Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program Guru Penggerak Sebaiknya Direvisi dan Dievaluasi Presiden Baru

7 Februari 2024   09:04 Diperbarui: 7 Februari 2024   11:29 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program Guru Penggerak Sebaiknya Direvisi dan Dievaluasi Presiden Baru. Hal inilah yang menjadi fokus Omjay dalam tulisan kisah Omjay berikut ini. Semoga dibaca oleh para penentu kebijakan di negara republik Indonesia.

Segera Bubarkan saja program guru penggerak! Begitulah seorang kepala sekolah mengatakannya. Hal ini disebabkan, karena ada oknum guru penggerak kemendikbudristek yang tidak menjalankan tupoksinya sebagai guru. Hal itu disampaikannya di media sosial atau channel youtube tanya pak Doni saja.

Salah satu kebijakan kemendikbudristek yang pantas dievaluasi sekaligus direvisi adalah Program Pendidikan Guru Penggerak. Banyak yang ingin program ini dibubarkan saja, karena kurang tepat sasaran, dan hanya memilih guru yang beruntung saja. Programnya belum menyentuh hati semua guru. Baru menyentuh mereka yang mengikutinya saja.

Sumber gambar dok. pribadi
Sumber gambar dok. pribadi

Semua guru yang ikut program pendidikan guru penggerak akhirnya sibuk dengan dirinya sendiri. Mereka dipaksa untuk membaca materi ajar di Learning Manajemen System (LMS) yang ada di program guru penggerak. Seolah materi ajar tersebut paling benar, dan wajib diikuti oleh guru penggerak selama 6 bulan.

Saat ini masih ada pro dan kontra tentang program guru penggerak. Ada yang setuju, dan ada yang tak setuju. Omjay sendiri awalnya setuju dengan program guru penggerak ini, namun setelah lulus program guru penggerak angkatan 7, Omjay menjadi tidak setuju adanya program guru penggerak ini.

Mengapa Omjay tak setuju dengan program guru penggerak? Sebab programnya tak menyentuh hati semua guru. Seolah guru di sekolah terbelah menjadi dua. Guru penggerak dan bukan guru penggerak. Padahal sejatinya semua guru adalah guru penggerak. Semua guru di sekolah adalah guru penggerak bagi peserta didiknya.

Selain itu, Omjay melihat banyak guru penggerak kemendikbudistek belum menerapkan ilmu padi, Kian berisi kian merunduk. Guru penggerak menjadi jumawa dan sombong. Walaupun tidak semuanya seperti itu. Omjay melihat sendiri bagaimana mereka memakai baju kesombongan dengan merek atau label "Guru Penggerak".

Seorang kawan guru penggerak memberikan informasi:

"Ambisi mereka ingin jadi kepala sekolah ya omjay, kalo di pulau saya yang ikut guru penggerak harus bolak balik Sumenep sepekan, padahal perjalanan sehari  setengah ikut lokakarya...pekerjaan bisa jadi terbengkalai dikarenakan izin tugas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun