Tak hanya itu, lesunya perekonomian pada tahun 2020 telah membuat masyarakat pada akar rumput bekerja lebih keras untuk mempertahankan pekerjaan atau mencari alternatif profesi. Maka kata kunci dunia kerja dan peningkatan kapasitas diri pun banyak dicari. "Online course" dan "digital marketing" adalah beberapa contoh yang memperlihatkan upaya masyarakat untuk beradaptasi dengan kebutuhan terbaru saat ini dengan pertama-tama mengeskalasi kemampuan diri.
Karena itulah pada awal 2021 Kompasiana berupaya mengakomodasi kebutuhan pembaca akan isu-isu domestik dengan meluncurkan kategori Lyfe dan Life Hack.
Dibantu dengan peningkatan intensitas Topik Pilihan dari kedua kategori tersebut, Kompasiana berharap dapat mempertemukan para pencari informasi di rimba kolom pencarian Google dengan konten-konten yang telah Anda buat. Terima kasih, Kompasianer. Konten Anda adalah telah ikut berkontribusi membantu para pembaca dan menghibur mereka di tengah masa krisisnya.
Meski begitu, Kompasiana tak hanya ingin mendukung penayangan konten gaya hidup dan tutorial saja. Bersamaan dengan lahirnya kategori Life Hack, Kompasiana membuka kategori Halo Lokal dalam rangka mendukung penayangan konten hyperlocal. Meski baru mengakomodasi 6 wilayah yang memiliki audiens terbesar, Kompasiana sungguh ingin mendengar kabar dari Kompasianer di luar Jabodetabek yang belum sempat kami jumpai tatap muka lantaran terkendala pembatasan mobilitas antar-wilayah.
Menciptakan Kompasiana sebagai rumah yang nyaman dengan konten-konten kredibel
Ada pula satu isu yang selalu kami tinjau dari waktu ke waktu, yakni angka pelanggaran konten dari bulan ke bulan. Pada tahun 2020 dan 2021, tingkat pelanggaran konten mencapai 14% dari total keseluruhan artikel yang tayang. Dengan peningkatan penayangan konten yang gradual sejak tahun 2018 hingga 2020 pada semester pertama, maka persentase 14% ini bukanlah jumlah yang sedikit.
Meski didominasi oleh pelanggaran orisinalitas, pada tahun 2021 tercatat ada 141 konten yang terindikasi hoaks serta 122 konten yang terindikasi mendiskreditkan pihak tertentu dan berisiko digugat secara hukum. Kompasiana berterima kasih atas partisipasi Anda melaporkan dugaan pelanggaran sehingga kami dapat melakukan peninjauan kembali dan menentukan tindakan atas konten tersebut.
Tingginya angka pelanggaran konten disertai aduan dari sejumlah pihak membuat kami mengaktifkan kembali fitur untuk memfilter konten yang mengandung kata kunci tertentu. Konten tersebut akan tersaring terlebih dahulu dan ditangguhkan penayangannya. Konten akan melalui proses screening lebih mendalam sebelum diizinkan tayang atau dihapus karena dinyatakan melanggar S&K Kompasiana.
Pengembangan fitur ini belumlah sempurna. Oleh karenanya, kami memohon maaf atas sejumlah kendala lapangan yang terjadi sehingga konten yang tidak mengandung kata kunci berbahaya turut tersaring. Meski begitu, tim teknologi kami terus melakukan perbaikan. Selain itu, secara berkala kami juga memperbarui daftar kata kunci dengan kueri yang lebih spesifik dan akurat.
Kian ketatnya penanganan konten di Kompasiana --selain untuk menciptakan ruang publik digital yang lebih nyaman bagi semua kalangan---juga untuk mengantisipasi kemungkinan gugatan hukum kepada Kompasianer sebagai pembuat konten, berdasarkan UU ITE.
Selain itu, Kompasiana juga berkomitmen untuk terus mendukung penayangan konten yang kredibel. Senada dengan yang disampaikan oleh Google melalui sejumlah pengumuman pembaruan sistem selama  3 tahun belakangan. Anda pun dapat ikut membacanya untuk mengetahui jenis konten seperti apa yang cenderung disukai dan kurang disukai pada mesin penelusurannya.