"Tungulah kamu di sini", Â katamu waktu itu
Lalu kamu pergi dan menghilang
Aku terus menunggu
Menunggu kamu punya rumah besar
Menunggu saldo cukup untuk anak-anak sekolah
Menunggu mobilmu muat untuk membawa banyak penumpang
Menunggu status pegawaimu menjadi eselon itu
aku masih terus menunggu
Lalu kau bilang kamu belum bisa pulangÂ
banyak yang masih harus diselesaikan
Aku masih menunggu
kamu tak lagi silau kepada angka-angka saldo tabunganmu
pada SK pindah tugas dari atasanmu
atau risau pada masa depan anak-anakmu
Aku masih menunggu
Kita menengok Tuhan di rumah reyot itu sambil menghitung syukur apa
yang belum pernah kita kumandangkan
Apa hidup kita sekedar seperti semut yang pergi dan pulang hanya memikirkan
perut semata