Seperti udara dan air, betapa dirimu adalah sumber hidup bagi diriku.
Diatas Sungai Aare ku melihat sekuntum mawar terbawa oleh arus, Diam tak berdaya, mengikuti jeram menahan dingin
Langit yang gelap dengan cahaya lampu taman kota, yang tersapu oleh terbit fajarnya, mengusik tidurnya seorang pemuda.
Hi.. Lelaki kebanggaanku. Tak perlu menjadi sehebat pahlawan atau pun berusaha keras untuk terlihat tampan.
Aku pernah mengira Bahwa engkau adalah pendaran sinar bintang yang mengawang di angkasa
Senja kelabu malam dingin cahaya mentari pagi semangat
Daun mengering dalam rantingBurung bernyanyi riangAku baru terbangunMimpi ini bikin kepala pusing
Kekasihku mentari, Hati selalu hangat gelepar gairah, Bersimbah cahaya, Pucat layu sirna
Aku tak mampu pergi Meninggalkan asa dalam dada Karena dia terlalu indah untuk dihianati Oh ... Seperti bidadari surga
Pagi hari tak ubahnya semangat pagi dalam mengawali aktifitas sehari-hari.
Puisi gagasan sang penyair untuk menyalurkan aspirasi melalui gaya bahasa
Dengan kedua tangan ingin menangkupnya sendiri....
Semoga kiranya sedikit bersabar hanya butuh sedikit waktu untuk mengungkapkannya
Rindu jangan berjanji, temu bentuk takdir
Puisi pecinta alam di atas ketinggian
Ketika malam menutupi sang Mentari.
Puisi ini tentang cerahnya mentari pagi ini yang telah memberi harapan bahwa pagi ini akan begitu indah. Saatnya menikmati pagi dengan semangat
Hamparan rerumputan menyambut dengan sumringah, begitupun dengan pepohonan yang menanti sintesa melalui cahaya mentari