Bahkan ada yang berpendapat Shin Tae Yong memimpin Indonesia seperti skuad tempur militer yang disiplin dan teroganisir sementara Kluivert hanyalah sekelas pelatih penjas.
Belum lagi cara kedua pelatih menanggapi hasil pertandingan. Shin Tae Yong terkenal tidak kompromi jika ada hal yang tidak sesuai dan selalu berkata apa adanya kendati meraih kemenangan.
Berbeda dengan Kluivert yang memuji permainan Indonesia yang dianggapnya meningkat padahal realita di lapangan mengatakan sebaliknya yang makin membuat fans timnas merasa kesal.
Attitude juga menjadi catatan. Dengan sikap Kluivert dan tim kepelatihannya yang tidak menghampiri fans sesudah laga melawan Irak dan langsung memilih Kembali ke Belanda dengan hanya menyampaikan permohonan maaf yang terkesan diplomatis yang membuat fans semakin kesal dan beberapa fans di media sosial juga mencap Kluivert sebagai pengecut.
Hal ini berbeda dengan Shin Tae Yong yang selalu menyapa fans apapun hasil pertandingan yang diraih dan menerima setiap kritik dengan sikap ksatria.
Hal ini juga menunjukan perbedaan passion yang ditujukan kedua pelatih. Shin di mata banyak fans timnas adalah sosok yang mengerahkan segalanya termasuk hatinya untuk kemajuan timnas Indonesia. Sedangkan Kluivert di sisi lain hanya menggangap jika menjadi pelatih kepala timnas Indonesia adalah hanya sekedar pekerjaan.
Bagi Erick Thohir, penunjukan Patrick Kluivert juga seolah kembali mengulangi apa yang Ia lakukan kala Ia masih menjadi pemilik Inter Milan yang dimana saat itu, Erick memecat Roberto Mancini sebelum musim di mulai dan menggantinya dengan Frank De Boer yang berujung pada Inter yang mengalami kekalahan 14 laga beruntun. Dengan kata lain, keputusan yang diambil terkesan tidak di pikirkan baik -- baik dan mengandalkan ego semata.
Logika yang di permasalahkan disini adalah, jika Erick mengatakan pemecatan Shin Tae Yong murni adalah teknis, lalu mengapa Shin tidak diberikan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaannya hingga tuntas? Lalu mengapa dari sekian banyak nama potensial, PSSI memilih seorang Patrick Kluivert?
Lalu bagaimana dengan para pengkritik garis keras Shin Tae Yong soal Patrick Kluivert yang secara objektif kinerjanya tidak lebih impresif?
Mereka seperti seolah menguap dan pada saat Indonesia dipastikan tidak lolos ke Piala Dunia, jajaran federasi dan pelatih hanya bisa menyampaikan permintaan maaf dan mengatakan ada peran takdir Tuhan di balik ketidaklolosan Indonesia.
Ada pula yang masih ignoran seperti ada yang mengatakan jika "tidak ada jaminan pelatih sebelumnya bisa membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia" dalam sebuah acara debat di TV.