Artinya, terbukti pula cacat logika yang diperdebatkan oleh banyak pihak mengenai mengapa Shin dipecat di tengah perjalanan dan nama Kluivert yang muncul sesudahnya.
Banyak pihak yang menilai jika para kritikus dan pundit tadi yang sangat tidak adil dan memiliki bias mendalam dalam memberikan penilaian mereka.
Pada akhirnya, kini Timnas dan sepakbola Indonesia secara keseluruhan berada di persimpangan Kembali dengan pilihan -- pilihan yang ada di depan mata.
Jikalau seandainya Kluivert dipecat, tentu itu belum menyelesaikan segala permasalasalan kompleks di dunia sepakbola Indonesia terutama dalam kompetisi liga dan juga pembinaan serta penyediaan roadmap yang jelas. Ada yang sangat diutamakan seperti naturalisasi pemain yang selalu gencar dilakukan dan ada pula yang sangat terlupakan seperti kompetisi professional untuk putri di Indonesia.
Padahal jika ingin menjadi powerhouse sepakbola di Asia, setidaknya Jepang dan baru -- baru ini Uzbekistan sudah menunjukan caranya untuk bangsa kita. SDM tentu kita memilikinya, tinggal bagaimana para pengambil kebijakan dapat membuat sistem jangka panjang ketimbang terus -- terusan bergelut dalam solusi -- solusi jangka pendek.
Ego adalah masalah terbesar yang selalu menghantui dunia sepakbola Indonesia dan juga hal yang sama juga secara obyektif terjadi di cabor lain di Indonesia seperti halnya yang dikatakan oleh Robert Greene dalam salah satu karya-nya:
"Bahaya terbesarmu disini adalah ego-mu yang dapat membuat dan menumpuk ilusi di alam bawah sadar dirimu. Pada awalnya, hal tersebut akan memberikan kenyamanan. Akan tetapi, dalam jangka panjang, ego membuatmu menjadi sangat defensif dan menghambatmu untuk belajar dan berproses"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI