Kini wajahmu memucat dengan tangan yang terdekap.
Terbaring lemas tak bergerak pula bernapas.
Hingga kini ku tak percaya akan dirimu yang kini terbang bebas.
Meninggalkan beban dunia yang penuh ampas.
Aku menyadarinya.
Diruku hanya beban yang tak terbantahkan.
Penyusah hidup indah dirimu yang bebas.
Meski hati ini sudah terpatahkan.
Akan dirimu yang pergi tak beralasan.
Ku tau kau disana melihat tangisku.
Air mata yang membasahi pipiku.
Merenung sendiri tanpa sabit dibibirku.
Sembari mendengar lantunan ayat menggema disekelilingku.
Kini mentariku tak dapat terbit kembali.
Terpanggil Tuhan yang lebih menyayangi.
(Banjarbaru, 5 juli 2019)
Baca juga: Puisi Senja Gila