Ingatannya terlalu sesak oleh ilmu yang terlampau bermanfaat, hingga lupa apa yang diinjak
Sumpah serapah, bajuku basah
Kenapa hujan, kenapa kau turun di saat yang tidak tepat
Tunggu, kemarin kau bilang turunlah hari-hari maka aku akan senang; mereka
Tapi kemarin hanya jadi kemarin
Ada yang menggaruk kepalanya, pusing
Pe-nyair ini sedang menulis puisi apa?
Lupakanlah, karena yang kita bahas adalah mata kaki mereka yang terlanjur tenggelam, harapan mereka yang telah hanyut
Kolamnya sudah digratiskan, tanahnya sudah diratakan, mari kita peringati hari kematian, bagi mereka yang tidak mampu tahlilan.
Cihaurbeuti
Dalana WK.