Nilainya selaras dengan prinsip-prinsip personal: transparansi, keberpihakan, dan integritas yang tidak bisa ditawar.
Saya diberi ruang untuk tumbuh, berinovasi, dan berkembang, bukan sekadar disuruh bekerja tanpa arah dan tanpa pengakuan.
Tapi kalau Anda (sebagai organisasi) tidak bisa menawarkan semua itu, lalu memaksa kami untuk bertahan demi terlihat "komitmen" atau "loyal," maka yang Anda minta bukanlah karyawan. Yang Anda minta adalah budak berdasi, tanpa jiwa, tanpa hak, dan tanpa masa depan. Ini adalah eksploitasi berbalut jargon loyalitas.
Profesionalisme Hari Ini Butuh Perspektif Baru: HRD Harus Bangun dari Tidur Panjangnya!
Kita hidup di era pasca-pandemi yang mengubah lanskap kerja secara fundamental. Model kerja hybrid dan gig economy bukan lagi anomali, melainkan kenormalan baru. Pekerja profesional semakin cerdas, semakin sadar akan pentingnya kesehatan mental, keselarasan nilai, dan jalur pertumbuhan karir yang jelas. Mereka tahu betul kapan harus bertahan, dan kapan harus angkat kaki.
Jadi, kepada para HRD yang masih menggunakan templat pertanyaan "Kenapa kamu pindah kerja terus?" dengan nada mencurigakan, saya punya pesan singkat namun menusuk:
Tugas Anda bukan menjadi polisi CV yang menginvestigasi masa lalu, melainkan menjadi partner strategis yang mampu melihat potensi besar di balik setiap perjalanan seseorang.
Berhenti menjadi gatekeeper yang menghalangi. Mulailah menjadi fasilitator yang membuka pintu.
Tanya: "Pembelajaran apa yang Anda dapatkan dari setiap transisi itu?"
Tanya: "Apa yang sebenarnya Anda cari di tempat baru ini, dan bagaimana kami bisa menyediakannya?"
Tanya: "Bagaimana Anda membawa dampak signifikan, bahkan dalam waktu yang singkat?"