Mohon tunggu...
Widya Intawani
Widya Intawani Mohon Tunggu... Teknisi - Keep learning, running and reading.

a girl who always write every moment in her books.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bianglala

23 Juli 2019   08:35 Diperbarui: 27 Maret 2023   21:36 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bianglala

Namun, tanpa ada sesuatu yang terjadi dan setelah seperemat jam berlalu, makhluk yang berada di sampingku ini pun mulai mengeluarkan kata-katanya lagi. Sebenarnya aku pun ingin mengajaknya deluan berbincang, namun aku tak tahu apa yang ingin kukatakan.

"Kamu tahu Bianglala?"

"Bianglala?" jawabku terkejut serta menaikkan alisku yang sebelah kanan dan langsung melihat kearahnya ketika kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Satu kata. Delapan huruf. Makna yang begitu menyeramkan bagiku.

"Iya. Bianglala. Bianglala itu merupakan sesuatu yang romantis, bukan?" serunya

"Dari segi mana anda bisa mengatakan bahwa bianglala itu romantis?"

"Ya, karna memang itu romantis. Coba sajalah?"


Hah? Coba? Apa sih maksud dari perkataan makhluk yang disampingku ini? Bahkan dia menyuruhku untuk mencobanya. Apa dia ingin aku mati? "Yang saya tahu, bianglala itu bikin semua orang jantungan bahkan akan membuat orang hampir mati setelah menaikinya"

"Romantis. Mungkin setelah dari sini anda bisa mencoba dan membuktikannya" sarannya lagi agar aku tetap mengatakan bahwa bianglala itu memanglah sesuatu yang romantis.

Beberapa jam tlah berlalu. Diawali oleh kesunyian, memperhatikan makhluk yang berada disampingku, mengawali percakapan yang langsung menuju klimaksnya. Fusi dari imajinasi dan intuisi dari Helenina sampai berdialog dan berdebat dengan ungkapan bahwa bianglala adalah sesuatu yang romantis. Tak terasa perjalananku diatas ini telah selesai. Sampai pada tujuannya. Pesawat mendarat. Kubuka mataku, terbangun oleh suara-suara semua orang yang mulai menyibukkan diri untuk menyiapkan barang-barang dan keluar dari tempat ini.

Begitu pun denganku, langsung kusibukkan diriku untuk memikirkan harta milikku agar tak ada  yang tertinggal. Setelah semuanya kurasa baik-baik saja. Segera kunaiki taksi dan tak sabar lagi untuk bertemu kedua orangtuaku dan merasakan nyamannya kamar  tidurku.

"Bianglala" seruku dalam hati. Terkejut ketika kulihat dari balik kaca ini sebuah Bianglala di alun-alun kota. Bianglala. Seakan aku lupa segalanya, aku merasa ada sesuatu yang absurd. Setelah beberapa jam diatas sana, mengapa baru sekarang aku menyadarinya? Dan setelah beberapa jam diatas sana dan berbincang dengan seorang lelaki, mengapa tak ada perkenalan diantara kami? Bahkan pun baru sekarang aku menyadarinya, ketika aku terbangun dan tak mendapati makhluk itu disampingku. Mengapa tak ada perkenalan diantara kami? Tahu namanya saja pun tidak, apalagi mengatakan selamat tinggal. Tapi ya sudahlah, untuk apa juga aku mengenalnya? Pasti kami pun takkan berjumpa lagi. Bianglala. Mungkin aku perlu mencobanya. Mungkin saja kali ini benar perkataan lelaki itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun