorang Kepala UPTD yang waktu itu berasal dari Pusat (Kementerian). Walaupun Kepala UPTD kami baru bergabung, kami tidak pernah merasa sebagai senior karena kami sadar bahwa beliau adalah orang yang lebih tahu dan berpengalaman dalam pengelolaan Lembaga Diklat Pelayaran. Begitu juga dengan Kepala UPTD yang berikutnya. Qodarullah semua Kepala UPTD yang ditugaskan adalah beliau-beliau yang sudah menunggu masa Purna Tugas, sehingga 2 (dua) sampai 3 (tiga) tahun harus diganti yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun